Berawal dari pertemuan singkat di sebuah mal dan memperebutkan tas berwarna pink membuat Aldo dan Tania akhirnya saling mengenal. Tania yang agresif dan Aldo yang cenderung pendiam membuat sifat yang bertolak belakang. Bagaikan langit dan bumi, mereka saling melengkapi.
Aldo yang tidak suka didekati Tania, dan Tania yang terpaksa harus mendekati Aldo akhirnya timbul perasaan masing-masing. Tapi, apa jadinya dengan Jean yang menyukai Aldo dan Kevin yang menyukai Tania?
Akhirnya, Aldo dan Tania memilih untuk berpisah. Dan hal itu diikuti dengan masalah yang membuat mereka malah semakin merenggang. Tapi bukan Aldo namanya jika kekanak-kanakan, dia memperbaiki semua hubungan yang retak hingga akhirnya pulih kembali.
Tapi sayangnya Aldo dan Tania tidak bisa bersatu, lantaran trauma masing-masing. Jadi nyatanya kisah mereka hanya sekadar cerita, sekadar angin lalu yang menyejukkan hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mall
Sesuai janjinya dengan Tuti pagi ini. Mila akan berbelanja dengannya. Sebutlah Mila ibu-ibu sosialita. Katanya sih tugas seorang ibu itu bukan hanya mengurus anak dan juga rumah, tetapi di luar itu juga merupakan tugas seorang ibu, seperti berbelanja dan berkarier contohnya. Otak dia perlu istirahat, dia harus mencari udara segar untuk dirinya.
Dia memang single parent, dan itu menjadi masalah baginya. Dia butuh seseorang di sisinya, tetapi karena belum mendapatkannya, Mila menjalani proses yang Tuhan berikan. Apa yang dijalaninya adalah bentuk kehendak Tuhan, Mila tidak bisa menentangnya.
Setelah selesai merias diri dia mengunci pintu kamarnya. Dia berjalan menuju kamar Tania yang ada di sebelahnya.
"Tania!"
Sementara itu, orang yang dipanggil sedang tertidur manis di atas kasur dengan menggunakan piama mandi. Rambut basahnya digulung handuk dan tubuhnya tengkurap. Lima belas menit lalu Tania sudah mandi. Tetapi dia memutuskan untuk tidur lagi karena matanya masih mengantuk.
"Tania!"
Tidak mendengar sahutan dari dalam membuat Mila mengernyit bingung. Dia membuka kenop pintu yang ternyata tidak terkunci dan menampakkan posisi Tania saat ini.
"Ya ampun, Tania! Kenapa sudah mandi tidur lagi?" teriak Mila. "Bangun!" titahnya.
Tania mengusap bibirnya dan membuka mata. Samar-samar dia melihat Mila yang sedang berkacak pinggang. Dia bangkit duduk secara perlahan.
"Mama ngapain masuk kamar?" tanya Tania lalu menguap.
"Kamu ngapain sudah mandi tidur lagi?" tanya Mila balik.
Tania menguap lebar. "Ngantuk, jadi tidur lagi."
Mila menghela napas panjang. Menghadapi Tania yang berwatak seperti ini sudah menjadi makanannya sehari-hari. Sudah tidak jarang lagi jika Mila terus menghela napas panjang penuh kepasrahan.
"Ganti baju dulu," ujar Mila.
Alih-alih menjawab, Tania justru melihat ibunya dari bawah hingga atas. "Mama mau ke mana?" tanya Tania.
"Mall."
Mendengar itu membuat Tania refleks membuka mata lebar-lebar dan langsung sigap berdiri. "Apa? Mama mau ke mall?"
Mila mengangguk. "Iya, nanti kalau kamu mau—"
"Tania ikut!" potong Tania dengan memegang kedua bahu ibunya.
Mila menatap cengo.
"Tania ikut ke mall. Tania ganti baju dulu ya, Mama tunggu di luar, oke." Tania mendorong ibunya agar keluar dari kamar.
Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Mila semenjak Tania memotong ucapannya. Dia hanya menatap pintu yang tertera sebuah tulisan "Kamar Princess".
Mila menepuk jidatnya. "Ampun ya, Tania."
...******...
Salah satu hobi Maya adalah berkebun. Setiap pagi dia selalu menyiram bunga-bunganya dengan penuh kasih sayang dan ketelatenan. Katanya kalau kita menyiram tanaman dengan penuh kasih sayang dan mengajaknya berinteraksi layaknya dengan manusia, dia percaya tumbuhannya itu akan tumbuh subur dengan baik.
Seperti pagi ini. Dengan ditemani instrumen musik dia menyiram bebungaan. Dan, tahu-tahu seseorang datang menghampirinya.
"Ma."
Maya menoleh sekejap. "Ada apa?"
"Aku keluar dulu ya," ujar Kevin.
"Boleh, mau ke mana emangnya?"
"Jalan-jalan sama Tari."
Maya mengangguk-angguk seraya meletakkan siramannya. "Hati-hati ya," katanya ketika Kevin menyalami punggung tangannya.
"Iya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalaam."
Kevin mengambil motornya, memakai helm dan menaikkan standar. Dia menyalakan mesin motor. Lantas, dia mengklakson sebelum dia beranjak keluar. Maya memperhatikan gerak motor Kevin yang menjauh. Hingga matanya menangkap gerak mobil Mila yang hendak keluar rumah.
"Mbak Mila, mau ke mana nih?" tanya Maya.
Mila membuka lebar kaca mobilnya lalu tersenyum manis. Sedangkan Tania yang ada di sisinya melambaikan tangan pada Maya dan dibalas oleh Maya.
"Biasalah, butuh senam mata," ujar Mila.
Maya terkekeh geli. "Sama Tania nih?"
"Iya, Tante," jawab Tania. "Tante mau sekalian ikut?"
"Enggak, tante banyak kerjaan."
"Iya udah, saya pergi dulu ya," ujar Mila.
"Hati-hati, Mbak."
Mila mengangguk lalu menutup kaca mobilnya, bertepatan dengan itu dia melajukan mobilnya.
Maya menghela napas panjang. "Orang-orang pada keluar, dangdutan boleh juga ya?"
...******...
Kalau Kevin, Tania, dan Mila keluar rumah, maka lain halnya dengan Aldo. Dia lebih memilih berada di rumah menonton televisi dengan ibunya tercinta—Tika. Tidak ada pekerjaan yang ingin dilakoninya pagi ini. Kakaknya baru saja berangkat kuliah. Dan hanya tersisa dia dan ibunya di rumah.
"Dengar-dengar ibunya Jean mau pulang, ya?" tanya Tika.
"Iya."
"Kapan?"
Aldo mengedikkan bahu. "Enggak tahu."
"Mama tahu."
Aldo menoleh pada ibunya. "Kalau Mama tahu kenapa nanya Aldo?"
"Ya ... basa-basi aja sih, biar enggak garing suasananya," ujar Tika.
Aldo menghela napas. "Memangnya kapan?"
"Eumph ... Senin nanti," jawab Tika.
"Apa?" tanya Aldo terkejut.
"Kenapa? Kamu pikir mama bohong?
Aldo mengangguk. "Iya."
Plak!
Satu tamparan mulus mendarat tepat di pipi kanan Aldo membuat dia meringis memegang pipinya.
"Sembarang kamu kalau ngomong! Nanti antar mama ke bandara jemput dia. Sekarang kamu mandi! Sudah besar, calon ketua OSIS, orangnya ganteng, tapi males mandi," maki Tika lantas beranjak berdiri. "Oh iya, nanti kalau sudah mandi belikan mama makanan ya," lanjutnya lantas menepuk-nepuk pipi kanan Aldo yang sempat ditamparnya.
Aldo menatap punggung Tika yang beranjak menjauh keluar rumah. Dia menghela napas panjang setelah ibunya menghilang dari daun pintu. "Untung Bima sama Nico nggak tahu kehidupan gue di rumah."
...******...
Tania benar-benar kesal setengah mati. Seharusnya dia bisa bersenang-senang di mal seperti minggu lalu bersama kedua temannya. Tetapi kali ini keadaan justru berbalik padanya. Bagaimana tidak, Tuti memintanya untuk membawa semua belanjaan sedangkan dia memilih-milih barang yang diinginkan. Mila bahkan tidak membelanya, justru berpihak pada Tuti.
"Ini sebenarnya siapa sih pembantunya?" gerutu Tania dengan suara kecil. Dia menatap kesal Tuti yang berada di depannya.
"Mbak Tuti gantian dong bawanya, Tania juga mau beli baju, nih," ujar Tania.
Tuti menyengir lebar. "Bentar dulu ya, Non. Mbak lagi milih-milih barang nih."
Tania menghela napas panjang. Dia menatap jengkel ibunya yang sedang merekomendasikan baju untuk Tuti. Padahal Tania sendiri belum sempat memilih barang, bahkan menyentuh barang sekali pun tidak. Dia berdecak sebal beberapa kali.
Dia memutar bola matanya malas mendengar perbincangan Mila dan Tuti. Matanya meneliti sekitar, barangkali ada barang yang bagus. Alih-alih menemukan barang yang memanjakan mata, dia justru melihat pemandangan yang memedihkan mata.
"Mbak Tuti."
"Ada apa, Non?"
Tania menyerahkan semua belanjaan pada Tuti. "Tania mau pipis di rumah, bilangin sama mama," katanya lantas berbalik menjauh.
"Eh, Non Tania." Sayangnya, Tuti tidak bisa mencegah Tania. "Oalah, pipis kok sampai ke rumah?" Tuti menggaruk pelipisnya karena heran. Saat dia kembali menoleh pada Mila, dia melihat Kevin dan seorang gadis sedang berbincang dengan Mila.
"Kalian berduaan saja?" tanya Mila.
Kevin dan Tari sama-sama mengangguk. "Iya, Tante. Tante sama Mbak Tuti juga berduaan aja?" tanya Kevin.
"Enggak, kita sama—lho, Tania mana?" tanya Mila saat menoleh ke belakang.
"Anu, katanya dia mau pipis di rumah."
...******...
Tania keluar dari dalam mal dengan langkah kesal. Hatinya benar-benar kesal dan jengkel melihat Tari berduaan dengan Kevin. Dia mengabaikan pesan dari Tuti yang menyatakan bahwa dia, Mila, Kevin, dan Tari sedang makan di mal. Tania berdecak sebal.
Dia berjalan tanpa tahu arah sembari menggerutu. "Kesel, kesel, kesel!" Dia melempar kerikil ke sembarang arah.
Pletak!
"Awh!"