Anggi Saraswati adalah seorang ibu muda dari 3 anak. Awal mula pernikahan mereka bahagia, memiliki suami yang baik,mapan,dan tampan merupakan sebuah karunia terbesar baginya di tengah kesedihannya sebagai yatim piatu penghuni panti.
Tapi sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama,perlahan sikap suami tercintanya berubah terlebih saat ia telah naik jabatan menjadi manajer di pusat perbelanjaan ternama di kotanya . Caci maki dan bentakan seakan jadi makanannya sehari-hari. Pengabaian bukan hanya ia yang dapatkan, tapi juga anak-anaknya,membuatnya makin terluka.
Akankah ia terus bertahan ?
Atau ia akan memilih melepaskan?
S2 menceritakan kisah cinta saudara kembar Anggi beserta beberapa cast di dalamnya dengan beragam konflik yang dijamin menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.6 Bergerak cepat
"Mikirin alangkah bahagianya kalau mama punya cucu lucu-lucu kayak mereka." ujar mama dengan mata menerawang ke langit-langit rumah
Diwangga mendesah kasar. Bukannya ia tak mau menikah dan memberikan cucu-cucu yang lucu untuk kedua orang tuanya. Tapi bila jodoh itu belum datang ,Diwangga bisa apa. Bukankah jodoh,rejeki,maut itu di tangan Allah.
Memang banyak wanita yang mencoba mendekatinya, tapi ntah mengapa tak 1 pun dari mereka yang dapat menyentuh hatinya. Ia hanya ingin menikah 1 kali seumur hidup karena itu ia lebih memilih bersabar menunggu jodoh dari Allah.
"Oh ya ma, memang anak-anak tadi siapa? Cucu teman mama?" Diwangga mencoba mengalihkan pembicaraan
"Bukan."
"Jadi?"
"Dia anak dari penjual baju online." jawab mamanya sambil tersenyum simpul
"Hah? Mama sekarang suka beli baju online?" Diwangga heran. Soalnya ia sangat tau kalau mamanya itu biasanya membeli baju di butik langganan milik temannya.
"Iya. Soalnya bajunya bagus-bagus. Harganya juga terjangkau. Banyak motif dan model. Mulai dari pakaian anak kecil sampai dewasa. Kadang mama juga membeli pakaian anak-anak untuk mama sumbangin ke panti asuhan. Kan lumayan, sekali rengkuh dayung 2-3 pulau terlampaui."
Diwangga mengernyit tanda tak paham dengan maksud mamanya itu. " Maksud mama?"
"Dengan mama pesan baju dengan dia, selain bisa bantu dia memenuhi kebutuhan anak-anaknya, mama juga bisa bantu anak-anak panti." jelas mama dengan tersenyum lebar
"Memenuhi kebutuhan anak-anaknya? Memang dia single mother?"
"No, dia masih bersuami. Tapi.."
"Tapi apa?" Diwangga makin penasaran
Sofi mendesah kasar. "Suaminya suka KDRT dan nggak begitu mempedulikan kebutuhan anak-anaknya. Mama kasihan sekali sama dia."
"Dia yang cerita?" Sofi menggeleng.
"Mama tadi liat pipinya memar, sewaktu mama tanya katanya kejedot pintu, tapi mama nggak percaya. Mama bisa bedakan memar karena terkena pintu atau ditampar. Jadi saat dia numpang ke kamar mandi, mama tanya sama anak-anaknya, mereka cerita kalau papa mereka suka kasar, selalu marah-marah, bahkan saat ia meminta uang untuk bayaran sekolah anaknya, malah dimarah. " mata Sofi berkaca-kaca saat menceritakannya. Ia dapat merasakan bagaimana sakit dan tertekannya kehidupan rumah tangga Anggi.
"Wanita yang malang." ucap Diwangga. " Siapa namanya,ma?" Diwangga menatap wajah sang mama
"Anggi." Diwangga mengernyitkan dahi
"Mirip namaku ya,ma." ucap Diwangga sambil terkekeh mencoba mengalihkan kesedihan sang mama.
Mamanya memang wanita yang perasa. Lahir dalam rumah tangga yang broken home membuatnya mudah iba atas kemalangan orang lain apalagi itu seorang wanita. Namun ia beruntung, kemalangan itu tak bertahan lama.
Setelah pertemuan dirinya dengan sang suami ,Suseno Yudhistira, hidupnya berubah 180°. Suseno membantunya bangkit dari keterpurukan dan memberikan kebahagiaan tak terkira dengan menikahi dan melimpahinya dengan kasih sayang. Ia juga bahagia diberikan keturunan, seorang anak laki-laki yang baik, soleh, tampan, dan berbakti. Sayang ia hanya memiliki satu anak. Akibat kecelakaan yang dialaminya puluhan tahun silam, rahimnya diangkat, jadi ia tak bisa memiliki anak lagi.
Mama terkekeh mendengar Diwangga mengatakan nama mereka mirip. "Mama sebenarnya berharap bukan hanya nama kalian yang mirip ,tapi juga berjodoh." mereka lalu tergelak bersama
"Mana mungkin,ma. Dia sudah bersuami gitu. Ogah deh jadi perebut bini orang." Diwangga masih terkekeh atas ucapan mamanya
"Ya,siapa tau, Ngga. Jodoh kan di tangan Allah. Kamu nggak masalah kan kalau berjodoh sama janda anak 3?" tanya Sofi dengan senyum usilnya.
"Yah kalau memang itu jodoh Angga, nggak masalah ma. Siapa yang bisa menentang jodoh. Semua udah digariskan Allah." jawabnya santai
"Kamu memang anak mama yang bijak." puji mama
Lalu Diwangga membuka ponselnya dan membuka kembali story' WhatsApp mamanya. Ia tersenyum saat menatap foto ketiga anak Anggi. Ia menggeser jemarinya, mengusap layar untuk menangkap layar foto ketiga anak Anggi.
Sepertinya anak Anggi memang memiliki kekuatan magis yang dapat membuat orang dengan mudah jatuh cinta saat menatapnya.
"Anak ini..." Diwangga seperti pernah melihat mereka. Ia mulai mengingat-ingat dimana. "Ah,mereka yang dibonceng bertiga oleh ibunya pagi tadi!" Diwangga mengangguk-anggukan kepala sambil mengusap dagunya.
"Lagi serius bahas apa nih? Kok nggak ngajak-ajak papa?" tanya Suseno sesaat setelah menuruni tangga
" Ah,papa! Cuma bahas foto anak kecil yang mama posting di story' WhatsApp mama kok, pa." jawab Sofi
"Ah, iya. Papa juga penasaran sama mereka. Soalnya mereka lucu-lucu. Tampan dan cantik. Memang siapa mereka, ma?" lalu mulailah Sofi kembali menceritakan siapa ketiga anak tersebut.
.
.
.
"Duh, mas Adam kemana sih kok belum pulang juga!" gumam Anggi sambil melirik jam. Sudah pukul 23.35 tapi suaminya tersebut belum juga pulang. "Apa mereka check in hotel lagi? Ya Allah, bila benar aku harus bagaimana? Aku tak sanggup bertahan bila suamiku terus-menerus berselingkuh dan berzina dengan perempuan lain. Apa aku harus berpisah? Tapi aku harus mengumpulkan bukti dulu untuk mempermudah kelancaran prosesnya. Oh ya, aku harus segara menyelamatkan aset-aset yang atas namaku seperti rumah ini. Aku tak mau aku dan anak-anak dibuang tanpa apapun. Bagaimana pun aku yang menemani mas Adam dari 0." gumamnya .
Lalu ia bergegas menuju ke rak tempat menyimpan surat-surat penting. Ia ambil surat-surat rumah dan kendaraan yang tertulis atas namanya. Juga perhiasan yang dulu pernah diberikan Adam dan menyimpannya di tempat yang aman yang tak akan terfikirkan oleh Adam. Bagaimana pun itu haknya. Sedangkan rumah ini haknya dan anak-anaknya. Melihat sifat dan sikap Adam yang sekarang, ia sangsi pria itu akan menyerahkan hartanya untuk Anggi dan anak-anaknya walaupun di surat sudah tertulis nama dirinya. Anggi harus bergerak cepat sebelum semuanya terlambat.
aku malah suka karakternya Stefani ibunya nata coco 😁
keibuan banget sabar banget 🥰
yang ada dendam merenggut jiwa dan hati diri
bukann tambah bahagia yang ada tambah menderita oleh dendam itu sendiri