Kalandra merupakan siswa pintar di sekolah dia selalu datang tepat waktu, Kalandra bertekad untuk selalu membahagiakan ibunya yang selama ini sendiri menghidupinya. Kalandara ingin memiliki istri yang sifatnya sama seperti ibunya dan setelah dia berkata seperti itu, ternyata semesta mendengar doanya Kalandra bertemu seorang gadis cantik ketika dia membaca buku di perpustakaan. Kalandra terpesona oleh gadis itu yang belakangan di ketahui bernama Aretha. Apakah Aretha juga punya perasaan yang sama seperti Yang Kalandra rasakan. Jangan lupa selalu tunggu cerita menarik dari Kalandra dan Aretha ya...!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani Syahada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19 CPPP
“Jadi ini kucingnya Andra, lucu banget! warnanya hitam terus di bagian mulutnya warna putih! Apalagi kakinya kayak kaos kaki hitam putih imut Andra! Kamu beneran dapat kucing ini di jalan? Ujar Retha yang terus mengelus kucing kecil itu.
Aku terpesona dengannya tidak hanya karena dia cantik tetapi cara Retha memperlakukan mahluk hidup sungguh manis, kenapa bisa aku berkata begitu karena aku bisa melihat dari sorot matannya yang berkaca-kaca ketika melihat kucing kecil itu dan ketika kucing itu di belai sama Retha tiba-tiba saja yang awalnya mengeong seketika terdiam. Oleh sentuhan tangannya, seolah-olah tangan Retha mempunyai kuasa ajaib.
Aku tidak tahu kenapa, kucing itu ketika aku pegang malah mengeong, mungkin saja karena aku tidak ikhlas dan hanya setengah peduli padanya.
Aku pernah dengar dari tetangga samping rumah yang memiliki kucing, mereka berkata kalau kucing mampu mendeteksi orang-orang yang baik kepadanya, itu berarti tidak hanya aku yang terpesona sama Retha tetapi kucing juga, masak aku harus bersaing sama kucing sedangkan sifatku saja malu-malu kucing kalau sama Retha, itu berati tidak ada bedanya aku sama kucing.
Kenapa juga aku tiba-tiba menyamakan diriku dengan kucing sudah jelas dia hewan, masak aku benar-benar cemburu sama kucing kecil itu.
“Retha, kamu suka banget ya.. sama kucing ini? Kalau suka, aku hadiahkan ke kamu! Tapi tetap seperti janjiku sebelumnya, aku akan memberikan uang setiap bulannya!” Ujarku sambil mencoba mengelus kucing kecil itu.
Aku mencoba berusaha untuk mulai menyukai kucing itu, meskipun tangan ini sedikit bergetar karena takut di cakar tetapi demi cinta aku rela. Aku tidak pernah bermimpi sebelumnya kalau aku harus cari perhatian seorang gadis lewat hewan yang aku sendiri tidak suka, jujur sebenarnya aku bingung mau mulai dari mana, namun ketika aku melihat Retha yang telaten aku berpikir kalau aku juga bisa.
Ditengah-tengah kesibukan aku dan Retha dalam merawat kucing itu, tiba-tiba teleponku berbunyi, aku punya firasat kalau itu ibuku dan dia meneleponku untuk menanyakan tentang kue putu ayunya, apakah sudah di kasih atau belum dan aku baru ingat sekarang tentang kue itu, semua ini gara-gara fokusku teralihkan oleh sekor kucing kecil.
Aku pun mengangkat telepon itu karena jika tidak di angkat, ketika aku nanti sampai rumah, ibuku pasti sudah menungguku sambil membawa gayung atau spatula untuk di terbangkan ke arahku.
“Drrttt..Drrttt.."
“Halo ibu, ibu, pasti mau tanya soal kue putu ayu ya..! Tenang! kuenya udah sampai dan sekarang aku lagi sama Retha bu, jadi aman terkendali kuenya tidak aku makan!” ucapku dengan nada sedikit kayak cewek untuk mengoda ibuku.
Dan seperti biasa, walaupun aku sudah bilang sama ibu kalau kuenya sudah aku kasih, ibu tetap tidak percaya padaku dan dia memintaku untuk mengirimkan foto, aku pun mengirimkannya.
“Ibu, tidak percaya sama kamu nak! Lebih baik kirim fotonya sekarang, buat bukti ke ibu! Kalau tidak ibu kunci kamu di luar! Biar temanan sama nyamuk!” Teriakan ibu sangat nyaring sekali sampai aku harus menjauhkan teleponku.
“Oke ibu ini fotonya!” ujarku sambil mengirimkannya ke ibuku.
Foto yang aku tunjukkan ke ibu, adalah foto kuenya saja karena ibuku hanya bilang kepadaku untuk memfotonya, jadi aku hanya mengirim foto kue yang ku letakan di meja. Namun sepertinya ibu ingin meminta foto yang lain karena dari nada suaranya seperti kecewa dengan foto yang aku kirim.
“Nak, kok! Fotonya yang ini! Yang ibu maksud, foto kalian berdua lagi makan kue ibu! Kenapa cuma foto kuenya aja.. kamu mau tidur di luar ha..!” teriakan ibu membuat aku dan Retha kaget.
Aku benar-benar bingung harus bagaimana, tadi ibu bilang sendiri untuk kirim foto kuenya tapi pas sudah di kirim mintanya beda lagi, mana harus kirim fotoku berdua lagi sama Retha, kita kan tidak lagi kencan, ngapain ibu suruh aku kirim foto itu.
Jika aku boleh bersuara aku cuma mau bilang
“Ibu jangan buat aku tambah malu anakmu ini introvert bu”
Ibuku sayang, kenapa meminta yang aneh-aneh tapi kalau tidak di tanggapi, aku beneran tidur di luar aku harus bagaimana ini. Ditengah kebingunganku itu Retha mengatakan sesuatu yang membuat hatiku berdebar-debar.
“Andra, ayo.. kita foto berdua, kasihan ibumu menunggu, ayo! cepati dekat sini sama aku! Ujar Retha yang kemudian menarik aku ke samping untuk berfoto.
Dan akhirnya untuk pertama kalinya, aku bisa lebih dekat lagi dengan Retha, bahkan berfoto dengannya merupakan hal yang tidak pernah aku impikan sebelumnya, aku pun segera mengirim foto itu ke ibu agar tidak marah-marah lagi.
“Ibu, sudah aku kirim ya.. fotonya sangat bagus banget!” ucapku sambil senyam-senyum sendiri.
Baru kali ini, aku merasakan bahwa dewi keberuntungan telah datang kepadaku dan kalau nanti datang lagi aku siap sekali untuk menangkapnya. Dan baru kali ini saran ibuku membuat aku senang sampai ingin menari.
Kenapa juga, aku tidak seperti ibuku yang bergerak cepat kalau soal cinta, atau jangan-jangan waktu muda dulu, ibuku yang bilang suka duluan sama Ayahku dan karena ibuku cantik makanya ayahku menerima tapi bisa-bisanya aku berpikir begitu, dan untungnya cuma di dalam hati aku berkata seperti itu, coba kalau di dengar ibuku, aku pasti akan tidur di luar.
“Oke nak, nah.. ini baru bagus! Nanti mau ibu belikan figura dan ibu panjang di ruang tamu! Biar orang bisa lihat calon mantuku cantik banget!” ujar ibuku yang kemudian mematikan teleponnya tanpa basa-basi.
“Halo bu, halo!” ujarku sambil melirik Retha karena ibu ternyata sudah mematikan teleponnya.
Cepat sekali ibu mematikan telepon, sepertinya ibuku terlalu senang banget ini, makanya tidak mengucapakan kata-kata lagi untuk aku. Lebih baik aku lanjutkan kerjaan ku mengurusi kucing sama Retha.
Tapi ngomong-ngomong soal kucing, bukanya aku tadi bertanya sama Retha, soal kucing ini akan aku kasih sebagai hadiah untuknya, cuma dia tadi belum sempat menjawabnya karena keburu kepotong sama telepon ibuku tadi, apa lebih baik aku tanyakan sekarang saja, takutnya aku lupa.
“Retha, aku tadi bilang sama kamu soal kucing kecil ini! Yang mau aku kasih sama kamu sebagai hadiah! Apa kamu mau menerimanya? Ujarku sambil bermain jari kelingking supaya tidak tegang.
Aku hampir saja melupakan hal tersebut, padahal hal itu merupakan tindakan yang penting untuk aku lakukan, karena Retha suka kucing dan dengan dia menerima kucing ini. Itu berarti aku semakin dekat sama dia.
"Oke Andra, aku mau kok! Memelihara kucing itu! Kamu tidak perlu khawatir, malah aku mau ucapin makasih sama kamu karena walaupun kamu tidak suka kucing tapi kamu tidak menabraknya dan justru membawanya! Itu berarti kamu orang baik!" ujar Retha sambil senyum kepadaku ketika dia bermain dengan kucing itu.
Mendengar Hal itu, membuat aku seketika tidak bisa berkutik dan hanya terdiam selama beberapa detik karena Retha memujiku, aku tidak tahu kenapa pujian itu membuatku ingin melayang-layang seperti layangan, bahkan aku juga ingin melompat-lompat seperti orang gila padahal itu hanya sebuah pujian dan bukan pelukan, namun mampu membuat hatiku berdebar.