Digo Melviano, seorang CEO tampan yang merasakan pertentangan dihidupnya.
Disatu sisi ia memiliki istri yang nyaris sempurna. Namun itu saja tidak cukup, orang tua Digo selalu mendesak mereka agar cepat memiliki momongan sebagai penerus tahta keluarga Melviano. Namun Kiara, istri Digo nampaknya acuh terhadap keinginan itu.
Hingga datanglah seorang wanita cantik dihidup Digo, yang membuat pria itu merasa tertarik padanya.
Digo meminta Renata Anastasya untuk menjadi istri keduanya, dan memiliki keturunan dari rahimnya.
Renata adalah artis sebuah majalah dewasa yang saat itu tengah menjalani kerja sama dengan perusahaan Melviano group.
Renata memiliki pemikiran yang cukup terbuka, hingga membuatnya berani mengambil keputusan untuk menjadi istri kedua Digo.
.. Happy Reading ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Pergerakan
Tidak berapa lama mobil Digo telah sampai di depan rumah Oma Carla. Sang kepala pelayan langsung menyambutnya.
"Dimana Oma?" tanya Digo.
"Diruang tengah Tuan." jawab kepala pelayan tersebut.
"Baik, terimakasih." Digo langsung bergegas masuk.
"Oma?" panggil Digo lembut.
Oma Carla langsung menengok begitu mendengar suara cucu kesayangannya datang.
"Digo!" Oma Carla menangis sambil memeluk tubuh Digo.
Digo pun ikut meneteskan air matanya, namun ia mencoba untuk tetap tegar. Pria itu mengusap tubuh tua sang Oma agar lebih tenang.
"Tenanglah Oma, semuanya pasti akan baik-baik saja." ucap Digo setenang mungkin, walaupun hati dan pikirannya tidak sama.
"Apa yang terjadi sebenarnya Digo. kenapa Renata tiba-tiba mengalami kecelakaan." ucap Oma Carla dengan suara berat dan serak.
"Aku juga tidak tau Oma, tapi yang jelas ini bukan kecelakaan biasa. Ada yang mencoba melakukannya, aku sudah menyuruh beberapa anak buahku untuk menyelidikinya. Aku yakin, Renata masih hidup Oma." ucap Digo tegas.
"Oma harap seperti itu Digo. Oma berharap akan ada kabar baik secepatnya." jawab Oma Carla.
❣️
❣️
❣️
Kini Kinara baru saja sampai di apartemen barunya. Ia membuka ponselnya untuk mencari tau berita tentang Renata hari ini.
Kinara langsung tersenyum puas ketika melihat berita tersebut. Baru-baru ini diumumkan oleh pihak kepolisian jika Renata telah tewas ditempat dan ikut terbakar bersama mobilnya. Itu membuatnya semakin bahagia saja.
Kinara tidak tau, jika itu adalah permainan Jihan. Wanita paruh baya itu membuat seluruh pihak kepolisian akhirnya bungkam dan menetapkan kasus ini sebagai kasus kecelakaan tunggal.
"Aku memang bilang jika aku akan pergi jauh dari hidupmu Digo. Tapi aku tidak bilang jika aku akan memberikan kalian berdua bisa hidup tenang dan bahagia." ucap Kinara sambil tersenyum puas penuh kemenangan. Ia merasa sudah membayar lunas sakit hatinya pada Digo dan juga Renata.
Kini Kinara hanya ingin menata hidupnya kembali dan menjalani kehidupannya dengan sebaik-baiknya.
🪻
🪻
🪻
Satu Minggu kemudian..
Seperti biasa, setelah menyelesaikan sarapan untuk Hariz, Bi Santi kini naik untuk membersihkan kamar Renata.
Wanita itu memang kerap ditugaskan untuk menggantikan Hariz dalam menjaga Renata. Ia mulai merapikan dan menyapu kamar tersebut.
Ia bahkan mengganti selimut yang dipakai oleh Renata dengan yang baru. "Permisi ya non, bibi ganti dulu." ucap Bi Santi pada wanita yang terbaring tenang didepannya.
Bi Santi mulai membuka selimut tersebut dan memasang dengan yang baru. Saat Bi Santi mengangkat tangannya untuk ia taruh di atas selimut, tiba-tiba jari Renata mulai bergerak.
"Hah, astaga! Tangannya bergerak." ucap Bi Santi terkejut sambil memegangi dadanya.
Bi Santi mulai mendekatkan wajahnya ke tangan Renata untuk memastikan jika apa yang ia lihat tidak salah. Wanita itu mulai mengucek matanya agar lebih jelas.
Kembali jari Renata mulai menunjukkan pergerakan membuat Bi Santi yakin. Wanita tua itu langsung berlari tergopoh-gopoh untuk memanggil sang Tuan.
Didalam kamarnaya kini Hariz tampak sudah sangat rapi dengan stelan formalnya. Pria itu tengah berdiri di depan jendela kaca sambil menerima telfon dari Friska.
Sudah satu Minggu lebih, tapi Hariz belum juga pulang ke kota 'B'. Akhirnya Friska menelfon untuk menagih janji sang Kaka.
"Baiklah-baiklah.. Aku akan pulang secepatnya. Sudah jangan bicara lagi." ucap Hariz karena Friska terus saja merengek.
Tok!
Tok!
Suara ketukan pintu membuat Hariz memutuskan untuk langsung mematikan sambungan telefon mereka.
"Sudah dulu, aku ada pekerjaan." ucapnya.
Hariz memasukkan ponselnya kedalam saku celana sambil berjalan kearah pintu.
"Ada apa?" tanya Hariz pada sang asisten yang sudah menunggunya di sana.
"Kami sudah menemukan bukti Tuan. Kami berhasil menemukan mobil yang malam itu berada di lokasi kejadian. Seseorang sengaja menyewa mobil tersebut untuk menghilangkan jejak." terang sang asisten.
"Hmm.. Lalu?" tanya Hariz dengan tenang.
"Dan kami juga sudah menemukan nama penyewa mobil tersebut. Mobil tersebut disewa oleh...."
"Tuan Hariz!!" panggil Bi Santi sambil berlari kecil.
Tatapan mata kedua pria itu langsung beralih ke arah Bi Santi.
"Ada apa Bi, kenapa panik begitu?" tanya Hariz.
"Anu Tuan, non cantik tangannya tadi bergerak." ucap Bi Santi dengan ngos-ngosan sambil mengatur nafasnya.
"Bibi yakin?" tekan Hariz.
"Benar Tuan, tadi bibi lihat sendiri. Bibi juga sudah memastikannya." ucap Bi Santi.
"Baik, kalau begitu ayo kita kesana." ucap Hariz. "Roni, segera telfon Dokter!" lanjut Hariz memberikan tugas pada sang asisten.
"Baik Tuan." ucap Roni patuh. Ia segera menelefon dokter pribadi yang menangani Renata. Sementara Hariz dan bi Santi pergi ke kamar Renata.
❣️
❣️
❣️
Semakin hari semakin sulit untuk Jovan mencari informasi tentang kecelakaan yang terjadi pada Renata. Seolah-olah ada yang membentengi mereka.
Jovan yakin ini adalah ulah dari Jihan, tidak heran jika pertahanan Jihan lebih ketat dari mereka. Karena biar bagaimanapun Jihan lebih berkuasa dalam keluarga Melviano jika dibandingkan dengan Digo.
Namun itu tidak menggoyahkan langkah Jovan untuk terus maju. Ia akan membantu Digo sampai ini semua selesai.
Drrt!
Drrt!
Ponsel Jovan berbunyi, sebuah panggilan masuk dari Sean, adik Jovan.
"Halo?"
("Halo kak Jovan, apa kakak sedang sibuk?)
"Tidak, ada apa Sean?"
("Kak Nita ..")
"Ya, ada apa dengan Nita? Kalian baik-baik saja bukan? Mana ayah dan ibu?"
("Baik kak, ayah dan ibu baru saja pergi. Tapi pendonor ginjal untuk kak Nita tiba-tiba dibatalkan kak.")
"Benarkah? Apa alasannya?"
("Tidak tau, mereka tidak memberikan alasan apapun pada kita. Dokter juga tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimana ini kak, kita sudah menunggu ini cukup lama. Sekarang setelah kita mendapatkannya, mereka malah mau membatalkannya.")
"Kamu tenang Sean. Kaka akan segera urus semua ini. Kamu jaga kak Nita baik-baik ya."
("Emm!")
Tut!
Jovan tau betul, jelas ini adalah campuran tangan dari Jihan. Pria itu benar-benar tidak menyangka jika Jihan benar-benar akan melakukan hal sekotor ini demi menjauhkan Renata dengan Digo.
Sekarang dia harus terus menyelidiki kasus Renata dan juga sang adik. Jovan tidak tau harus mulai dari mana, tapi dia harus menangani ini secepatnya.
jika tdk, sekalipun ada cinta. digo bisa mencari lagi wanita yang bisa memuaskannya😌