Benih Rahasia Kakak Tiri
"Aku hamil." Seorang wanita dengan kedua mata yang lembut menatap hangat pria berjas merah di depannya itu, Maxiliam Marco. Pria bertubuh kekar dengan tinggi 180 cm dan hidung mancung dan mata tajam bagaikan elang. Bukannya tatapan hangat atau senang, pria itu justru menatapnya api membara di kedua netra cokelatnya.
Semua tamu undangan di acara pertunangan itu malah melongo, mereka berbisik-bisik. Sedangkan kedua orang tua wanita itu berusaha menenangkan pengantin yang menangis tersedu-sedu.
Pria setengah baya itu menyeret paksa putrinya ke salah ruangan pengantin. Tanpa berpikir panjang pria itu justru menampar Rosetta hingga kepalanya menoleh ke kiri dan beberapa anak rambut itu menghalangi pipinya.
Rasa panas dan nyeri membuat wanita itu menggigit bibir bawahnya hingga berdarah. Rasa sakit ini begitu berlimpah di dadanya dengan di iringi rasa panas. Ia perlahan menoleh dan menatap datar pria yang berstatus ayahnya tersebut.
“Apa kau gila Rosetta!” Makinya dengan darah mendidih di sekejur tubuhnya. “Kau menghancurkan pernikahan adik mu dan sekarang kau bilang bahwa kau hamil?”
“Sebenarnya apa kesalahan ku di masa lalu sampai aku memiliki putri seperti mu.” Kepalanya seakan ingin meledak, putri sulungnya ini dari dulu memang mengejar menantunya, ia tau putri sulungnya mencintai menantunya yang telah ia anggap anak sendiri. Ia membawa Maxiliam dan tinggal di rumahnya setelah kedua sahabatnya meninggal.
“Rosetta!” Seorang wanita setengah baya menekan kedua cengkramannya di kedua lengan Rosetta. Ia sebagai seorang ibu tidak habis pikir dengan putrinya itu. “Kau puas menghancurkan pernikahan adik mu. Sebenarnya apa yang berada di dalam pikiran mu Rosetta.”
“Aku memang mengandung anaknya.”
“Bohong! Kakak pasti berbohong kan?” Tanya Lili Luwig, Adik Rosetta. “Max jangan diam saja.”
Pria di sampingnya terdiam, antara yakin dan tidak yakin. Ia memang pernah terjebak cinta satu malam dengan seorang wanita, tapi ia tak menyangka wanita itu adalah Rosetta.
“Max!” Lili memukul dada bidang Maxiliam.
Pria itu diam saja karena ia merasa bersalah. Sepasang insan setengah baya itu menghela napas. Diane langsung memeluk Lili, ia sebagai seorang ibu tidak tega melihat putrinya menangis.
“Kau puas Rosetta?!” Maxiliam menatap tajam dan dingin. “Jika memang anak itu anak ku, aku akan tanggung jawab tanpa menikahi mu dan anak itu akan menjadi anak Lili.”
Rosetta menatap nanar, perkataan Maxiliam bagaikan anak panah yang menusuk relung hatinya. Seharusnya tidak begini, seharusnya ia memiliki Maxiliam dan menikah dengannya.
“Bohong! Anak yang di kandung Rosetta bukan anak mu tuan Maxiliam.” Seorang wanita tiba-tiba masuk, dia sahabat Lili. “Ini aku ada bukti, malam itu seorang pria memang keluar dari kamar yang di tempati oleh Rosetta, tapi bukan tuan Maxiliam.” Tambahnya. Dia memperlihatkan sebuah vidio pada Agam, ayah Rosetta dan Lili.
Agam melihat vidio dan kemudian di rebut oleh Maxiliam. Dia memperlihatkan vidio itu pada Rosetta.
“Apa kau puas membuat drama seperti ini Rosetta? Tapi syukurlah, ternyata anak di dalam perut mu bukan anak ku.” Maxiliam menatap kedua mertuanya. “Maafkan aku Dad, Mom.”
“Tidak Agam, ini memang anak mu. Kalau begitu kita test DNA.”
“Cukup Rosetta! Hentikan drama mu ini. Kau belum puas menghancurkan pernikahan Lili dan Max. Entah apa lagi drama yang akan kau lakukan. Apa jangan-jangan nanti kau mengatakan bahwa anak di dalam perut mu itu anak Agam? Kau ingin mengubah test DNAnya?”
“Kau jangan ikut campur, pasti kau besekongkol dengan Lili untuk menuduh ku?”
Diane tak tahan dengan tuduhan Rosetta. Dia yang tidak pernah menampar Rosetta, kini dengan tangannya sendiri ia layangkan pada putri sulungnya.
“Rosetta!” Tamparan keras itu membuat pipi putih itu dua kalinya merasakan panas, sakit dan nyeri.
Bruk
Rosetta menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Ia tak mengaka ibunya menamparnya. Semenjak kecil ibunya tidak pernah menamparnya. Ia tertawa keras di iringi air mata kepedihan.
Ia menarik dalam nafasnya, dadanya terasa sesak. Sudah cukup ia menjadi bayangan dari Lili. Selama ini ia berusaha menahan rasa sakit saat kedua orang tuanya lebih mencintai Lili. Adiknya sering sakit-sakitan dan orang tuanya lebih mementingkannya dari pada dirinya.
Rosetta bangkit, ternyata bukan orang luar yang menyakitinya tapi orang dalam yang sangat memiliki hubungan darah yang begitu kental dengannya.
“Ternyata ini kasih sayang kalian?” Rosetta menunduk kemudian mengangkat wajahnya kembali. Ia menatap semua orang yang berada di ruangan tersebut. “Sampai di sini kasih sayang kalian? Aku selalu bertanya-tanya, aku anak kalian atau tidak! Apa kalian masih ingat tanggal ulang tahun ku? Apa kalian masih mengingat hari kelahiran ku?” Rosetta terkekeh. “Tidak kan? Kalian tidak pernah mengingatnya semenjak Lili sakit. Kalian ingat pada saat hari ulang tahun ku? Kalian meninggalkan ku dan lebih memilih menemani Lili bermain dengan alasan Lili sakit. Padahal waktu itu kalian dengan bahagianya menemani Lili seakan kalian melupakan hari ulang tahun ku. Semenjak itu kalian menyuruh ku mengerti dan melupakannya.”
“Kenapa kalian tidak membuang ku kalau hanya ingin membandingkan ku dan menyakiti ku.”
Rosetta menoleh ke arah Maxiliam. “Untuk terakhir kalinya aku mengatakan ini memang anak mu, tapi terserah kau mempercayainya atau tidak. Karena aku sekarang menyerah untuk memperjuangkan kepercayaan.”
Rosetta berbalik, kedua kakinya terasa berat untuk melangkah. Ia terus menggigit bibir bawahnya agar tidak menangis.
“Rosetta kau mau kemana kalau kau pergi dari sini. Jangan pernah menganggap kami keluarga mu.”
“Itu memang yang ku harapkan.”
Di bawah hujan yang deras, sebuah mobil hitam melaju kencang. Wanita itu terus menangis hingga tubuhnya gemetar. Ia merasakan betapa sakitnya di buang oleh kedua orang tuanya. Rasa sakitnya begitu menyiksanya. Pandangannya kabur karena terhalang air matanya. Ia mengusapnya dengan kasar tanpa sadar sebuah truk melaju kencang dan menabraknya.
Tit
Bruk
Mobil yang di tumpangi Rosetta jatuh berguling tiga kalinya. Dahinya berdarah, dalam derasnya air hujan ia melihat terbalik truk yang menabraknya itu. Ia tersenyum, setidaknya ia tidak perlu berjuang lagi untuk mendapatkan kasih sayang mereka. Ia lelah dan sangat lelah.
…..
Tring
Tring
Tring
Sebuah jam alarm berbunyi, sontak kedua mata itu terbuka lebar. Wanita memakai kaos putih itu beranjak dari ranjangnya. Nafasnya naik turun, keringat membasahi sekujur tubuhnya.
Ia menoleh dan mematik alarm jam di atas nakas. “Bukannya aku kecelakaan.” Wajahnya terlihat bingung.
Drt
Sebuah ponsel berbunyi, Rosetta mengangkat panggilan itu.
“Rosetta kau ada dimana? Apa kau sedang berada di Apartement mu? Stop Rosetta! Jangan menyakiti dirimu lagi hanya memikirkan kakak tirimu. Kau tak perlu merasa terbebani dengan pernikahan mereka.”
Rosetta menjatuhkan ponselnya, ia terkejut dengan ucapan sahabatnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
han han
hadirrrr...
2024-01-30
2
IndraAsya
👣👣👣
2024-01-30
1
Indah Zhie
lanjuttt thorrr
2024-01-30
1