Rosetta Luwig di hidupkan kembali setelah mengalami sebuah kecelakaan dimana ia sedang mengandung anak kakak tirinya. Dia mencintai Jhonatan Maxiliam, namun ternyata pria itu justru mencintai adiknya. Dengan berbagai cara dia menjebak Jhonatan hingga mengandung anaknya, namun sayang ternyata anaknya tidak di akui bahkan keluarganya membencinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selingkuh
"Apa Daddy akan terus di sini?" tanya Javer.
Maxiliam mengangguk sambil tersenyum. "Daddy akan terus di sini."
"Bohong, sekarang Daddy pergilah. Aku akan bermain dengan Daddy Mario."
"Sayang, bagaimana bisa Daddy meninggalkan mu. Sedangkan Daddy tidak rela kamu bermain dengan Mario."
Drt
Maxiliam menatap ponselnya. Ia pun mengangkatnya. “Iya.”
“Kau ada di mana? Aku ke kantor mu, katanya kau keluar kota, kenapa tidak mengatakan pada ku?”
“Aku mengkhawatirkan mu.”
“Maafkan aku, untuk saat ini aku tidak bisa pulang. Aku sibuk,” ucap Maxiliam. Saat ini ia menenangkan hati Javer. Biarlah Lili marah atau kesal padanya.
Lili merasa frustasi, ia merasa Maxiliam berubah tak memperdulikannya. Ia seolah tak ada artinya lagi. “Aku istri mu, kau tau aku di usir dari rumah mommy dan daddy.” Tuturnya.
Maxiliam mengerutkan keningnya. “Bagaimana mungkin?” Tanya Maxiliam. Mommy Diane dan daddy Agam bukanlah orang yang langsung berani mengusir Lili.
Isakan tangis dari seberang sana membuat Maxiliam bingung. Entah apa yang harus ia lakukan. Ia merasa kasihan. “Memangnya apa masalahnya.”
“Bisakah kamu pulang? Aku membutuhkan mu,” ucap Lili. Dia menangis sesegukan. “Aku butuh kamu Max.”
Maxiliam melirik Javer. Tatapan putranya membuatnya tak tak berkutik. “Aku tidak bisa, aku tutup dulu.”
“Apa sekarang anda mau pulang?” Tanya Javer.
“Tidak sayang, Daddy akan di sini.” Kata Anda yang keluar dari mulut Javer bagaikan petir yang sudah memperingatinya, jika ia melanggar ia akan mati. “Javer ingin sarapan kan?”
Javer menurut, ia pun mengekori Maxiliam tangannya tak mau di genggam oleh Maxiliam.
….
Sesampainya di ruang makan, terlihat Mario yang duduk dengan santai. Ia menatap Javer dan kebetulan Javer duduk di sampingnya.
“Javer, katanya kamu marah sama Daddy Maxiliam?” Tanya Mario.
Javer menunduk, awalnya ia marah, tapi entah kenapa ia merasa ingin bersama dengannya, hatinya sungguh aneh. “Aku ingin marah, tapi aku tidak bisa.”
Mario menghela napas panjang. “Sebaiknya kamu ikut perkataan Daddy, selama Maxiliam masih memiliki istri, dia tidak akan sepenuhnya menyayangi mu.”
“Apa yang kau katakan pada Javer? Aku menyayanginya. Aku akan tetap menyayanginya.”
Mario berdiri, ia menatap tajam ke arah Maxiliam. “Bisakah kamu memilih Javer atau Lili yang lebih penting darimu?”
Maxiliam mematung, ia belum bisa memutuskan. Rosetta yang sedang sarapan merasa terganggu.
“Jika kalian tak bisa berhenti ribut, sebaiknya kalian pergi. Aku tidak ingin mendengarkan perdebatan kalian.” Ia pun berlalu pergi tanpa menyelesaikan sarapannya.
Maxiliam dan Mario saling adu pandang, keduanya seperti tak ingin mengalah.
...
"Albert, apa kamu bisa mengatakan keberadaan Rosetta? Mommy sangat merindukan Rosetta."
Albert menghentikan sarapannya. Ia belum bisa mengatakannya jika belum meminta izin. "Maaf, aku tidak bisa mengatakan tanpa mengatakan apa pun pada kakak. Nanti akan aku coba menghubunginya."
Drt
Mommy Diane mengambil ponselnya dan terdapat nama Lili. Ia pun memutuskan panggilan Lili. Rasanya ia sangat kesal.
"Siapa Mom?" tanya Albert.
"Lili, biarkan saja. Lanjutkan sarapannya." jawab mommy Diane.
Selang beberapa saat, sebuah pesan singkat pun masuk. Mommy Diane menajamkan kedua matanya saat melihat pesan masuk Lili.
"Jika Mommy tidak datang, Mommy tidak akan melihat ku."
Mommy Diane mengerutkan keningnya. Ia melirik suaminya dan Albert. "Dad Lili mengancam Mommy."
"Dia bilang jika kita tidak datang, kita tidak akan melihatnya."
Albert merasa muak, sepertinya Lili akan berulah lagi. Wanita ular sepertinya tidak akan pernah berhenti. "Dia akan ingin mempermainkan kasih sayang dari kalian, setelah kalian memaafkannya dan berpura-pura meminta maaf, mungkin aku yang akan jadi korban selanjutnya. Coba saja, kalian tidak ingat apa yang sudah kalian lakukan pada kakak ku."
Albert berdiri, ia memutuskan pergi dari ruang makan tersebut.
....
Lili terus-menerus menunggu Maxiliam, namun ternyata yang di tunggu-tunggu sama sekali tak memberikannya kabar. Merasa bosan, ia pun mengajak Anton menemaninya keluar.
Kini Anton dan Lili berada di sebuah Mall, namun tanpa ia sadari seorang pria tengah menatapnya dan sambil memvidio dirinya.
"Lili, jadi dia berselingkuh?"
Albert merasa senang, tidak sia-sia hari ini ia keluar. Ia menemukan sebuah lalat yang diminati orang. "Bermesralah." Ia pun mengirimkannya ke sebuah nomor Rosetta dan mengirimkannya ke nomor kedua orang tuanya.
Ia menghampiri Lili dan menyapanya. "Hai Lili."
Lili sontak terkejut, dia tak menyangka bisa bertemu Albert di Mall. Padahal ia sudah berhati-hati terhadapa sekelilingnya. "Kau mau apa Albert?"
"Jadi ini pria mu yang baru?"
Lili melirik Anton yang menyeringai. "Kalau iya memangnya kenapa? Kau ingin mengadu, tapi sayangnya kau tidak memiliki bukti."
Albert bersendekap, ia terkekeh. "Aku memang tidak memiliki bukti, lagi pula aku tidak ingin mengurusi mu. Selamat bersenang-senang."
Lili mengerutkan keningnya, sepertinya dia tidak melakukan sesuatu.
"Siapa dia?"
"Dia adik ipar ku yang baru saja di temui."
Anton tersenyum, sepertinya Lili tidak menyukainya. "Apa kau ingin melenyapkannya? Sepertinya dia menjadi penghalang mu."
Seketika Lili menatap Anton, sekalipun ia membenci seseorang, ia tidak mungkin melenyapkan seseorang.
"Aku tidak ingin melakukannya, lagi pula dia tidak akan mengganggu ku, ayo kita lanjutkan bersanang-senang."
Sementara di tempat lain.
Rosetta terkejut melihat vidio yang baru saja sampai padanya. Ia tak percaya jika Lili memiliki wanita lain. Ia menoleh ke arah Maxiliam yang bermain dengan Javer, entah ia harus mengatakannya atau tidak.
Sebaiknya ia melakukannya, ia ingin membuat Maxiliam pergi dari rumahnya. "Maxiliam coba kamu lihat ini, Albert baru saja mengirimkan ini pada ku. Sebaiknya kau luruskan kesalahpahaman ini."
Maxiliam menaruh robot di tangannya. Dia mengambil ponsel milik Rosetta. Kedua matanya melotot tajam, semenjak kapan Lili bersama dengan pria lain. Rupanya ia telah di selingkuhi oleh Lili.
"Sebaiknya kau pulang?"
"Apa Daddy tidak akan kembali?"
Rosetta menatap Javer, ia ingin putranya mengetahui bahwa tak selamanya Maxiliam harus bersamanya. "Sayang Daddy ..."
"Javer kamu mau ikut Daddy?"
Javer menatap ke arah Rosetta, sebenarnya ia ingin ikut, tapi ia takut kejadiannya seperti dulu. "Tidak mau, aku takut."
"Maxiliam sebaiknya kau pergi dan jangan coba-coba membujuk Javer, aku tidak memiliki urusan dengan mu dan begitula Javer tak memiliki urusan lagi selain diriku."
Maxiliam mengangguk, ia tau Javer butuh waktu. "Baiklah, aku pulang dulu. Setelah urusannya selesai aku akan kembali bermain dengan Javer."
"Daddy tidak akan lama." Javer meraih tubuh Javer dan menaruhnya di pangkuannya lalu mencium pipi gembulnya. "Daddy menyayangi Javer, Daddy akan pulang secepatnya."
Javer mengangguk, Rosetta mengambil alih tubuh Javer dan kemudian Maxiliam bersiap-siap. Hari ini ia akan pulang dan menanyakan kebenaran yang ia lihat.