Persahabatan Audi, Rani dan Bimo terjalin begitu kuat bahkan hingga Rani menikah dengan Bimo, sampai akhirnya ketika Rani hamil besar ia mengalami kecelakaan yang membuat nyawanya tak tertolong tapi bayinya bisa diselamatkan.
Beberapa bulan berlalu, anak itu tumbuh tanpa sosok ibu, Mertua Bimo—Ibu Rani akhirnya meminta Audi untuk menikah dengan Bimo untuk menjadi ibu pengganti.
Tapi bagaimana jadinya jika setelah pernikahan itu, Bimo tidak sekalipun ingin menyentuh, bersikap lembut dan berbicara panjang dengannya seperti saat mereka bersahabat dulu, bahkan Audi diperlakukan sebagai pembantu di kamar terpisah, sampai akhirnya Audi merasa tidak tahan lagi, apakah yang akan dia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Enam
Bimo yang sedang mengerjakan sesuatu di laptop menghentikan kegiatannya. Dia mendengar sang putri terus saja menangis. Ibu mertuanya sudah berusaha mendiamkan Ghita. Tapi, bocah itu masih terus menangis.
Bimo lalu mendekati Mama Susi. Dia melihat sang pengasuh sedang menggendong putrinya. Walau ada mertuanya, Bimo tetap mempekerjakan seorang pengasuh. Mama Susi hanya mengawasi saja.
"Ghita kenapa, Ma?" tanya Bimo. Dia mendekati putrinya. Menyentuh dahi bocah itu, tapi tak terasa hangat. Berarti bukan demam penyebab rewelnya.
"Mama juga tak tau, kenapa Ghita menangis. Sudah diberi susu dan makan. Mama tadi sudah menghubungi Audi. Memintanya datang. Biasanya Ghita akan anteng di tangannya," jawab Mama Susi.
Dahi Bimo berkerut mendengar ucapan mertuanya. Dia memang jarang bertemu Audi. Gadis itu sering menghindarinya. Sejak dia mengatakan kalau Audi seorang pembu'nuh, dia sepertinya menghindari bertemu dengannya.
Namun, Bimo tahu jika gadis itu selalu menyempatkan waktunya untuk sang putri. Dalam diam dia sering melihatnya.
"Kenapa Mama harus memanggil Audi. Aku tak mau merepotkan orang lain. Coba sini aku gendong. Siapa tau tangisan Ghita akan berhenti," ujar Bimo.
Bimo lalu mendekati pengasuh putrinya. Mengambil alih Ghita. Bukannya diam, tangisannya makin terdengar nyaring. Bimo jadi sedikit panik.
Saat Bimo akan menyerahkan kembali bayinya pada mertua, terlihat Audi datang mendekat. Entah sejak kapan gadis itu sampai.
"Biar aku gendong, siapa tau Ghita-nya anteng," ucap Audi. Dia lalu mencoba mengambil alih bocah itu dari gendongan Bimo. Namun, pria itu menahannya. Tak mau melepaskan putrinya.
"Denganku yang ayah kandungnya saja dia tak mau diam, apa lagi denganmu yang bukan siapa-siapanya!" seru Bimo dengan suara ketus.
Audi menarik napas dalam. Semua untuk menghilangkan emosinya. Dia tak mau terbawa suasana. Biarlah apa yang ingin pria itu katakan. Dia tetap mengambil alih Ghita, bahkan tampak sedikit memaksa.
"Berikan Ghita dengan Audi, Bimo. Biasanya putrimu akan diam jika dalam pelukan Audi," ucap Mama Susi.
Tak mau berdebat dengan mertuanya, Bimo lalu menyerahkan sang putri. Audi lalu mencoba menenangkan Ghita dengan mengusap tubuh bocah itu. Dia lalu mengeluarkan minyak telon dari dalam tas. Mengusap seluruh tubuh putrinya Rani.
"Bi, bisa minta tolong buatkan susu Ghita," ucap Audi dengan suara lembut.
"Baik, Non. Tunggu Bibi buatkan," ucap pengasuh Ghita itu.
Bibi segera menuju dapur dan membuatkan susu untuk Ghita. Bocah itu sudah mulai tampak tenang. Kedua tangan mungilnya memeluk tubuh Audi. Bimo melihat semua itu tanpa kedip.
Tak dipungkiri Bimo, jika Audi memiliki jiwa keibuan yang besar. Dia seperti telah terbiasa mengasuh bayi. Mungkin karena dia dibesarkan di panti asuhan sehingga sudah menjadi kebiasaannya menghadapi anak-anak.
Bibi lalu menyerahkan susu ke tangan Audi. Mama Susi dan Bimo memilih duduk sambil memperhatikan gadis itu mengasuh Ghita. Tak lama kemudian tampak bocah itu telah terlelap.
"Untung ada kamu, Audi. Padahal Tante sudah melakukan hal yang sama denganmu, tapi tetap saja Ghita menangis. Dia sepertinya hanya mau tidur di pelukan kamu," ujar Mama Susi.
Tadi dia sudah membalurkan minyak telon juga ke seluruh tubuh Ghita, tapi tetap saja bocah itu rewel. Entah mengapa, ditangan Audi semua menjadi berubah. Dia tak menangis lagi.
"Mungkin tadi masih terasa kurang nyaman, Tante. Kebetulan saat aku memberikan lagi, dia baru merasa enak. Jadi anteng," jawab Audi. Tangannya terus mengelus punggung Ghita agar bayi itu makin nyenyak tidurnya.
"Sepertinya bau tubuhmu sudah di hafal Ghita. Sehingga dia betah hanya denganmu," kata Mama Susi sambil tersenyum.
Jarak rumah Audi dan rumah Bimo saat ini tak terlalu jauh, sehingga dia bisa datang secepatnya. Dulu mereka memang janjian mengambil rumah di satu komplek yang sama. Cuma beda unit karena rumah gadis itu hanya yang tipe sederhana.
"Maaf, Ma, Bimo. Aku izin mau baringkan tubuh Ghita dulu ke kamar. Biar tidurnya lebih nyaman," ucap Audi.
Audi berdiri dengan pelan agar Ghita tak terbangun. Gadis itu tampak sangat telaten mengurus bayi Bimo dan Rani itu. Dalam diam Bimo memperhatikan hingga gadis itu menghilang masuk ke kamar tidur putrinya.
"Kamu lihat sendiri'kan Bimo, kalau Ghita itu sudah terlalu lengket dengan Audi. Jika kamu memang menyayangi putrimu, coba pikirkan permintaan Mama. Audi adalah wanita paling tepat menggantikan posisi Rani. Sebagai ibunya, Mama ikhlas jika Audi yang menggantikan posisi putri Mama," ucap Mama Susi.
Bimo tampak menarik napas dalam. Entah apa yang ada dalam pikiran pria itu. Dia lalu menunduk seperti memikirkan sesuatu.
"Mama harap kamu pertimbangkan tawaran Mama. Jangan terlalu lama berpikir. Takutnya ada pria lain yang melihat kelembutan Audi, dan mempersuntingnya sebagai istri. Kamu akan menyesal jika dia telah dimiliki orang lain!" seru Mama Susi.
"Ma, jika memang menurut Mama Audi yang terbaik sebagai ibu sambungnya Ghita, baiklah Ma. Aku setuju. Mama tolong katakan padanya jika aku ingin dia menjadi pengasuhnya Ghita," ucap Bimo.
Mendengar ucapan menantunya, Mama Susi menggelengkan kepala. Dia tak habis pikir apa yang ada otak Bimo, kenapa dia mengatakan Audi sebagai pengasuh.
"Bimo, Mama meminta kamu menikah dengan Audi bukan sebagai pengasuh Ghita saja, tapi juga sebagai istrimu!" seru Mama Susi dengan sedikit emosi. Bisa-bisanya menantunya itu berpikir demikian.
Bimo tampak menarik napas lagi. Dia belum bisa menggantikan posisi Rani. Seolah dia selingkuh jika membawa wanita ke dalam hidupnya. Dia tak mau istrinya itu sedih melihatnya begitu cepat melupakan kepergian dirinya.
"Ma, aku akan berusaha menjadi suami bagi Audi. Tapi, untuk saat ini aku mau menikahi Audi semata-mata hanya demi Ghita. Dia yang lebih membutuhkan kehadiran Audi. Aku masih betah dengan kesendirianku," jawab Bimo.
"Mana bisa begitu, Bimo. Kalau menikahinya, berarti siap menjadi suaminya dan bertanggung jawab atas dirinya. Kau pasti lebih tau apa saja tanggung jawab seorang suami," ucap Mama Susi. Keduanya terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Sementara itu Audi masih di dalam kamar. Dia masih gugup karena harus berhadapan langsung dengan Bimo setelah enam bulan saling menghindar.
Bimo mengambil napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengatakan pada Mama Susi, "Baiklah Ma, aku sudah memikirkannya. Aku siap melamar Audi untuk menjadi ibu pengganti bagi Ghita."
Mama Susi tersenyum lega dan bahagia. "Oh, Bimo! Mama sangat senang mendengarnya! Mama tahu kamu akan membuat keputusan yang tepat untuk Ghita," kata Mama Susi dengan suara yang penuh kegembiraan.
Bimo tersenyum lembut. "Aku ingin memberikan yang terbaik untuk Ghita, Ma. Dan aku percaya Audi adalah orang yang tepat untuk menjadi ibu pengganti bagi dia," kata Bimo dengan suara yang penuh keyakinan.
Mama Susi mengangguk setuju. "Mama percaya kamu, Bimo. Mama akan mendukung kamu dalam proses melamar Audi," kata Mama Susi dengan senyum yang hangat.
Bimo merasa lega dan bahagia karena telah membuat keputusan yang tepat untuk Ghita. Dia berharap Audi akan menerima lamarannya dan menjadi ibu pengganti yang baik bagi putrinya. Dia akan segera melamarnya.
😆😆😆😆
selamat bahagia ya Bimo karena telah membuang batu berlian untuk Daniel...
semoga ending audi sm daniel😘