11
Anggi Putri Nugroho, wanita cantik yang baru menyelesaikan pendidikan kedokterannya di usia 23 tahun. Memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi membuat Dokter Anggi tanpa segan menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk menakhlukan seorang laki-laki asing yang mereka temui di club. Hingga akhirnya kisah rumit percintaannya 'pun dimulai.
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Selesai makan siang, Morgan malah merasa mengantuk. Ia yang tadi belum sempat tidur, akhirnya memilih membaringkan tubuhnya di sofa yang tadi Anggi tempati. Anggi yang sebelumnya kebagian tugas mencuci piring, kini baru keluar dari dapur. Begitu memasuki ruang keluarga, Anggi melihat Morgan yang tidur nyaman di sofa. Merasa memiliki kesempatan, Anggi lekas duduk di depan sofa sehingga ia bisa lebih leluasa memandang wajah Morgan.
"Haish! Kenapa kau harus setampan ini? Kau tahu, aku benar-benar tidak bisa berpaling kalau melihat wajah tampanmu ini." Anggi mencubit pelan hidung Morgan. Namun hal itu sama sekali tidak membuat Morgan terganggu dalam tidurnya. "Ternyata kau mirip kebo kalau sudah tidur, bisa-bisanya tidak bangun aku cubit begitu." batin Anggi terkikik.
Anggi bangkit dari duduknya, ia menuju kamar dan mengambil spidol, kemudian membawanya kembali ke ruang keluarga. Seolah tanpa beban, Anggi kembali duduk di dekat Morgan dan menggambar wajah Morgan dengan bakat terpendamnya. Begitu selesai, Anggi susah payah menahan rasa ingin tertawanya saat melihat wajah Morgan yang sudah ia lukis mengenakan kacamata dari spidol, lalu ada kumis dan jenggotnya juga, jangan pula lupakan lingkaran menyerupai tahi lalat berkuran besar di pipi kiri Morgan.
Untuk kali ini, Anggi yakin jika bukan hanya ia yang akan tertawa saat melihat wajah Morgan yang seperti ini, karena wajah Morgan benar-benar sehancur itu akibat modifikasi amatirnya. Begitu tawanya sedikit mereda, Anggi mengikis jarak antara dirinya dan Morgan, lalu dengan berani ia mencium pipi sebelah kiri Morgan dengan sangat singkat.
Melihat Naina yang mulai bangun, Anggi lantas menggendongnya. Namun Naina seolah enggan untuk digendong, gadis kecil itu justru menunjuk pada Morgan secara terus menerus. Anggi lantas membawa Naina mendekati Morgan, dan dengan cepat, kedua tangan gempal Naina meraih hidung mancung Morgan, hingga Morgan terjaga dari tidurnya.
"Hahahaha!" Naina tertawa terpingkal-pingkal saat melihat Morgan linglung.
"Kenapa membangunkanku? Aku barusaja tidur." keluh Morgan.
"Bukan aku, enak saja. Bocah ini yang mengganggumu." bela Anggi.
"Naina?" Morgan tampak tak percaya, ia melihat ke arah Naina yang menatapnya dengan mata berkedip lucu. "Benar Naina yang mengganggu Om?" tanya Morgan.
"No no no huhu wleee!"
"Oh begitu? Jadi Aunty yang mengganggu Om, hm? Baiklah, kita serang Aunty kalau begitu!"
Morgan langsung mengambil alih Naina dari gendongan Anggi, ia lantas membawa Naina mengejar Anggi, hingga tawa ketiganya terdengar begitu keras. Bahkan ketiganya tidak lagi menyadari kehadiran dua orang yang sejak tadi melihat keriuhan yang mereka ciptakan.
"Apa yang kalian lakukan?"
"Papa Papa!" seru Naina keras saat ia mendapati kedua orang tuanya berada di sana.
"Sayang," Zoe langsung mengambil alih putrinya dari gendongan Morgan. Tidak lupa, ia memberikan kecupan-kecupan penuh kerinduan di kedua pipi chubby putrinya.
"Wajahmu kenapa Mor?" tanya Sean saat melihat wajah sahabatnya sudah tampak mengenaskan.
"Wajahku? Kenapa memangnya?"
Sean merogoh tas jinjing milik istrinya dan mengeluarkan kaca dari sana. Ia lantas memberikan kaca tersebut pada Morgan. Seketika itu juga, Morgan terbelalak tidak percaya saat melihat wajah tampannya berubah mengerikan dengan coretan-coretan hitam itu.
"Siapa yang melakukan ini?" Morgan langsung menatap Anggi.
"Bukan aku, itu Naina."
"No no no!" balas Naina cepat. Gadis kecil itu seakan tahu jika ia dijadikan kambing hitam oleh Anggi, hingga ia dengan cepat langsung menyangkal tuduhan.
"Kau harus bertanggung jawab, Honey. Kemari, cium aku sekarang!" ucap Morgan serius
"What?" pekik Anggi tak percaya.
"Siapa yang mau dicium?"
Anggi dan Morgan sama-sama mematung saat mendengar suara Ayah Ardan mengudara. Mereka membalik badan bersama-sama dan langsung menyengir bersama saat mendapati Ayah Ardan dan Bunda Gita ada di sana.
"Siapa yang mau dicium?" tanya Ayah Ardan lagi dengan nada yang masih mengintimidasi.
"I-itu—"
"Apa ini? Astaga!" Bunda Gita begitu frustasi saat melihat ruang keluarga rumahnya yang lebih mirip kapal pecah saat ini. "Kalian berdua, bersihkan kekacauan ini sekarang!"