Pil Paracetamol Yang Merubah Hidupku.

Bab 9. Insiden Di Kafe.

"Fiuh! Akhirnya selesai juga." ucap Rian yang baru saja menyapu lantai Kafe dan juga membersihkan semua meja.

Saat ia melihat jam, ternyata itu menunjukkan pukul 22.30. Yang artinya, setengah jam lagi, kafe akan tutup dan dia akan pulang.

Tiba-tiba terdengar suara "TRANG" yang sangat keras, Suara itu lebih mirip seperti sebuah piring yang sedang dibanting.

Dan itu berasal dari ruang VIP.

Seketika Rian mengerutkan kening, dengan pendengarannya yang tajam, dia bisa mendengar jika saat ini rekan kerjanya sedang mengalami masalah disana.

Menghela napas panjang, Rian pun segera berjalan ke lantai dua untuk melihat situasi. Jika memang bisa diselesaikan dengan baik-baik, dengan senang hati ia akan melakukannya, akan tetapi, jika itu tidak berhasil, ia memiliki seribu cara untuk menyelesaikan masalah.

Masalah-masalah seperti ini bukan pertama kalinya terjadi. Karena yang berkunjung di kafe ini rata-rata Berasal dari balangan orang-orang kaya Dari berbagai usia, mulai dari remaja, dewasa, bahkan orang tua.

Kafe tempat Rian bekerja, ini lumayan memiliki fasilitas yang lengkap, ada ruangan umum, ruang pribadi dan ruang VIP.

Ruang umum adalah ruangan untuk bersantai yang bercampur baur dengan para pengunjung lainnya. Sedangkan untuk ruang pribadi adalah ruang yang lebih privasi, yang tidak bisa dimasuki sembarangan orang. Dan untuk ruang VIP adalah ruang super eksklusif yang hanya ditempati untuk mereka yang telah membayar harga tertentu.

Di dalam kafe ini ada 3 macam kartu, yaitu Bronze, Silver, dan Gold. Biasanya, mereka yang kartu bronze dan silver selalu memesan ruang pribadi. Dan untuk pemegang kartu Gold, biasanya mereka selalu memesan ruangan VIP.

Bisa dikatakan, kafe tempat Rian bekerja ini bukanlah kafe yang sederhana. Lebih tepatnya ini mirip Kafe semi hotel.

Ada beberapa pengunjung yang menaati peraturan, namun ada juga yang satu atau dua di antara mereka yang membangkang dan memberontak dengan berbuat semaunya.

Mengandalkan latar belakang keluarga yang kaya, Mereka sesekali akan melakukan hal-hal yang diluar batas, seperti tindakan kurang sopan terhadap para pegawai Kafe. Terutama pegawai wanita.

Tanpa ragu, Rian segera melangkah kan kakinya menuju ke ruang VIP tempat salah temannya yang mendapatkan masalah itu.

Dia tidak bisa tinggal diam begitu saja, jika ini berkaitan dengan temannya kerjanya, terutama bagi mereka pegawai wanita.

Sudah beberapa kali Rian menyelesaikan kekacauan semacam ini. Dan, tingkat kekacauan yang ia hadapi berbeda-beda. Namun tetap saja ia tidak berani melangkah terlalu jauh misalnya seperti mematahkan tangan dan kaki atau sebagainya.

Biasanya itu hanya berupa peringatan tegas atau beberapa pukulan ringan untuk melumpuhkan. Yang mana, jika itu dilanjutkan ke jalur hukum, justru mereka sendiri yang akan malu.

Karena Kafe itu dilengkapi dengan CCTV yang sangat banyak.

Kembali ke cerita.

Dengan langkah yang mantap Rian segera melangkahkan kakinya ke lantai tiga.

Ya. Perlu diketahui kafe ini adalah gedung dengan tiga lantai.

Lantai pertama dikhususkan untuk ruangan umum, lantai kedua dikhususkan untuk ruangan pribadi, dan lantai ketiga dikhususkan untuk ruang VIP.

Saat Rian tiba di lokasi dan akan masuk ke sebuah ruangan, dia dihadang oleh dua pengawal dengan badan tinggi kekar memakai jas hitam dan kacamata hitam. Tampang mereka begitu sangat sangar, galak, dan mengintimidasi.

Melihat dua pengawal itu tidak ada ketakutan sedikitpun di mata Rian. Baginya mereka hanyalah dua orang semut yang bisa dihancurkan dengan mudah seperti meniup debu.

Dengan suara yang tegas dan datar, dia berkata.

"Aku mendengar adanya keributan yang tidak biasa dari ruangan ini. Tolong menyingkirlah dan biarkan aku masuk untuk memeriksa." kata Rian menjaga sikapnya agar tetap terlihat profesional.

Mendengar itu, dua pengawal yang menjaga di depan pintu mengurutkan kening. Dan seketika ekspresi mereka berubah menjadi dingin. Ini adalah pertama kalinya, ada seorang remaja

Yang merupakan pegawai biasa yang berbicara kepada mereka dengan ada yang tidak hormat.

Namun karena mengingat latar belakang dari pemilik kafe ini yang tidak sederhana. Mereka hanya memberikan sebuah tanggapan lewat kata-kata tanpa berani bertindak terlalu jauh.

Rumor mengatakan jika pemilik kafe ini sebenarnya adalah tuan muda dari salah keturunan keluarga paling berpengaruh di kota Daun Hijau yaitu Kevin Wiratama.

Di kota daun hijau sendiri ada 5 keluarga besar paling berpengaruh. Dan 5 keluarga besar itu adadalah,

Sanjaya, Wiratama, Sudrajat, Sultan, dan terakhir keluarga Suryo.

Dan yang paling mengerikan leluhur mereka merupakan seorang yang memiliki kekuatan melebihi manusia biasa yaitu seorang Petarung Legendaris dengan tingkat kekuatan yang cukup mengerikan.

Ranah para petarung legendaris itu adalah.

Harimau.

Naga.

Bumi.

Langit.

Bulan.

Matahari.

Surga.

Setengah Abadi.

Abadi.

Masing-masing ranah memiliki 9 level dan tiga tahapan yaitu awal menengah dan puncak.

Kembali Ke Cerita.

"Nak...karena kau bekerja di keluarga Wiratama kami akan mengabaikan sikap tidak sopanmu untuk kali ini saja tetapi segera pergilah sebelum kami berubah pikiran dan membuatmu menderita." ucap salah satu dari keduanya.

Bahkan saat mengatakan itu dia mengeluarkan sedikit aura membunuh yang haus darah.

Sementara itu, Rian yang mendengarnya hanya terkekeh. Akan tetapi dia tidak ingin banyak bicara dengan gerakan yang sangat cepat dia melakukan dua tamparan pada dua pengawal tersebut. Dan seketika keduanya langsung pingsan tak sadarkan diri.

Dengan adanya Prism of Light, dia benar-benar bisa menekan kekuatannya sedemikian rupa, tanpa harus menghancurkan mereka dengan sekali tamparan.

Rian mencoba untuk membuka pintu, akan tetapi sepertinya dikunci dari dalam.

Dengan memanfaatkan kecepatan cahaya, Rian menciptakan gelombang yang mampu mengeluarkan getaran berkecepatan yang tinggi pada gagang pintu. Hingga akhirnya, gagang pintu itu pun rusak dan patah.

Dengan tenang Rian pun segera masuk dan membuka pintu dan pemandangan yang ada di depannya benar-benar membuatnya naik pitam.

Saat ini, rekan kerjanya sedang berusaha mati-matian mempertahankan harga dirinya yang sedang dilecehkan oleh seorang pria bertubuh tinggi, dan gemuk. Tak perlu dipertanyakan lagi apa yang terjadi. Pria gemuk itu saat ini sedang melakukan percobaan tindakan pelecehan seksual kepada temannya.

Dengan marah Rian segera menggunakan 2 persen kekuatannya untuk menendang tubuh pria gemuk itu.

Beban berat tendangannya sekitar 100 kg.

"WUSH! BRAK!"

"ARGH"

Pria gemuk itu berteriak dan merintih kesakitan.

Dengan jelas ia bisa merasakan jika seluruh tulangnya benar-benar hancur berantakan dan organ dalamnya terluka parah.

Karena rasa sakit yang teramat sangat akhirnya dia pun pingsan.

Tiba-tiba, Rian merasakan jika tubuhnya dipeluk dengan sangat erat. Tidak lama kemudian, terdengar suara isak tangis yang menggema memenuhi ruangan.

"Sudah kak sudah..tenanglah jangan menangis lagi." ucapnya sambil mengusap punggung rekan kerjanya itu dan menenangkan dirinya.

Rian mengenal gadis ini, namanya adalah Sherly.

Dia adalah seorang gadis remaja berusia sekitar 19 tahun yang saat ini sedang berkuliah di salah satu Universitas ternama di kota Daun Hijau.

Kemudian dia membawa Sherly turun ke ruang dapur agar dia menenangkan diri di sana. Teman-temannya terus sebenarnya juga melihat keributan itu akan tetapi mereka hanya gemetar ketakutan karena tidak berani mengambil tindakan. Hanya melihat postur tinggi dari dua pengawalnya saja sudah dipastikan jika mereka akan dipukuli sampai babak belur.

Beberapa pegawai wanita lainnya yang seumuran atau bahkan lebih tua dari Sherly juga mulai memeluk dan menghiburnya.

Setengah jam kemudian, bos pemilik kafe yang tidak lain adalah Kevin datang. Dia mau dengar laporan dari beberapa pegawainya jika ada keributan dari ruang VIP.

Namun, saat dia tiba ternyata semua masalah sudah diselesaikan oleh Rian, dia pun akhirnya hanya mengela nafas lega.

Saat menatap Rian, berbagai ekspresi rumit melintas di matanya, akan tetapi itu lebih condong ke tatapan kagum yang dipenuhi oleh apresiasi saat dia tanpa rasa takut membela teman-temannya yang teraniaya.

Namun, karena keributan ini ada di kafenya, Kevin juga tidak berani lalai. Dia segera menelepon pihak rumah sakit agar

tamu yang sebelumnya membuat keributan segera ditangani sebagai bentuk tanggung jawabnya.

Tidak lama kemudian petugas dari rumah sakit datang dengan mobil ambulans. Tidak lama kemudian mereka mengeluarkan Brangkar untuk mengangkut pasien.

Namun saat petugas itu melihat betapa parah kondisi tubuh pasiennya, petugas itu tercengang. Tulang hancur organ dalam terluka parah dan darah terus mengucur tanpa henti. Jika tidak segera diselamatkan dalam waktu 30 menit dia pasti akan mati.

Maka dari itu para petugas dari rumah sakit itu segera mengambil tindakan penyelamatan mengucapkan beberapa patah kata kepada Kevin, dan segera melesat dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit.