NovelToon NovelToon
Godaan Mahasiswi Nakal

Godaan Mahasiswi Nakal

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dosen / Diam-Diam Cinta / Gadis nakal
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Pannery

"Mahasiswi nakal harus dihukum!" Suara dinginnya menggelegar dan mengancam. Dia Gabriel, dosen killer yang terkenal kejam dan tidak suka digoda wanita.

Ivy, seorang primadona kampus memiliki nilai yang buruk dan nakal. Akibat kenalakannya, Mr. Gabriel ditugaskan untuk mengurus Ivy.

"Kerjakan soalnya atau aku akan menghukummu."

Karna tersiksa, Ivy mencoba membuat Mr. Gabriel menjauh berdasarkan rumor yang beredar. Tapi bukannya menjauh, Mr.Gabriel malah balik mendekatinya.

“Cium aku dong Mister~” Ivy selalu menggoda dosennya duluan agar risih.

Cup!

Bibirnya seketika dicium dalam dan membuat Ivy kewalahan. Saat pagutan dilepas, Ivy merasa bingung.

“KOK DICIUM BENERAN, MISTER?!”

“Loh kan kamu yang minta, kok di gas malah takut?”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pannery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Atas Ranjang

Setelah keluar dari kelas, Ivy kembali diliputi rasa kesal yang tidak kunjung reda. Dia bahkan tidak bisa melakukan apa-apa tadi, hanya pasrah.

Saat tiba di samping mobilnya, Ivy menendang ban mobil itu, meskipun tau itu tidak akan menyelesaikan apapun.

“Ugh! Sialan!” Ivy menggerutu, masuk ke mobil dengan kasar dan membanting pintu.

Sesampainya di dalam, dia memukul-mukul setir mobilnya dengan frustrasi.

“Kalau begini aku harus ganti strategi! Ah… apa dari awal aku salah strategi ya?”

Ivy mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, mencoba mencari ketenangan. Tapi perutnya yang keroncongan tidak membantu.

“Oke, tenang dulu. Kita pulang dan makan. Ya, makan sesuatu yang hangat kayaknya enak,” gumamnya, sambil melirik langit yang mulai gelap, tanda hujan akan segera turun.

Ivy menyalakan mesin dan mulai berkendara, mencoba mengalihkan pikirannya dengan menyetel musik favorit.

Lagu ceria menemani perjalanannya, dan Ivy mulai merasa sedikit lebih baik. Namun, itu tidak berlangsung lama.

Mobilnya tiba-tiba terasa berat, gerakannya melambat, dan sulit dikendalikan.

“Apa-apaan ini?” Ivy memelankan laju mobil, mencari tempat aman untuk berhenti.

Hujan mulai turun perlahan, dan jalanan yang sepi membuat situasi semakin tidak nyaman.

Ivy keluar dari mobil dengan tangan menutupi kepala dari hujan, dia berjalan mengitari kendaraan, mencoba mencari tau masalahnya.

Mesin mobil terlihat baik-baik saja, tapi ketika dia memeriksa ban, dia menemukan jawabannya. “Ah, bannya bocor…”

Ivy menghela nafas panjang, membuka bagasi untuk mengambil ban cadangan.

Namun, hujan semakin deras, membasahi tubuhnya yang hanya terlindungi pakaian tipis.

Saat Ivy sibuk berjongkok, sebuah motor melaju kencang melewatinya, menyipratkan air hujan ke seluruh tubuhnya.

“Hei! Sialan!” Ivy memaki, berdiri sambil mengusap wajahnya yang basah kuyup.

Tapi anehnya, motor itu berbalik dan berhenti di dekatnya.

Pengendara motor itu membuka visornya, memperlihatkan wajah dengan kacamata yang familier.

Ivy mengerutkan dahi, merasa mengenalinya.

“Mr. Gabriel?” Tanyanya, hampir tidak percaya.

Pria itu tersenyum tipis. “Sepertinya kamu punya masalah di sini, Nona Ivy.”

Ivy mendengus, melipat tangan di dada. “Masalah?! Hei, kalau Mister tidak ngebut tadi, aku tidak akan seperti ini! Basah kuyup!”

“Tapi mau aku ngebut atau tidak, kamu akan tetap basah kuyub karna terkena hujan,Nona Ivy.” balas Mr. Gabriel dengan santai, membuat Ivy semakin kesal.

Melihat pakaian Ivy yang mulai basah menempel pada tubuhnya, Mr. Gabriel turun dari motornya dan tanpa berkata-kata melepaskan jaketnya.

Dengan cekatan, dia memakaikannya pada Ivy. “Pakailah. Kamu akan sakit kalau terus seperti ini.”

Ivy terkejut dan hanya bisa menggigit bibirnya.

“Aku sudah bilang, jaketku tidak perlu dikembalikan.” Lanjut Mr. Gabriel.

"Tapi nanti Mr. Gabriel jadi kebasahan, apalagi Mister kan naik motor.. memangnya tidak masalah, ya?"

“Tidak apa-apa. Aku antar kamu pulang saja. Mobilmu biar aku panggil teknisi untuk mengurusnya,” kata Mr. Gabriel, suaranya terdengar lebih lembut kali ini.

Ivy menatapnya ragu. Tapi hawa dingin hujan membuat tubuhnya menggigil, dan jaket Mr. Gabriel yang hangat menjadi satu-satunya hal yang memberinya kenyamanan.

Ivy akhirnya mengangguk. “Baiklah...”

Mr. Gabriel naik ke motornya, menepuk jok di belakang. “Naiklah.”

Ivy mendekat dan duduk di belakangnya. Awalnya, Ivy hanya memegang sisi motor dengan hati-hati, tapi Mr. Gabriel menarik tangannya dan melingkarkannya ke pinggangnya.

“Pegangan yang benar,” katanya tegas.

Terkejut, Ivy tak punya pilihan selain mengikuti instruksi Mr. Gabriel

Kedua lengan Ivy memeluk tubuh Mr. Gabriel, dan saat itu dia menyadari sesuatu. Bahu pria itu terasa lebar dan kokoh, bahkan lebih dari yang dia bayangkan.

Saat tubuhnya semakin dekat, dia bisa merasakan otot perutnya yang keras di balik kemeja basah itu.

Ternyata di balik penampilan kunonya… pria ini benar-benar menjaga dirinya dengan baik, pikir Ivy, pipinya memerah meski udara dingin hujan menggigit kulitnya.

Motor segera melaju cepat, membawa mereka berdua menembus hujan yang lebat.

...****************...

Rasanya seperti mimpi aneh, berada di atas motor bersama dosen killer yang Ivy benci. Mr. Gabriel harusnya menjadi sosok yang Ivy jauhi tapi sekarang.. kenyataannya berkata lain.

Ivy tak bisa menahan debaran jantungnya yang semakin cepat setiap kali angin menerpa tubuh mereka.

Tangan Ivy yang melingkar di pinggang Mr. Gabriel terasa canggung, tapi dia tak berani melepas.

Saat motor sedikit terguncang karena jalan yang berlubang, Mr. Gabriel melirik ke belakang dan dengan cepat menggenggam tangan Ivy.

“Pegang yang erat. Jangan sampai kamu jatuh,” katanya tegas, tanpa menoleh lagi.

Ivy merasa pipinya memanas meski udara dingin dari hujan menyelimuti.

Perjalanan di tengah hujan itu terasa panjang dan menguras tenaga. Pakaian mereka sudah basah kuyup saat akhirnya motor berhenti di depan sebuah rumah besar Ivy.

Mr. Gabriel menyalakan klakson dan satpam penjaga segera membukakan pintu, setelah melihat Ivy yang duduk di atas motor.

Ivy turun lebih dulu, menatap Mr. Gabriel dengan bingung.

“Kok Mister bisa tau rumahku?” Tanyanya, alisnya mengerut.

Mr. Gabriel hanya tersenyum tipis, turun dari motor, dan melepas helm serta kacamata basahnya.

Dengan kemeja tipis yang melekat erat di tubuhnya, bentuk tubuhnya yang kokoh terlihat jelas.

Ivy menelan ludah dan buru-buru memalingkan wajah, mencoba mengabaikan pikirannya yang mulai melantur.

“Aku pernah ke sini sebelumnya untuk ertemu dengan ibumu,” jawab Mr. Gabriel santai, mengibaskan air dari rambutnya yang basah.

Ivy hanya mengangguk pelan, tak ingin memperpanjang obrolan. Tapi di dalam hatinya, dia mulai mempertanyakan sesuatu.

'Dia… tampan juga, ya. Aduh, Ivy, apa yang kamu pikirin..' Batinnya resah.

Sebelum Ivy bisa berkata apa-apa lagi, seorang pelayan rumah keluar dengan tergesa-gesa. “Nona Ivy! Ah, Anda basah sekali!” Katanya, panik melihat keadaan Ivy dan tamunya.

Mr. Gabriel mengangguk sopan, menyerahkan Ivy pada pelayan. “Urus dia baik-baik. Aku akan pulang sekarang.”

Namun, saat dia hendak berbalik menuju motornya, Ivy dengan spontan menarik lengan Mr. Gabriel. “Tunggu! Jangan pergi dulu!”

Mr. Gabriel berhenti, menatap Ivy dengan alis sedikit terangkat. “Kenapa?”

“Di sini saja dulu. Hujannya masih deras, dan… Anda juga masih basah,” kata Ivy pelan, hampir seperti bisikan.

Wajahnya memerah, dan dia menghindari tatapan langsung dengan pria itu.

Mr. Gabriel diam sejenak, memandang wajah Ivy yang tampak memohon. Sesuatu dalam tatapannya membuat Ivy semakin gugup.

Setelah beberapa saat, Mr. Gabriel mengangguk perlahan. “Baiklah. Aku akan menunggu sampai hujan reda,” ucapnya lembut.

Hati Ivy berdebar lebih kencang. Dia tau itu hanya alasan agar Mr. Gabriel tidak basah lebih lama, tapi kehadirannya di rumah hari itu membawa suasana yang berbeda.

...****************...

Ivy pergi mandi lebih dulu dengan cepat, membiarkan Mr. Gabriel yang sedang melihat-lihat foto keluarga Ivy.

Mr. Gabriel diberikan selimut untuk menghangatkan dirinya.

Saat Ivy selesai mandi, pelayan rumah dengan sigap mendekati Mr. Gabriel, menawarkan handuk untuk mandi.

Namun, sebelum pelayan sempat melangkah lebih jauh, Ivy menghentikannya.

“Biar aku aja, Bi,” katanya cepat, sambil mengambil alih handuk dari tangan pelayan itu.

Ivy kembali dengan membawa handuk dan pakaian papanya. Dia menyerahkan barang-barang itu kepada Mr. Gabriel sambil tersenyum kecil.

“Ini, Mister. Anda bisa mandi dulu. Pakai ini saja untuk sementara.”

Mr. Gabriel mengangguk sedikit ragu, mengambil handuk dan pakaian itu.

“Baiklah. Terima kasih.”

Namun sebelum dia pergi, pandangannya menangkap Ivy yang kini telah berganti pakaian menjadi sweater oversized dan celana panjang sederhana.

Senyum kecil terulas di wajahnya. “Akhirnya aku bisa melihatmu memakai pakaian yang sopan,” ujarnya sambil tersenyum.

“Sudah, Mister! Mandi sana!” Ivy mendengus, mendorongnya perlahan menuju kamar mandi.

Sambil menunggu, Ivy mencoba mengalihkan pikirannya, tapi tawa kecil hampir keluar saat dia membayangkan seperti apa Mr. Gabriel nanti dalam pakaian papanya.

Saat pintu kamar mandi terbuka, dia benar-benar tak bisa menahan tawanya.

“Hahaha! Astaga, Mister! Anda kelihatan seperti bapak-bapak yang norak!” Ivy menutupi mulutnya, tapi tawa itu terus keluar tanpa henti.

Mr. Gabriel, yang kini mengenakan kemeja ungu tua dan celana panjang merah mencolok, hanya menghela napas panjang.

“Dasar… kamu yang memilihkannya ya,” balasnya dengan nada datar.

“Tidak kok! Anda saja yang kurang cocok dengan gaya papa!” Ivy menjauh sambil tertawa lebih keras.

Melihat Ivy yang begitu santai, Mr. Gabriel hanya menggelengkan kepala sebelum memutuskan untuk mengejarnya.

“Dasar nakal!”

Ivy berlari menghindar, tapi Mr. Gabriel lebih cepat. Tangannya langsung menangkap pinggang Ivy, membuat gadis itu terhenti dengan tawa terputus-putus.

“Kena kamu!” Ucapnya sambil menggoyangkan pinggang Ivy sedikit, membuatnya tertawa terbahak-bahak.

“Hahaha! Mister, hentikan! Geli!”

Tapi bercandaan mereka tiba-tiba terhenti saat keduanya menyadari betapa dekatnya mereka.

Tangan Mr. Gabriel masih memegang pinggang Ivy, dan jarak di antara mereka nyaris tak bersisa.

Ivy mendongak, wajahnya merah, sementara Mr. Gabriel terdiam, memandangi gadis itu.

Ivy tampak berbeda malam ini. Tanpa make-up yang berlebihan, wajahnya terlihat natural, lebih manis daripada yang biasa ia lihat di kampus.

Rambut hitamnya tergerai lembut, dan aroma sabun mandinya bercampur dengan aroma khas Ivy yang samar namun memikat.

Bahkan aroma yang sederhana ini lebih memikat daripada parfum yang Ivy selalu pakai.

'Rambutnya terlihat lembut..' Batin Mr. Gabriel.

Tangan Mr. Gabriel bergerak perlahan, menyelipkan helaian rambut yang menutupi wajah Ivy.

Rambut itu terasa selembut sutra di jemarinya, membuat hatinya sedikit berdebar.

Lalu… Matanya tertuju pada wajah Ivy, dan sejenak waktu terasa berhenti, seakan mereka terhubung oleh sesuatu yang tak terucap.

Mr. Gabriel terdiam. Jarak mereka terasa semakin sempit. Ada ketegangan di udara, dan tanpa sadar, tubuhnya bergerak mendekat…

1
Elmi Varida
hadeeeuh...baru dicium aja udah kayak diperawanin si Gabriel wkwkwkwk...
ikut nyimak novelmu thor..
Siti Zulaikha
lanjut thor
Azriel Baxter
suka banget... aku gatau kapan ini dirilis, tapi bagus bangetttt lanjut ya kak.. lope banget deh, sesuai genre,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!