NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova 2

Benih Sang Cassanova 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / One Night Stand / Single Mom / Hamil di luar nikah / Anak Kembar
Popularitas:77.3k
Nilai: 5
Nama Author: D'wie

Sharon tidak mengerti mengapa takdir hidupnya begitu rumit. Kekasihnya berselingkuh dengan seseorang yang sudah merenggut segalanya dari dirinya dan ibunya. Lalu ia pun harus bertemu dengan laki-laki kejam dan melewatkan malam panas dengannya. Malam panas yang akhirnya makin meluluhlantakkan kehidupannya.

"Ambil ini! Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku."

"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!"

Namun bagaimana bila akhirnya Sharon mengandung anak dari laki-laki yang ternyata seorang Cassanova tersebut?

Haruskah ia memberitahukannya pada laki-laki kejam tersebut atau menyembunyikannya?

Temukan jawabannya hanya di BENIH SANG CASSANOVA 2.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Bab 34. Cosplay

PENTHOUSE – MALAM HARI

Hari-hari setelah melihat video cosplay kedua anak kembar itu, Leon berubah.

Setiap pagi sebelum berangkat kerja, setiap malam sebelum tidur, bahkan di sela-sela waktu makan siang di kantor, ia selalu membuka sosial media dan mencari unggahan terbaru dari akun yang sama. Video tentang si kembar.

Mereka tampil dengan berbagai kostum lucu—kadang jadi karakter penyihir, kadang jadi astronot, kadang hanya menari dengan gerakan kikuk mengikuti lagu anak-anak viral. Kadang berantem kecil, kadang tertawa bersama. Wajah mereka polos, ekspresif, menggemaskan, dan ... terlalu familiar.

Leon tidak tahu kenapa. Tapi tiap melihat mereka, ada rasa hangat yang menjalar di dadanya. Seakan-akan, hidupnya yang selama ini hampa, pelan-pelan terisi kembali oleh sesuatu yang tidak ia mengerti. Sesuatu yang seperti ... rindu. Atau mungkin, kehilangan.

Senyum mereka terasa seperti jawaban atas pertanyaan yang selama ini menggantung di benaknya, tentang kekosongan yang tak bisa dijelaskan.

Sejak saat itu, dua anak itu selalu muncul di pikirannya.

***

Ruang kerja Eric di LXR Holdings

Di sebuah ruangan modern bergaya industrial, Eric duduk termenung di depan laptopnya. Dokumen terbuka di layar, tapi matanya tak fokus ke sana. Tangannya justru sibuk memutar-mutar bolpoin.

"Harus ada cara," gumamnya pelan.

Ia sudah mendengar semuanya dari Mischa. Tentang Sharon. Tentang anak-anaknya. Tentang Yogyakarta. Bahkan tentang kecelakaan Leon yang membuat ingatannya hilang sebagian.

Kini ia tahu bahwa dua anak itu—si kembar yang mulai viral itu adalah anak dari sahabatnya.

Dan Leon ... ayah kandung mereka.

Namun, Eric tahu, Sharon tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti anak-anaknya. Jika ia membawa Leon ke sana tanpa kesiapan, Sharon pasti akan kabur. Tapi jika tidak segera bertindak, Leon akan benar-benar menikah dengan Metha, wanita yang jelas-jelas bukan untuknya.

Eric menghela napas panjang. Lalu menatap kalender di mejanya.

"Pernikahan Leon tinggal seminggu lagi."

Ia pun mulai menyusun strategi.

...***...

"Eric, ke ruanganku segera!" titah Leon melalui interkom. Selang beberapa menit kemudian, Eric pun segera muncul dengan berkas di tangan.

"Ini berkas yang kau ...."

Leon mengerutkan keningnya. "Memangnya aku meminta berkas padamu?"

"Lalu? Untuk apa kau memanggilku?"

"Aku ingin keluar sebentar. Kau tetap di sini."

"Kau mau ke mana?"

"Bukan urusanmu!" ketus Leon membuat Eric mendengus.

Leon pun segera beranjak dari tempat duduknya sambil meraih jasnya yang tergantung di capstok lalu memakainya. Tak lama kemudian, ia pun segera melenggang pergi.

Dua jam kemudian, Leon sudah kembali ke ruangannya.

"Pak Leon sudah pulang?" tanya Eric pada sekretaris Leon. Eric mengangguk. Ia pun segera menuju ruang kerja Leon. Tak lupa ia mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam sana.

"Masuk!" seru Leon dari dalam. Eric pun segera membuka pintu. Dalam hitungan detik, Eric seketika terperanjat saat melihat sesosok laki-laki berdiri membelakanginya. Yang membuatnya terkejut, laki-laki itu memakai jubah panjang yang menurut Eric aneh.

"Leon ... itu kau?" tanya Eric hati-hati.

Leon pun segera membalikkan badannya membuat mata Eric sampai membulat.

"Leon ... kau ... Apa yang kau kenakan itu?" tanya Eric bingung.

"Oh, ini ... ini jubah hokage milik Yondaime. Ayahnya Naruto. Bagaimana? Aku keren kan?" tanya Leon membuat rahang Eric nyaris jatuh saking terkejutnya.

"Yo---yondaime? Naruto? Kamu ... Apa penyakitmu semakin parah jadi kau merasa kembali ke masa kanak-kanak?' cetus Eric penuh kekhawatiran. "Bagaimana kalau kita ke rumah sakit sekarang? Aku khawatir otakmu mengalami kerusakan parah."

Mendengar kata-kata Eric, Leon pun mendengus. "Dasar sinting! Jangan berpikir aneh-aneh!" dengus Leon.

Eric berjalan mendekat dan mengitari Leon. "Bagaimana aku tidak berpikir aneh-aneh, kamu tiba-tiba mengenakan pakaian aneh ini, apalagi coba namanya kalau bukan karena otakmu sedang ...."

"Gila maksudmu?" seru Leon yang kemudian melempar Eric dengan buah jeruk yang ada di atas meja.

"Ya, bukan gila. Tapi ...."

"Kamu lihat ini!" Sebelum sempat menyelesaikan kata-katanya, Leon lebih dulu menunjukkan sebuah video pada Eric.

"Lihat kedua bocah menggemaskan ini. Yang laki-laki bercosplay menjadi Naruto, sedangkan yang perempuan menjadi Hinata. Bukankah aku lebih cocok menjadi Yondaime, ayah dari Naruto? Lagipula wajah kami mirip. Cocok bukan?"

Eric terpaku saat melihat video yang Leon tunjukkan. Ia pun reflek menelan ludah.

"Ternyata kebenaran menunjukkan jalannya sendiri," gumam Eric.

"Apa?"

"Ah, tidak, tidak. Yang kau katakan tadi benar. Kau cocok, sangat cocok sekali menjadi ayah anak-anak itu. Karena kau memang ayahnya," ucap Eric sambil tersenyum lebar.

...***...

Penthouse Leon

Gaun-gaun pesta berserakan di tempat tidur. Peralatan make up memenuhi meja rias di kamar tamu. Metha mondar-mandir di kamar itu, mengenakan gaun satin tipis dengan belahan tinggi dan punggung terbuka. Wajahnya dirias sempurna. Rambutnya disanggul anggun, menyisakan beberapa helai ikal lembut yang menggoda.

"Leon, kamu udah mau tidur?" tanyanya genit sambil menyandarkan tubuhnya ke ambang pintu kamar pria itu.

Leon, yang baru saja keluar dari kamar dan hanya mengenakan kaus dan celana panjang, menatapnya sekilas. Malas menanggapi, Leon melewati Metha begitu saja.

Metha melangkah mendekat, senyumnya penuh maksud. "Kamu kan calon suami aku. Masa nggak boleh manjain aku sedikit aja?"

Ia menyentuh dada Leon, lalu menelusuri leher pria itu dengan jarinya. "Kita bisa latihan ... sebelum malam pertama," ucapnya seduktif.

Leon diam. Dahinya mengernyit.

Dulu, ia selalu menikmati permainan seperti ini. Ia seorang Cassanova. Banyak wanita yang pernah ia ajak tidur, dan itu tak pernah jadi masalah. Tapi sekarang?

Bahkan saat Metha berusaha merayunya dengan segala cara, gairah itu ... tidak ada. Tidak muncul sedikit pun.

Ia sempat mencoba beberapa kali sebelumnya—bahkan dengan wanita panggilan saat ia merasa penasaran kenapa hasratnya seakan mati. Namun, hasilnya tetap sama. Dingin. Mati rasa. Awalnya ia heran, kemudian ia berpikir mungkin itu efek kecelakaan yang ia alami.

Leon pernah mencoba untuk berobat, tapi hasilnya sia-sia saja.

"Kalau kamu kira kamu bisa bikin aku tertarik cuma karena tampilan luar, kamu salah besar," ujar Leon dingin.

Metha terperanjat, tapi berusaha tetap tersenyum manja. "Aku cuma mau kamu ngerasa nyaman, Leon. Aku cinta kamu."

Leon menyipitkan mata, lalu mendekat ke wajah Metha. Suaranya pelan, nyaris seperti bisikan, tapi mengiris tajam.

"Atau kamu cuma cinta statusku? Uangnya? Atau keluarga kamu yang lebih butuh aku untuk menyelamatkan perusahaan kalian?"

Wajah Metha mulai memucat. Leon menatapnya dari atas ke bawah, lalu tersenyum sinis.

"Apa pun tujuan kamu, Metha ... kamu nggak akan berhasil." Leon tersenyum sinis. Kemudian ia berjalan melewati Metha dan masuk ke kamar, membiarkan wanita itu berdiri terpaku, wajahnya merah padam antara malu dan marah.

Leon menutup pintu dan bersandar. Kepalanya kembali berdenyut. Tapi kali ini, bukan karena amarah ... melainkan karena sebuah kesadaran baru mulai tumbuh dalam benaknya.

"Kenapa aku bisa merasa hidup hanya saat melihat dua anak kecil itu?" Leon tersenyum kecil saat mengingat dua bocah kembar yang sangat suka bercosplay itu.

Karena kepalanya sakit, Leon pun berjalan menuju nakas hendak meminum obat. Namun, belum sempat menelannya, Leon melirik ponselnya berkedip. Ada pop up notifikasi. Saat melihat notifikasi apa itu, Leon pun tersenyum dan segera melempar obat itu ke dalam tempat sampah.

Bersambung....

1
Kotin Rahman
bgus Leon jngn kau minum lgi itu obat krna bukanya mkin smbuh skitmu tpi mlah di buat mkin parah karna efek obat yg sering kau minum......mulai skrg hindari obat itu karna ada obat yg lebih mujarab tnpa kau meminumnya yaitu video kdua bocah menggemaskan itu jdi obatmu.

dasar ulett bulu gk tahu malu kau metha msih aja berusaha ngrayu dan glendotin si Leon pdhal kberadaamu sna sekali tk di anggap lho tpi msih aja glibeti, rasane pngen bnget ngrawusi mukamu pke garem deh metha biar aura setanmu ilang gtu 😡😡😡
juney_aza
obatnya gak bikin sembuh itu mh, obat yg sebenarnya hanya si kembar 🤭
Kim
si kembar obat yg paling mujarab,,,

Leon yg sabar ya,,,mungkin kak D'wie sedang menguji setebal apa imanmu🤣🤣🤣
Atik Marwati
sabar ya thor
Triiyyaazz Ajuach
bagus Leon jgn minum lagi obat itukarna obatmu sesungguhnya adl 2 anak kembarmu juga Sharon
Syarifah Komsiyah
semoga tak jadi menikahi si methamorfosa leon
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
jgn diminum lagi leon buang aja trus
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
itu anak mu leon
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
ahh ternyata Eric memiliki peluang itu menemukan sharon
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
ahh ternyata kalian semua jahat ya mel dan Metha
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
ayo lakukan eric
Nurhartiningsih
biarin sama Dio. aja...biar Leon kapok
ƃʊǝʞƃʊǝⓠ ƃʊɐʎı℘
๏вคҭ กұค ใє๏ก รєкคгคกง ςม๓ค รīкє๓вคг
Nurhartiningsih
dua perempuan jahat.. ibunya a dan ulet keket
Nurhartiningsih
bagus kok
*Septi*
bagus, karena obat itu bukan menyembuhkan mu. tapi membuat mu tambah sakit
*Septi*
,😂😂
Nurhartiningsih
jangan2 Dion dan nasine adl saudara tiri Sharon
Nurhartiningsih
ikatan batin ayah dan anak
Hafifah Hafifah
bagus Leon obat itu emang harus ada di tempat sampah dan g seharusnya kamu minum
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!