Gabriella anashtasia
Nona muda kaya yang harus menggantikan posisi sang kakak untuk menjadi CEO Tanwarin Corp.
Dalam tugasnya, Gabriella mendapatkan ancaman dari orang orang yang ingin menjatuhkannya.
Suatu kejadian membuat Gabriella bertemu dengan Akin, seorang pria tangguh dan berani.
Pertemuan yang membuat Akin mendapat tawaran menjadi seorang bodyguard untuk menjaganya.
Karena suatu keadaan,membuat Akin harus menerima tawaran itu dengan suatu persyaratan yang dia berikan.
Akankah perjalanan Akin menjadi seorang bodyguard akan segampang itu???
Apakah dia akan sanggup bertahan menjadi seorang bodyguard dalam keluarga yang penuh ancaman???
Akankah akan tumbuh cinta diantara nona muda dan bodyguardnya???
Ikuti terus keseruan Akin, bodyguard yang harus sabar menghadapi keluarga nona mudanya.
Kisah ini mengandung perselisihan antar dua keluarga yang berbeda pendapat.
salam Sijack🥰.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sijack, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29: Marah
Sebuah mobil berwarna hitam berhenti didepan sebuah cafe yang berubah menjadi bar ketika malam minggu. Noah,Akin,Pete,Paul dan Gerry berjalan masuk kedalam cafe atau bar itu. Lebih baik kita sebut itu sebagai bar saja untuk saat ini. Mereka disambut dengan suara musik DJ yang memenuhi seluruh ruangan. Banyak orang yang menghabiskan malam nya di bar ini. Setiap malam minggu, hanya orang yang berumur 18 tahun keatas saja yang dapat masuk.
KTP akan diperiksa sebelum memasuki bar.
Noah dan para antek anteknya menghampiri Jun yang sedang berada dibelakang mini bar.
"Halo,Akin. Bagaimana kabarmu? Lama kau tidak berkunjung kesini." Sambut Jun. Dia senang bertemu dengan mantan pegawainya.
Jun menatap orang orang yang datang bersama Akin. Dia sudah hafal dengan keempat orang yang selalu datang bersama Akin.
Akin tersenyum sopan. Meskipun dia sudah tidak bekerja disana lagi,dia tetap merasa harus menghormati mantan bosnya.
"Aku baik baik saja,Tuan. Tuan Noah yang mengajak kami. Katanya dia merindukan minuman di bar ini." Ucapnya sambil melirik Noah yang berdiri disebelahnya.
Noah mengangguk antusias.
"Bisakah kau membuatkan kami minuman yang paling enak disini??"
Jun merasa senang karena pelanggannya menyukai minuman yang dia buat.
"Tentu saja,Tuan. Aku akan membuatkannya untuk kalian." Jun mulai membuatkan minuman untuk 5 orang yang ada dihadapannya.
Minuman yang dibuat Jun selesai. Dia menyajikannya dihadapan ke 5 orang pelanggannya.
Noah menatap minuman itu dengan antusias.
"Wowwww..." teriak Noah sambil mengambil gelasnya. Dia menatap seluruh pengawalnya.
"Ayo malam ini kita bersenang senang!!" Noah berteriak sambil mengangkat gelasnya pertanda memulai untuk minum. Para pengawalnya sama sama meminum minumannya masing masing.
Noah mulai berjoget menikmati musik DJ yang terus berbunyi. Diikuti para pengawal yang juga ingin bersenang senang melepas penat. Mereka berjoget menghibur diri masing masing.
Bukannya sepi,Semakin malam bar dadakan itu semakin ramai oleh pengunjung. Musik DJ semakin keras diputar agar seluruh pengunjung dapat menikmatinya.
1 jam waktu yang dihabiskan Noah dengan para pengawalnya untuk bersenang senang. Saat ini yang sudah tidak sadarkan diri adalah,Noah. Terlalu menikmati, membuatnya tidak sadar terus minum sampai mabuk. Keempat pengawalnya menggotong tuan mereka masuk kedalam mobil. Noah didudukkan dikursi belakang bersama Paul dan Gerry. Ketika Pete dan Akin akan masuk kedalam mobil. Ada sebuah mobil sport merah yang berhenti di samping mereka. Sebuah mobil sport merah yang dikendarai oleh musuh keluarga utama. Alea menghampiri keduanya.
Penampilannya terlihat santai. Hanya memakai jeans hitam dan kaus putih beserta jaket hitam. Noah dan Pete menatap Alea dengan pandangan bingung.
"Nona"
mereka menunduk sopan ketika Alea sudah berada dihadapan mereka. Meskipun Alea bukan atasannya langsung,tetap mereka harus menghormati.
Alea menatap kedua pria itu dan menjatuhkan pandangan kepada Akin.
"Malam ini aku ingin membawa Akin bersamaku." Tutur Alea.
Akin menunjuk dirinya sendiri seperti berkata "aku".
Dengan raut wajah kebingungan.
Pete yang dapat membaca situasi pamit undur diri.
"Kalau begitu saya pergi dulu,Nona." Pete menjauh dari keduanya masuk kedalam mobil.
Mobil hitam itu melesat pergi meninggalkan keduanya. Akin merasa canggung ditinggal berdua bersama Alea saja. Alea yang merasa Akin dalam keadaan canggung langsung mengajaknya masuk kedalam mobil.
"Ayo!" Seru Alea.
Akin mengangguk dan mengikuti Alea memasuki mobil.
Mereka duduk bersebelahan dengan posisi Alea yang menyetir.
Mobil merah itu mulai melaju memasuki jalan raya yang ramai. Ikut membelah jalanan yang masih ramai dilalui oleh kendaraan lain. Lampu jalan menghiasi sepanjang perjalanan. Memberi penerangan untuk para pengemudi.
Akin yang awalnya canggung mulai menikmati perjalanannya. Dengan atap mobil yang terbuka membuatnya leluasa melihat jalanan yang ramai.
Tidak ada percakapan diantara mereka berdua. Keduanya sama sama menikmati udara malam yang menerpa kulit mereka. Sesekali Alea menatap Akin yang sedang menikmati perjalanannya.
Sebelum pergi ke bar Alea sudah mendatangi rumah utama untuk mengajak Akin keluar. Tapi,dia mendapat kabar dari penjaga bahwa Akin sedang pergi keluar bersama Noah. Alea bertanya kemana mereka pergi dan pergi untuk menyusulnya. Mengikuti sandiwara yang sedang dilakukannya,Alea berniat pergi untuk menghibur Akin. Ya,selama ini sikap yang dia tunjukkan kepada Akin,itu semua hanya sandiwara. Alea hanya mengikuti perintah ayahnya untuk mengawasi Akin. Pengawal baru Gabriella.
Kembali kepada Noah yang sudah tak sadarkan diri. Noah diangkat oleh ketiga pengawalnya memasuki rumah utama. Kedatangan mereka disambut oleh Gabriella yang sedang menunggu diruang keluarga.
Gabriella menatap Noah dan ketiga pengawalnya. Dia sadar bahwa Akin tidak ada.
"Dimana Akin? Kenapa dia tidak bersama kalian?"
Tanyanya penasaran sambil melihat kebelakang ketiganya.
Pete menunduk akan memberi jawaban.
"Maaf,Nona. Tadi nona Alea datang ke cafe dan mengajak Akin pergi." Jawabnya dengan nada hati hati. Dia takut Nona mudanya marah.
Mendengar itu Gabriella menggeram kesal. Dia tidak suka ketika mengetahui Akin pergi dengan Alea. Terlebih Akin tidak izin padanya. Gabriella menghela napasnya. Dia tidak mau melampiaskan kemarahannya pada tiga pengawalnya.
"Kalian antar Noah kekamarnya." Lebih baik dia menyuruh pengawalnya untuk pergi daripada dia memarahinya.
Pete,Paul dan Gerry mengangguk bersamaan. Mereka pergi meninggalkan nona mudanya yang sedang menahan kegusarannya. Gabriella kembali duduk disofa menunggu kedatangan Akin. Dia akan memarahinya kalau Akin sudah datang.
********
Tiga puluh menit mereka berkeliling sampai akhirnya Alea mengantar Akin pulang kerumah utama. Mobil merah itu berhenti tidak jauh dari pintu rumah utama. Alea dan Akin sama sama keluar dari mobil.
Akin tersenyum lebar menandakan dia merasa senang. "Terimakasih sudah mengajak saya berkeliling,Nona. Saya merasa senang." Ucapnya tulus.
Alea membalas senyuman Akin dengan raut wajah yang tak kalah senang.
"Aku senang karena kau sudah baik baik saja. Lain kali kalau ada masalah kau bisa mendatangiku.
Jangan sungkan padaku." Ucapannya terdengar tulus bagi orang yang tidak mengetahui niat lain dibelakangnya.
Akin hanya tersenyum. Mungkin kejadian kemarin membuatnya banyak pikiran sehingga orang lain dapat menebak suasana hatinya.
"Sekali lagi terima kasih,Nona."
Alea mengangguk.
"Kalau begitu aku pulang dulu. Selamat malam."
Alea memasuki mobilnya bersiap untuk pergi.
"Selamat malam,Nona."
Mobil itu melaju keluar daari halaman rumah utama.
Ketika mobil itu sudah tak terlihat,Akin melangkah masuk kedalam rumah utama. Saat dia melewati ruang keluarga,Akin melihat Gabriella yang sedang tertidur dalam keadaan duduk diatas sofa. Akin berjalan menghampiri nona mudanya. Dia menyentuh pelan pundak Gabriella.
"Nona.." ucapnya pelan.
Gabriella membuka matanya perlahan. Dia menatap Akin yang sedang berdiri dihadapannya.
Setelah kesadarannya kembali,ekspresinya langsung berubah kesal.
"Kau..." Gabriella bangun dari duduknya berdiri dihadapan Akin.
"Darimana saja kau?? Kenapa baru pulang?? Kenapa tidak meminta izin padaku terlebih dahulu??"
Tanyanya berturut turut. Terdengar nada suaranya mulai meninggi.
Akim menghela napasnya terlebih dahulu sebelum menjawab.
"maaf,Nona. Bukankah anda sendiri yang mengatakan saya tidak perlu meminta izin pada anda." mengingat ucapan Gabriella sebelum pulang.
"Dan tadi Nona Alea mengajak saya pergi sebentar. Saya pikir itu bukan suatu hal penting." Jawabnya jujur.
Karena merasa nona mudanya marah,Akin memilih kembali berbicara formal
"Akin,bukankah sudah kuberitahu.." tatapannya sudah terlihat sangat kesal. Mendengar jawaban langsung dari mulut Akin,malah membuatnya semakin kesal.
"Jangan berhubungan dengan keluarga Miller, siapapun itu, walaupun hanya berbicara saja. Apa kau tidak mengerti??" Nada bicaranya semakin meninggi menandakan Gabriella benar benar kesal.
Akin yang awalnya menunduk mulai mengangkat kepalanya menatap Gabriella. Mendengar nonanya mulai menyalahkannya membuat Akin tersulut emosi.
"Nona saya mengerti... sangat mengerti." Akin menekan setiap ucapannya. Menandakan dia juga ikut kesal.
"Tapi,apa salah saya berbicara dengan nona Alea? Nona mengajak saya pergi sebentar. Dia hanya ingin menghibur saya saja." Jelas Akin.
"Nona Alea hanya melakukan apa yang tidak dapat anda lakukan Nona!!. Apa anda pernah berpikir kalau kejadian semalam membuat saya stres? Apa anda memikirkan keadaan saya?" Teriaknya kesal. Akin terbawa suasana sehingga membuatnya mengungkapkan isi hatinya. Gabriella hanya terdiam mendengar ucapan Akin. Bibirnya kelu untuk menjawab.
"Dan diluar dari itu semua, perpecahan itu diantara keluarga anda dengan mereka,tidak ada hubungannya dengan saya." Ucapnya berani. Saat ini seperti tidak ada rasa takut didalam diri Akin.
Mendengar penuturan itu Gabriella refleks menampar Akin.
Plak...
Akin hanya terdiam setelah menerima tamparan itu.
Gabriella marah mendengar ucapan Akin.
"Dengarkan aku baik baik.." Gabriella menekan setiap kalimatnya.
"Kau hanya pengawal dirumah ini dan segala aturan harus kau taati dengan baik. Tidak boleh ada yang membantah sama sekali. Dan ingat,sekarang kehidupanmu ada ditanganku,jika kau berani membantah sekali lagi... jangan harap hidupmu akan baik baik saja." Kalimat penuh ancaman itu tidak main main. Gabriella tidak suka ada membantah ucapannya. Akin hanya terdiam mendengar semua ucapan Gabriella. Jika bukan karena adiknya dia tidak akan sudi bekerja untuk orang seperti Gabriella. Masih terlihat kekesalan diwajahnya.
"Mulai sekarang Jimmy yang akan menjadi ketuamu.
Ingat kau tidak boleh melanggar peraturan dirumah ini." Setelah memberikan titahnya,Gabriella pergi meninggalkan Akin tanpa membiarkannya berbicara sepatah katapun.
Akin menggeram kesal ditempatnya. Nona mudanya memang tidak punya hati. Akin mencabut ucapannya yang mengatakan Nona mudanya sudah berubah.