Karena hukuman, akhirnya Eighar harus di pindahkan ke sekolah aneh yang berisi orang-orang yang aneh pula. Sekolah macam apa yang di maksud?? Tak ada yang khusus, kecuali murid-murid serta sistem sekolahnya yang terbalik. Lalu, apa yang mengganjal dari hal itu??
Baca lah sendiri!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tingkatan Warna
Eighar mengernyit, "Leader? Memang apa bagusnya itu??" batinnya.
Mereka semua saling terdiam di tempat, lalu suara smart watches terdengar dari masing-masing tangan mereka. Eighar memeriksa, begitu pula dengan mereka.
"Segera menuju ke ruangan pemeriksaan dalam waktu lima menit, sebelum hukuman datang menyambut kalian." tulisnya, dan komplotan ini segera berlalu dari dalam ruangan.
Eighar pun mengekori mereka dari belakang. Mereka memasuki sebuah ruangan dimana sudah banyak orang yang berbaris rapi dan masuk ke dalam banyak pintu-pintu tertutup.
Eighar berdiri di paling belakang, lalu seorang wanita dengan rambut cepol dan mengenakan baju biru dengan masker melambaikan tangan ke arahnya. Semua menoleh menatap Eighar, membuat lelaki ini kikuk karenanya.
"Saya?" tanya Eighar bingung, dan wanita tadi mengangguk.
Eighar pun berjalan melewati orang-orang yang menatapnya dengan heran, seolah ia adalah orang dalam yang bisa melewati antrian panjang hanya karena saling mengenal dengan sang dokter.
Meski berpura-pura dingin dan tak menghiraukan tatapan mereka, tapi sungguh, itu lumayan membuat Eighar merasa canggung karena tak nyaman.
Eighar masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu, memperlihatkan seorang wanita yang memanggilnya masuk, sedang duduk di sebuah meja dengan sebuah pena dan secarik kertas di tangannya.
Ia menekan ujung balpoint, membuat mata penanya keluar. "Duduk, Eighar Riantama, kan?" tanyanya, dan Eighar mengangguk sambil berjalan mendekat dan duduk di hadapannya.
Eighar melirik seisi kamar, dimana ini seperti ruangan dokter pada umumnya, dilengkapi beberapa alat medis di dalamnya. Ada alat pengukur suhu, tensi, beberapa jarum suntik yang tersegel dan terbungkus plastik di dalam lemari kaca, botol obat-obatan, timbangan, sebuah tempat tidur, dan stetoskop yang tergantung rapi di leher sang dokter.
Dokter itu membaca secarik kertas tersebut dengan seksama, lalu menatap Eighar sambil tersenyum ramah. "Kamu di panggil duluan, pasti heran kan? Soalnya kamu ada riwayat sakit, baru pulih dari rumah sakit. Jadi semacam pasien prioritas. Gimana luka di kepalamu?" tanyanya, dan Eighar mengangguk paham meskipun sebelumnya cukup tercengang.
"Oke, perbannya saya lepas karena mengganggu."
Dokter itu mendekat dan memperhatikan dahi Eighar dengan seksama. "Benturannya cukup vital, harusnya terjadi sedikit kerusakan sih, gimana menurutmu?"
''Ya, apa saya lupa ingatan, dok?" tanya Eighar blak-blakan.
Sang dokter pun tertawa mendengarnya. "Ah, kayak sinetron aja kamu." balasnya sambil mengambil perban baru dan obat, lalu bersiap membersihkan dan menempelkan perban di kepala Eighar. "Tapi, ada kemungkinan kok kamu mengalami gegar otak karena cedera yang cukup berat. Hanya aja gejalanya ringan, gak sampai bener-bener kayak yang nama aja gak tau. Hahaha." lanjutnya.
"Kalau emang bener begitu, kira-kira ingatan apa yang kelupaan, dok?"
Sang dokter melirik ke atas sesaat untuk berpikir, lalu kembali menatap Eighar. "Ada yang mengalami lupa akan masa kecil atau masa lalu. Ada yang lupa dengan seseorang dalam hidupnya. Ada yang lupa dengan hal yang gak penting sampai yang paling penting. Pokoknya, memori yang hilang beda-beda dalam setiap orang. Belum bisa di diagnosis secara konkret." terangnya sambil menahan perban di kepala Eighar, lalu menggungting plester yang kemudian ia tempelkan di dahi lelaki tersebut. "Emangnya kenapa? Kamu ngerasa lupa akan hal apa sampai menyadari kalau kamu lupa ingatan pasca kecelakaan?"
Eighar melirik fokus ke arah tangan dokter di dahinya. "Karena, saya lupa apa yang menjadi penyebab luka ini. Dan kenapa saya bisa ada di tempat ini." jawab Eighar, membuat sang dokter terkesiap.
"Berarti, bisa jadi kamu melupakan hal-hal traumatis dalam hidup kamu. Salah satunya adalah mengenai kecelakaan itu." terang sang dokter lagi. Eighar hanya membatin, ia sendiri bahkan tak yakin luka ini karena kecelakaan atau ia buat sendiri. "Ngomong-ngomong, karena kamu masih luka dan belum sepenuhnya pulih, saya bakal resepkan obat untuk kamu minum. Dan, saya peringatkan satu hal sama kamu." nada bicara dokter perlahan berubah, dari lembut dan ramah, menjadi tegas dan serius.
"Kamu, saya larang untuk mengikuti games besok." tukasnya, membuat Eighar terkesiap hingga kedua alisnya terangkat.
"Loh, kenapa?"
"Ini diagnosa dokter, jadi selalu ada maksud di atas segalanya. Palingan kamu nonton mereka aja. Kamu kan murid baru, pasti penasaran kan dengan sistem sekolah dan seluruh pelajarannya." Dokter ini pun tersenyum. "Nah, sudah ini." gumamnya kecil, saat menyelesaikan pengobatannya.
"Saya nonton gamesnya dimana?" tanya Eighar bingung.
"Games itu ruang lingkupnya seluruh sekolah, jadi kamu tinggal minta Japi aja untuk bikin visualnya, jadi kayak nonton bioskop pakai infocus."
Eighar mengerjap beberapa kali. "Hah? Japi?"
"Iya, itu nama smart watches. Kamu pasti belum terlalu akrab sama Japi ya? PDKT aja, kalian itu harus menyatu loh, karena dia sedekat nadi, jadi kalian juga harus sedekat itu untuk membangun kemistri." jelas sang dokter sambil mengambil beberapa obat yang ia masukkan ke dalam paper bag.
"Gue? Sama benda ini?" reflek Eighar menggerutu sambil menatap Japi dengan hina, dan itu membuat sang dokter tertawa.
"Nama saya Mellisa. Berikutnya saya adalah dokter yang akan selalu menangani kamu. Jadi sebaiknya kita berkenalan juga, kan?" Eighar mengangguk menyetujui. "Oke, ini obatnya. Diminum tiga kali sehari setelah makan. Semoga cepat pulih."
"Terimakasih, dok." ucap Eighar sambil mengambil obat yang di berikan dokter.
"Oh iya," Eighar menatap sang dokter. "Lain kali pakai seragam yang sesuai kalau mau masuk ke gedung UKS." lanjutnya, Eighar pun mengangguk.
.........
Sesampainya di kamar, Eighar langsung melempar paper bag ke kasur dan menghempaskan tubuhnya juga. Ia menyalakan manual smart watches miliknya, yang sempat ia matikan meskipun tidak berpengaruh apapun. Walaupun di matikan smart watches tadi masih tetap aktif.
"Selamat siang Eighar. Terimakasih telah mengaktifkan saya kembali."
"Lu mah mati gak mati gak ngaruh. Tetep aktif juga." dengkus Eighar. "Gue pengen nanya sama lu, apakah di sekolah ini setiap murid punya warna jam yang berbeda?"
".... Ya, setiap murid memiliki warna jam yang berbeda tergantung dengan tindakan yang mereka lakukan sebelum masuk ke sekolah ini." sahut Japi.
"Tindakan apa misalnya? Terus warnanya apa aja selain item?"
"..... Tingkatan warna smart watches ada tiga. Merah dan hitam. Tingkatan warna merah di bagi menjadi tiga. Dari yang paling bawah adalah merah redup, yang di pertengahan adalah merah terang dan yang paling tinggi adalah merah gelap. Begitu juga dengan warna hitam. Ada tingkatan warna dari yang paling bawah adalah hitam redup, yang pertengahan adalah hitam terang, dan yang paling tinggi adalah hitam pekat."
"Oke, kalau gitu.. tindakan apa yang bisa bikin orang masuk ke kategori warna tersebut?"
"..... Warna merah melambangkan kenakalan umum para remaja di ruang lingkup sekolah atau umum. Sebagai contoh, warna merah redup mencakup menyontek saat ujian, mencuri barang teman, merusak fasilitas sekolah tanpa sengaja, tidak piket atau tidak mengerjakan pekerjaan sekolah terus menerus, dan sebagainya. Warna merah terang mencakup berkelahi antar teman, merokok di ruang lingkup sekolah, berpacaran di sekolah dalam kategori tidak wajar, dan berpacaran di luar sekolah di atas jam sepuluh tanpa ada pengawasan dan di tempat rawan. Menggunakan seragam sekolah lengkap dengan bat sekolah untuk tindakan buruk di tempat umum. Warna merah gelap mencakup pembullyan, berkelahi atau melawan guru dengan tindak kekerasan, tawuran hingga menyebabkan luka dan meresahkan warga, mencuri di supermartket atau tempat umum menggunakan seragam sekolah lengkap dengan bat dan sebagainya."
"Woah, jadi kayak gitu? Jadi sekolah ini emang tempat hukuman untuk kami semua? Kayak penjara anak gak sih? Tapi pake embel-embel sekolah aja. Jangan-jangan singkatan A.K itu.. Akademi Kriminal ya?" terka Eighar.
"Tidak ada yang seperti itu. Ini hanya sekolah biasa dengan sistem terbalik."
"Halah!" dengkus Eighar, lalu menatap warna smart watches di tangannya. "Kalau warna item?"
"..... Warna hitam adalah tindakan yang merujuk pada kriminalitas, berhubungan dengan nyawa seseorang," Eighar langsung beranjak ketika membacanya. "Dan mendekati.."
"...Penghilangan nyawa seseorang." kedua mata Eighar terbelalak.
"Gak mungkin?? Jam gue kan item. Gak mungkin kalau gue, mempermainkan nyawa seseorang." Ia kembali menatap jamnya.
Bersambung...
semoga puasa kita smw lancar dan di terima Allah 🤲🤲
selamat berpuasa semua 🥰🥰
Mgkn ini mksd Author, musuh sebenarnya eighar. /Smile/
Next Thor...