“Kiss me!”
Cyra Nadira
Kata orang, keberuntungan akan berpihak pada cewek cantik. Tapi boro-boro beruntung, yang ada malah buntung. Entah sudah ketentuan takdir atau hanya sebatas kebetulan, Cyra harus bertemu sosok pria galak yang selalu bikin jantungan. Untung ganteng, jadi Cyra bisa mengurangi tingkat emosi.
Zaki Salman
Paling anti dengan cewek ceroboh. Anehnya, ia malah terus-terusan terlibat masalah dengan cewek yang bikin kepalanya pusing tujuh keliling. Sampai-sampai ia menyumpah, mendingan kejedot tembok sepuluh kali ketimbang berurusan dengan cewek aneh itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emma Shu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Dipanggil Dekan
Zaki mendekati Cyra, ini adalah kali pertamanya Zaki mendekati Cyra di depan umum saat berada di kampus. Sebelumnya, Zaki selalu bersikap seakan tidak mengenal Cyra. Seakan Cyra sama seperti mahasiswi lainnya yang tidak memiliki nilai lebih di matanya. Tapi kini, Zaki terlihat lebih leluasa. Seperti tak lagi menjaga jarak demi sebuah professional kerja.
“Ra, kamu belajar yang bener di kampus ini, ya!” Zaki berbicara dengan sorot mata sayu.
Menatap mata sendu itu, Cyra ingin emmeluk Zaki dan menenangkan pria itu. Tapi ah… kok ya mereka sekarang ada di tempat umum, sih? Kalau di tempat sepi, Cyra pasti benar-benar sudah meralisasikan keinginannya.
“Kenapa kamu ngomong gitu?” tanya tak kalah sendu.
Zaki mengulas senyum getir. “Aku tahu kok kamu itu cerdas, kamu pinter. Ada banyak potensi dari dalam dirimu yang perlu digali dan dikembangkan. Dan rasanya, jurusan yang kamu pilih ini salah. Semua tergantung sama kamu, karena hidupmu, kamu sendiri yang menentukan.”
“Aku hanya akan berkembang kalau bersama kamu, Zaki.”
Zaki tidak menanggapi. Hanya menatap Cyra sambil menarik nafas dalam-dalam.
“Apa benar gossip yang dibicarakan anak-anak itu? Apa benar kamu…”
“Ya, aku nggak akan ada di kampus ini lagi.”
Sontak Cyra membeku di tempat. Hatinya mencelos, seperti ada yang mengiris-iris. Jawaban Zaki benar-benar membuatnya sedih. Terlebih Zaki mengucapkannya dengan ekspresi yang tak pernah Cyra lihat selama ini, gundah gulana. Cyra sangat mengerti bagaimana terpukulnya Zaki. Pria itu dikeluarkan dari kampus secara tidak hormat. Ia menanggung banyak beban dari satu masalah yang dia pikul. Terutama nama baiknya yang dipertaruhkan. Tidak mudah mencari pekerjaan yang tepat, tidak mudah beradaptasi dengan situasi yang pas. Dan setelah Zaki mendapatkan semua itu, dia justru harus meninggalkan tempat yang dia anggap nyaman.
“Kamu dipanggil dekan. Masuklah!” Zaki melenggang pergi.
Cyra terdiam menatap punggung Zaki hingga hilang dari pandangan. Ia menoleh ke arah Rere. Dan terkejut mendapati mata Rere yang kedip-kedip kayak kelilipan.
“Lo kenapa?” Cyra mengusap wajah Rere dnegan telapak tangannya sekali usap.
“Pak Zaki so sweet banget, plus mengharukan. Uwuuuw…” Rere masih mengedip-ngedipkan matanya.
Lihatlah si pesek, dalam situasi segalau ini pun dia masih bisa mencari celah untuk bercanda.
“Eh, tadi Pak Zaki bilang lo dipanggil dekan tuh. Buruan sana masuk.”
Perasaan Cyra mulai tidak nyaman. Setelah tadi galau tingkat akut gara-gara memikirkan nasib Zaki, sekarang dia tambah galau memikirkan nasibnya sendiri. Apa yang akan dekan katakan padanya nanti? Akankah ia mendapat tausiah yang ujung-ujungnya diskors atau bahkan didepak dari kampus itu? Ini adalah pertama kalinya ia dipanggil dekan. Rasanya deg-degan, cemas, takut dan ngeri beraduk-aduk dalam benaknya.
Cyra mengetuk pintu, kemudian masuk setelah mendengar suara dekan mempersilahkannya.
“Duduk!” perintah dekan.
Dengan muka menunduk, Cyra duduk di kursi tempat Zaki tadi duduk.
Dekan bertubuh gemuk dengan kemeja rapi, dasi loreng dan kepala botak itu menatap Cyra tegas. “Kamu Cyra Nadira?”
“Iya, Pak.”
“Kamu tahu kenapa saya memanggilmu?”
“Enggak tahu, Pak.”
“Ada seseorang yang melaporkan ke saya tentang video berdurasi beberapa detik yang terjadi di sebuah bioskop. Dan video itu adalah videomu dan Pak Zaki. Apa itu benar?”
Suhu tubuh Cyra mulai panas dingin. Cyra harus jawab apa?
“Iya benar, Pak. Saya minta maaf. Tapi tolong jangan keluarkan saya dari kampus ini. Saya masih ingin menuntut ilmu, pak. Saya ingin menjadi bagian dari generasi penerus bangsa yang berguna untuk negeri ini. Bantu saya, Pak.”
“Cyra Cyra, bagaimana bisa saya mengeluarkanmu? Kamu ini kan korban.”
Cyra mengangkat wajah. Korban? Bukankah waktu itu Cyra yang nyosor duluan, kok sekarang malah dikatakan sebagai korban? Cyra masih tidak mengerti.