Bianca Mith. Doktor muda arogan yang selalu saja mencari masalah setiap hari saat sedang bekerja. Ayahnya yang seorang pebisnis terkenal tidak tahan dengan kelakukan anaknya itu. Maka dari itu perjodohan itu diadakan.
Bianca menikah dengan Aether Beatrice. Dosen muda dari Universitas Mith. Sesuai kesepakatan awal, beberapa tahun setelah menikah, salah satu dari mereka harus mengorbankan cita-cita mereka untuk memimpin perusahaan keluarga.
Namun tepat setelah satu hari setelah pernikahan, Aether baru mengetahui bahwa ia memiliki penyakit serius pada bagian otaknya. Membuat Aether akan kehilangan sedikit demi sedikit ingatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athena_Shou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Semua Terlahir Sama
Bianca melihat ada seorang laki-laki tanpa baju berbadan sangat besar dan penuh otot serta tatto sedang mengamuk. Mendorong seluruh petugas keamanan yang sedang mencoba menahannya. Kondisi sangat kacau. Bahkan para dokter yang seharusnya sedang istirahat, pada berkumpul untuk mengawasi kondisi dari kejauhan.
Bianca menerobos barisan para doktor serta pasien yang sedang mengamati amukan laki-laki itu.
"Siapa dia?" tanya Bianca pada salah satu perawat yang ada di dekatnya.
"Dia Owen Sullivan. Dia dibawa kemari karena pingsan di rumah. Hatinya rusak karena terlalu banyak minum alkohol. Sepertinya dia berasal dari salah satu kelompok gengster yang ada di sekitar sini," jelas perawat itu dengan wajah ketakutan.
"Lalu kenapa dia mengamuk?" tanya Serena.
"Dia memaksakan diri untuk keluar sebelum pemeriksaan selesai. Dan dia tidak mau membayar," jelas perawat itu.
Bianca mengepalkan tangannya. Tentu saja, Bianca takut dengan badan besar, berotot, dan penuh dengan tatto itu. Namun Rumah Sakit Mith adalah rumah sakit keluarganya. Ia tidak ingin ada kerusuhan yang akan membuat rating rumah sakitnya jatuh.
Bianca melangkahkan kakinya maju. Flora mencoba menahan tangannya. Namun Bianca dengan lembut melepaskan tangan Flora. Meyakinkan perempuan itu bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Hei, Sialan. Kenapa kamu membuat keributan di rumah sakitku?!" teriak Bianca dengan keras hingga seisi ruangan mendengar.
"Sialan?! Wanita sepertimu menyebutku sialan? Apakah menurutmu aku takut padamu? Aku akan memukulmu, ke marilah!" marah Owen menatap tajam Serena.
Bianca mengamati para petugas keamanan yang sedang mencoba menahan badan besar Owen. Memberikan isyarat untuk para petugas keamanan itu melepaskan Owen dan menjaga jarak.
"Apa maumu?" tanya Bianca mengepalkan tangannya.
"Aku ingin pergi," jawab Owen dengan wajah tegas.
"Selesaikan pembayaran mu dan pergilah. Aku juga tidak ingin memiliki pasien sepertimu di rumah sakit ini," balas Bianca tanpa raut wajah takut.
"Kenapa aku harus membayarnya?! Bukan kemauanku datang ke mari! Aku tidak pernah berniat ke sini! Ada orang bodoh yang membawaku ke mari! Lalu haruskah aku mengeluarkan uang untuk hal yang bukan kemauanku?!" tanya Owen dengan nada keras.
"Benar, itu bukan kemauanmu. Tapi tubuhmu sudah diperiksa. Para dokter yang sudah memeriksamu berhak mendapatkan bayaran mereka. Jangan jadi pecundang. Bayarlah," tegas Serena.
Bianca berpegang teguh pada aturan yang ada. Semua pasien harus membayar semua pengobatan. Dan Owen merasa bahwa ini bukanlah keinginannya. Memang benar ia pingsan. Namun ia tidak pernah ingin dibawa ke rumah sakit.
Membayar rumah sakit adalah pengeluaran yang tak pernah mau dilakukan. Owen lebih baik mati secara menyakitkan daripada harus disembuhkan oleh dokter.
"Kalau tidak salah, kamu yang memiliki rumah sakit ini bukan?" tanya Owen maju satu langkah.
"Benar," jawab Bianca
Owen mengangkat tinggi tangannya. Melihat akan ada serangan, Bianca menyilangkan tangannya di depan wajah dan menutup mata. Bianca atau bahwa pukulan ataupun tamparan dari tangan laki-laki itu akan terasa sangat sakit. Otot-otot besar pada tubuh laki-laki itu menandakan seberapa besar kekuatan dalam diri laki-laki itu. Sehingga Bianca hanya bisa berharap bahwa tangan laki-laki itu tidak mengenai kepalanya. Dengan begitu, akan mengurangi resiko kematiannya.
"Jangan sentuh dia. Dia istriku," ujar seorang laki-laki.
Mendengar suara itu membuat Bianca membuka matanya. Dan Bianca sadar bahwa seharusnya pukulan dari laki-laki itu sudah mengenai tubuhnya dari tadi. Namun ternyata tidak. Bianca sama sekali tidak merasakan sakit pada tubuhnya.
Saat Bianca menurunkan kedua tangannya yang menyilang menghalangi pandangannya, Bianca terkejut saat melihat Aether muncul. Berdiri tegak di atas tubuh Owen. Menggunakan kedua bahu Owen sebagai pijakan. Dan tangan kanan Aether menahan tangan kanan Owen yang tadi ingin digunakan untuk menyerang Serena.
"K-kamu? Sejak kapan kamu berada di sana?" tanya Owen mendongakkan kepala. Terkejut dengan keberadaan Aether.
"Kamu membuat kesalahan. Jika memang, kamu tidak ingin mengakhiri hidupmu di penjara, maka pergilah," ujar Aether menundukkan kepalanya untuk bisa melihat wajah Owen.
Owen secara tiba-tiba mencengkeram kuat sepatu yang digunakan Aether. Mengubah posisinya menjadi jongkok untuk menghancurkan pijakan dan keseimbangan Aether. Dan kekuatan penuh melayangkan tangannya ke arah jendela kaca. Melempar sekuat tenaga ke arah sana.
Kaca tentu saja pecah berkeping-keping. Membuat semua orang di sana histeris melihat kondisi yang sudah mulai bertambah kacau. Sedangkan Bianca tidak percaya melihat apa yang baru saja terjadi. Bianca menutupi mulutnya yang terbuka menggunakan kedua tangan dan mundur satu langkah saat melihat jendela kaca pecah.
Saat mundur, tubuh Bianca menubruk sesuatu. Bianca sontak melihat ke arah samping. Dan betapa terkejutnya ia melihat Aether berdiri di dekatnya dengan kondisi baik-baik saja.
"Aku akan mengulanginya sekali lagi. Pergilah jika memang kamu masih ingin hidup. Biarkan aku yang membayar biaya perawatanmu. Untuk saat ini, aku sedang malas untuk membawamu ke hadapan hakim. Dan juga, akan ada yang sedih saat harus berpisah denganmu bukan? Kembalilah ke rumah lalu anggap saja semua ini tidak pernah ada," ujar Aether tersenyum kecil di akhir kalimat.
"Tenang saja, aku tidak akan membiarkan siapapun menyebarkan wajahmu di media sosial. Dengan begitu, kamu bisa hidup dengan tenang bersama keluargamu. Kembalilah, anak dan istrimu sudah menunggumu pulang," lanjut Aether.
"Kecepatan otot, kecepatan otak, baru kali ini aku melihatnya. Apakah kamu benar-benar manusia?" tanya Owen kembali berdiri tegak.
"Kalau aku bukan manusia, bagaimana caramu bisa melihatmu?" tanya Aether.
Saat Owen ingin kembali membuka mulutnya untuk membalas perkataan Aether, Owen melihat ada pergerakan dari arah belakang tubuhnya. Salah satu penjaga keamanan sedang mencoba untuk menangkap dan melumpuhkan Owen.
Owen sempat ingin berbalik dan menghantam penjaga keamanan itu. Namun Owen memilih untuk diam. Karena ia merasakan ada udara kencang yang mengarah ke arahnya.
Brukk!
Penjaga keamanan itu bisa dengan mudah dimembanting tubuh penjaga keamanan itu. Owen memiringkan tubuhnya untuk bisa melihat dengan jelas. Dan, 'ya, tebakannya benar. Laki-laki yang tadi sempat berdiri di bahunya, kini berada di belakangnya untuk menghentikan niatan tersembunyi dari salah satu penjaga keamanan.
"Senang bisa bertemu denganmu, Hantu Kecil," ujar Owen lalu melangkahkan kakinya menjauh meninggalkan stasiun perawat.
"Senang bisa bertemu denganmu juga, Manusia Besar," balas Aether saat Owen melintas di hadapannya.
Aether mengibaskan tangannya di udara. Bukan untuk mengucapkan perpisahan. Namun untuk meminta para perawat, pasien, dokter, serta seluruh orang yang ada di sana untuk pergi dari tempat perkara.
Saat semua orang sudah mulai pergi satu persatu, Aether pun mulai berjalan ke arah Bianca. Masih ada Flora dan Nichol yang berdiri di belakang Bianca.
"Apakah kamu gila?! Kenapa kamu menyuruhnya pergi begitu saja tanpa membayar biaya perawatan?!" tanya Bianca marah menunjuk koridor yang tadi dilewati oleh Aether.
"Tidak semua orang di dunia ini terlahir di keluarga yang memiliki banyak uang. Ada beberapa orang yang harus melewati siksaan lebih dulu untuk mendapatkan uang. Kamu tidak bisa seperti ini. Jangan anggap semua orang memiliki uang di dompet mereka," ujar Aether menghentikan langkahnya tepat di hadapan Serena.
"Aku tidak sedang menyelamatkannya. Aku sedang menyelamatkanmu. Anggaplah dia menuruti keinginanmu, menggunakan uangnya untuk membayar biaya rumah sakit. Lalu dia harus menggunakan apa untuk membeli nasi serta lauk? Haruskah orang-orang di rumahnya tidur dengan kondisi lapar? Jangan pernah menuruti amarahmu. Semua orang di dunia ini tidak terlahir seberuntung dirimu," tanya Aether.
Bianca diam. Bianca bisa memperpanjang sesi debatnya dengan Aether. Namun sesuai kesepakatan, mereka harus bersikap seperti suami istri yang akur saat berada di hadapan umum.
"Kamu harus membayar dua kali. Kaca rumah sakit pecah karena ulahmu," ujar Bianca menatap sinis Aether.
"Yaa, aku sepertinya harus lembur bulan ini untuk mendapatkan kembali uang tabunganku," balas Aether menatap kaca yang pecah.
"Apakah kamu memiliki sepatu cadangan?" tanya Aether.
"Untuk apa?" tanya Serena.
"Sepatuku dilempar oleh orang bodoh itu keluar," ujar Aether menaikkan sedikit kaki kanannya.
Bianca melihat kaki kanan Aether menggunakan kaos kaki berwarna hitam tanpa sepatu. Sekarang Bianca sadar bahwa yang terlempar keluar dan membuat kaca pecah bukanlah tubuh Aether. Melainkan sepatu.