Alice Alison adalah salah satu anak panti asuhan yang berada di bawah naungan keluarga Anderson.
Lucas Anderson merupakan ahli waris utama keluarga Anderson, namun sayang dia mengalami kecelakaan dan membutuhkan donor darah. Alice yang memiliki golongan darah yang sama dengan Lucas pun akhirnya mendonorkannya.
Sebagai balas budi, kakek Anderson menjodohkan Lucas dengan Alice.
Menikah dengan Lucas merupakan impian semua perempuan, tapi tidak dengan Alice. Gadis itu merasa tersiksa menjalani pernikahannya dengan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Alice duduk terdiam di sudut ruangan, tubuhnya merapat ke dinding yang dingin seolah mencari perlindungan dari tatapan tajam para napi lain. Mata mereka penuh kebencian, membuatnya merasakan getaran takut yang menusuk ke dalam hati. Tangannya menggenggam erat ujung bajunya, napasnya bergetar pelan saat mencoba menahan gemetar yang tak terkendali.
Tiba-tiba, seorang wanita dengan wajah ramah dan mata lembut mendekat. Dia mengenakan seragam penjara yang sama, namun aura hangatnya berbeda dari yang lain.
"Siapa nama kamu?" tanyanya dengan suara lembut, penuh perhatian.
Alice mengangkat kepala, menatap wanita itu dengan ragu, lalu menjawab lirih, "Namaku Alice." Senyumnya dipaksakan, mencoba menyembunyikan rasa cemas yang menggerogoti dalam dirinya.
Wanita itu tersenyum tipis dan melanjutkan, "Apa yang membuatmu masuk ke sini?"
Alice menelan ludah, menatap jauh ke arah lantai sejenak, sebelum berkata pelan, "Saya dituduh mencelakai seseorang." Suaranya hampir berbisik, namun ada kepedihan yang tersirat di balik senyum yang dipaksakan itu.
Desi mengangguk pelan, duduk di sampingnya tanpa kata, memberi ruang bagi Alice merasa tak lagi sendirian.
Suaranya nyaris berbisik, namun senyum yang terukir dipaksakan hingga terlihat retak di sudut bibir. Alice menatap Desi dengan mata yang mulai basah, mencoba menembus dinding dingin di balik wajah itu. Desi mengangguk pelan, lalu duduk di samping Alice tanpa berkata apa-apa, memberi kehangatan diam yang tak pernah Alice rasakan selama ini.
"Kalau Anda?" Alice memberanikan diri memecah keheningan, suara bergetar tipis.
Desi menatap jauh ke depan, seolah mengenang luka lama yang tak pernah sembuh. "Aku di penjara karena membunuh suamiku. Dia berselingkuh, dan aku membakarnya bersama pelakornya." Senyum itu kembali muncul, kali ini lebih tajam, penuh kebanggaan yang pahit, seperti membela diri atas keputusan yang menghancurkan hidupnya.
Alice menelan ludah, jantungnya berdegup tak beraturan. Tubuhnya terasa berat, dipenuhi rasa iba sekaligus takut. Dalam keheningan yang menggantung, Alice merasakan bahwa di balik tuduhan itu, ada jiwa yang terluka dalam-dalam, terperangkap dalam gelapnya pengkhianatan dan dendam. Namun, di balik senyum Desi yang retak, juga tersembunyi kepedihan yang tak berani ia ungkapkan.
"Siapa orang yang menuduhmu?" tanya Desi.
"Suamiku dan sahabat perempuannya" jawab Alice.
Desi terkekeh, mendengar jawaban Alice yang menurutnya lucu.
Desi menatap Alice dengan mata yang berkilat, senyum sinisnya mengembang saat mendengar jawaban itu. "Suamimu dan sahabat perempuannya?" ia mengulang dengan nada mengejek, seolah tak percaya ada orang sebodoh itu.
Tawa kecilnya terdengar getir, mencerminkan kebencian yang tersembunyi di balik kepalsuan keramahan. "Laki-laki memang selalu begitu, lebih mudah terbuai omongan wanita lain daripada mendengar istrinya sendiri."
Alice menunduk, napasnya memburu, tapi tatapannya tetap teguh meski hatinya bergejolak.
Desi melangkah mendekat, suaranya berubah menjadi dingin tapi penuh tekad, "Kalau aku di posisimu, aku tak akan diam saja. Bunuh saja mereka berdua. Masuk penjara? So what? Yang penting kau sudah puas mengirim mereka ke neraka." Matanya menyala-nyala, seakan membakar semua keraguan dan rasa sakit yang selama ini membelenggu Alice.
Alice menggenggam tangannya sendiri, berusaha menahan getaran di tubuhnya. Kata-kata itu bagai api yang menghanguskan keputusasaan, menggantikan luka dengan dendam yang perlahan bangkit. Dalam diam, dia tahu jalan itu berbahaya, tapi juga satu-satunya cara untuk menuntaskan semua pengkhianatan yang merobek hatinya.
jgn cuma 1 episode,bikin penasaran dan greget gitu thor🙄
tekdung kah
nyesel kan kamu luc
semoga masih berjodoh ma mantan kalau tidak ku do"akan kamu gila 😠
.dan biarkn lucas tambah dalam penyesalany,,biar lucas jg bebas tuh ngurusin sahabat terbaik buat dia
TPI kenapa Alice meraba perutnya?
apa Alice sedang Hamidun?
TPI tak apalah
biarkan Lucas menjalani kehidupannya dengan penuh ke pahitan