Dikhianati dan ditinggalkan membuat Alisya tak menghentikan tekadnya untuk tetap menjadi seorang Bodyguard, meski profesi itulah yang menyebabkannya putus dari sang kekasih. Di saat yang sama takdir mempertemukan Alisya dengan seorang klien bernama Virza. Namun, Siapa sangka bila kedatangan Alisya ke perusahaan Virza memiliki maksud dan tujuan tertentu hingga membuat Alisya terjebak pernikahan kontrak dengan Virza.
Akankah nyawa Alisa tertolong di saat jatuh ke dalam tebing dengan kedalaman 30 meter?
Apakah Virza dan Alisya akan tetap bersama ketika mantan kekasih masa lalu mereka membuat rencana untuk memisahkan keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sejak Kapan?
Pagi itu, Virza membantu Alisya untuk berkemas karena sejak kejadian kemarin.Virza memtuskan untuk merawat Alisya di rumahnya saja karena dia tidak ingin sampai Alisya mengalami hal buruk lagi. Dia merasa bila di rumah sakit seseorang bisa saja melakukan tindak kejahatan kepada istrinya itu.
"Apa semua sudah siap, Pak. Aku juga sudah menebus obat Alisya untuk di rumah dan dokter menyarankan Alisya tetap beristirahat di rumah salam beberapa hari dahulu sebelum keadaannya membaik, dia tidak diperbolehkan untuk bekerja," tutur Boy panjang lebar.
"Iya, kau cerewet sekali Boy. Aku perhatikan kau lebih perhatian kepada istriku ini," ungkapnya sedkit tak senang."Lagian mana mungkin aku menyuruhnya untuk bekerja dengan kondisinya seperti ini."
Alisya hanya tersenyum tipis mendengar percakapan atasan dan bawahan itu, ketika dia hendak berjalan menuruni ranjang, Virza sontak menarik tangannya dan menggendong tubuh Alisya. "Turunkan aku, Za. Aku bisa berjalan kok." Alisya berusaha menolak dan merasa malu karena di ruangan itu masih ada Boy.
"Apa kau malu dengan Boy? Kau belum pulih sepenuhnya dan aku tidak ingin kau kelelahan dan jatuh sakit lagi." Virza tak mendengarkan penolakan sang istri meski saat ini Alisya begitu malunya ketika keluar dari ruangannya semua mata tertuju pada mereka.
"aku malu, Za." Alisya hendak menutup wajahnya yang sudah merah merona karena tindakan sang suami.
"Kenapa harus malu, bukankah hal yang wajar bila suami menggendong istriku, peduli apa sama mereka." Virza tersenyum bahagia karena melihat Alisya yang begitu malu-malu padanya.
Tak lama Virza pun membawa Alisya masuk ke dalam mobil yang ada di parkiran, "Apa kau lelah?" tanya Virza sangat perhatian.
Alisya menggelengkan kepalanya, "Mana mungkin aku lelah, bukankah kau yang sejak tadi menggendongku sampai ke sini." Perempuan manik mata coklat itu lekas membenarkan posisi duduknya.
Boy sudah melajukan mobilnya menuju jalan pulang, melihat Virza yang begitu perhatian kepada Alisya membuatnya tersenyum geli. Baru kali ini dia melihat kekhawatiran yang teramat dalam dari wajah sang atasan.
Akhirnya mereka sampai di depan rumah mewah milik Virza, dengan sigap pria manik mata biru untuk mengitari mobil dan mengendong Alisya masuk, "Kau bawa barang-barangnya ke kamarku karena mulai sekarang Alisya akan tidur di kamarku."
"Baik, Pak." Boy mengangguk pelan. Dia sedikit heran dengan ucapan atasannya itu karena selama beberapa bulan menikah baru kali ini Virza meminta Alisya untuk satu kamar dengannya selain ada Vidya di sana.
"Kenapa aku harus tidur di kamarmu, Za?" tanya Alisya nampak terkejut.
"Untuk sementara waktu kau harus tidur bersamaku karena aku ingin memantau kondisimu." Virza menyentuh knop pintu dan merebahkan tubuh istrinya dengan pelan. "Kau harus istirahat dan sebentar lagi aku akan meminta Bik Asih untuk memasak makan siang buat kita, apa kau ingin makan sesuatu?" tanya Virza sambil menyelimuti tubuh Alisya.
Alisya menggelengkan kepalanya, "Apa yang bik Asih masak enak kok," jawabnya menyandarkan bantal ke arah punggungnya.
"Aku harus membersihkan tubuhku dulu," ucapnya seraya melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
Alisya yang saat di rumah sakit tadi sudah meminum obat nampak begitu mengantuk dan tertidur namun suara derit pintu kamar mandi membuat perempuan itu menoleh ke sumber suara, menatap pria yang berdiri dengan separuh telanjang di sampingnya membuat Alisya sontak menjerit, "Apa yang kau lakukan, Za?"
"Memangnya apa?" tanya Virza mengerutkan dahinya heran, bukankah hal yang wajar bila dia memakai handuk. Pria itu sontak mendekati Alisya sambil menyentuh jemari Alisya dengan pelan, "Jika aku tak mengenakan apa pun di depanmu kau baru boleh berteriak histeris seperti itu. Lagian kita ini sudah suami istri 'kan? wajar seperti ini terjadi."
"Tapi 'kan kita suami istri kontrak," celetuk Alisya masih menutup mata dnegan kedua tangannya.
"Apa kau tak ingin berniat ingin menjadi istriku seutuhnya?" Virza kini duduk di samping Alisya sambil menyentuh jemari Alisya.
Apa yang Virza katakan membuat Alisya meneguk salivanya dnegan kasar, "Apakah itu mungkin? Mengingat usia kita yan--" Alisya sontak bungkam ketika jari telunjuk Virza menyentuh bibirnya. "Bukankah kau sudah tahu perasaanku dan cintaku tidak memandang usia." Virza mendekatkan wajahnya ke wajah Alisya hingga kini pria tampan itu hendak mendaratkan bibirnya ke bibir sang istri namun ketukan pintu membuatnya mengurungkan tindakannya itu.
"Ada apa, Boy?" tanya Virza yang begitu tu bila itu adalah suara sang asisten yang tengah memanggilnya.
"Apakah Bapak akan ke kantor hari ini? Baru saja ada telepon dari kantor dan aku harus ke sana sekarang," ucapnya sambil berdiri di depan pintu, jika saja tidak ada Alisya di dalam mungkin Boy akan membuka pintu tersebut secara langsung.
"Apakah ada masalah penting?" tanya Virza sedikit penasaran.
"Tidak terlalu, Pak. Jika Anda masih lelah dan ingin menjaga Alisya. Aku akan ke kantor sekarang."
"Baiklah, aku libur hari ini namun bila ada sesuatu yang terjadi kabari aku, Boy."
"Baik, Pak. Aku pergi dulu." Boy pun meninggalkan kamar Virza dan bergegas pergi ke kantor.
Sementara Virza kini menatap kembali istrinya yang kini tengah memalingkan wajahnya, "Kenapa kau menghindariku, Sya?" tanya sambil menyentuh dagu Alisya seraya memosisikan wajah perempuan itu ke wajahnya.
"Kenapa kau tidak bekerja, Za? Perusahaan membutuhkanmu saat ini dan aku tidak akan kenapa-kenapa kok."
Virza mengangkat tangannya sambil menyentuh tekuk Alisya hingga membuat desiran yang begitu hebat dan membuat jantungnya tak berhenti berdegup kencang, "Aku tidak bisa melihat gadis yang kucintai terluka lagi," bisiknya begitu jelas di telinga Alisya.
Alisya menatap tak percaya meski dia membaca kartu ucapan yang ada di bucket bunga itu namun dia juga ingin mendengar langsung dari mulut suaminya, "Apa?!"
Kali ini Alisya memberanikan diri menatap pria manik mata biru itu dan ada ketulusan di sana, pikirannya mulai melayang dan mencoba mencerna kata-kata Virza tadi. "Apa itu benar? Sejak kapan?" Alisya terdiam sejenak dan mencoba untuk mencari kebenaran lewat ekspresi Virza, sekali lagi dia memastikan apakah yang dia dengar itu benar atau tidak karena dia tahu Virza sering bercanda padanya,.
Namun, Virza menampakkan wajah serius. Tanpa jejak kebohongan dan rasanya Alisya tak percaya akan hal itu. "Jika bisa aku ingin mengantikan posisimu waktu itu, Sya. Aku tak bisa melihatmu terluka lagi karena aku."
"Tapi kau juga terluka bukan, kakimu bahkan belum sembuh sepenuhnya, apalagi ini." Alisya menyentuh jemari Virza yang masih terlihat bekas memar dan belum memudar.
"Luka ini tak seberapa, ketika melihatmu terluka rasanya lebih sakit dari ini, Sya, " ungkap Virza dengan matanya yang berlinang.
Makasih kk udah mau baca novelku dan salam kenal kk...
jika Author buat novel kedua, ditunggu like dan komentny yakkk...
Doakan Author lancar lahirannya, salam kenal buat pembaca semuanya🙏🙏😘😘😘🥰🥰
Salam kenal ya kk🙏😘