Gabriella anashtasia
Nona muda kaya yang harus menggantikan posisi sang kakak untuk menjadi CEO Tanwarin Corp.
Dalam tugasnya, Gabriella mendapatkan ancaman dari orang orang yang ingin menjatuhkannya.
Suatu kejadian membuat Gabriella bertemu dengan Akin, seorang pria tangguh dan berani.
Pertemuan yang membuat Akin mendapat tawaran menjadi seorang bodyguard untuk menjaganya.
Karena suatu keadaan,membuat Akin harus menerima tawaran itu dengan suatu persyaratan yang dia berikan.
Akankah perjalanan Akin menjadi seorang bodyguard akan segampang itu???
Apakah dia akan sanggup bertahan menjadi seorang bodyguard dalam keluarga yang penuh ancaman???
Akankah akan tumbuh cinta diantara nona muda dan bodyguardnya???
Ikuti terus keseruan Akin, bodyguard yang harus sabar menghadapi keluarga nona mudanya.
Kisah ini mengandung perselisihan antar dua keluarga yang berbeda pendapat.
salam Sijack🥰.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sijack, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35: Hutan (3)
"Nona,lihatlah!!!"
Akin menunjuk kearah sebuah gubuk yang berada dipinggir jalan yang sepi.
Setelah satu jam berjalan mencari jalan keluar, akhirnya mereka menemukan jalan kosong yang tidak dilalui siapapun. Tapi hal itu dapat membuat mereka bernapas lega.
"Akhirnya...kita dapat beristirahat juga." Raut senang mulai timbul diwajah Gabriella.
" Ayo Akin,aku sudah lelah berjalan dari tadi!"
Gabriella segera menarik tangan Akin dan membuatnya mau tak mau mengikuti wanita itu.
Saat sampai tepat didepan gubuk itu seketika rasa antusias Gabriella mulai meluap digantikan dengan raut ketakutan yang jelas diwajahnya.
"Akin,apa kau yakin kita akan istirahat disini??" Masih dengan wajah ketakutan,Gabriella melirik Akin yang hanya terdiam ditempatnya.
Saat ini mereka berdiri didepan gubuk yang sudah terlihat terbengkalai. Terlihat sarang laba laba yang menggantung disetiap sudut bagian gubuk itu. Ditambah sekitaran yang sepi membuat hawanya semakin menakutkan dengan bunyi dari binatang kecil yang mengisi kesunyian sekitaran situ.
Akin menghela napasnya pasrah dengan keadaan mereka saat ini.
"Mau bagaimana lagi,kita tidak mungkin berjalan lagi, sedangkan sebentar lagi malam."
Sebenarnya Akin juga ragu dengan keputusan yang diambilnya. Tapi melihat keadaan yang tidak memungkinkan,terpaksa mereka harus beristirahat disana untuk malam ini saja.
"Tapi Akin,lihatlah ini tidak layak untuk ditempati!" Protes nona muda itu.
Entah keberapa kalinya Gabriella kembali mengeluh.
Membuat Akin menghela napasnya. Hal ini sudah dapat di prediksinya. Nona mudanya terlalu ribet sekali,sudah tahu mereka lagi dihutan bukan dihotel malah mencari fasilitas yang nyaman.
Akin hanya bisa memaki nonanya didalam hatinya saja.
"Terserah anda,nona. Saya sudah lelah,kalau anda ingin mencari tempat lain,silahkan saja. Tapi saya tidak akan ikut."ucap Akin. Dia sudah begitu lelah untuk berdebat dengan nona mudanya.
Akin melangkah pergi meninggalkan nona mudanya yang masih ragu dan takut.
Gabriella melongo melihat Akin yang berjalan santai meninggalkannya.
"Hey,Akin tunggu aku!!" teriak Gabriella.
Menghilangkan segara rasa ketakutannya, Gabriella memberanikan diri mendatangi Akin yang sudah berada diteras gubuk itu.
"Kenapa??"tanya Gabriella yang sudah berdiri tepat disamping Akin yang hanya terdiam ditempatnya.
"Pintunya tidak bisa dibuka" jawab pengawalnya itu.
Akin kembali mencoba buka pintu itu sambil mendobraknya dan hasilnya nihil. Pintu itu tidak ada perubahan sama sekali. Sepertinya rumah itu ditinggalkan dalam keadaan terkunci oleh pemiliknya.
"Lalu kita akan beristirahat dimana??" Gabriella bertanya denga raut paniknya.
Meskipun awalnya dia tidak menyetujui untuk istirahat disitu,tapi dia lebih takut tidak dapat beristirahat sama sekali. Kakinya sudah lelah karena telah berjalan seharian.
"Entahlah.." Akin menghela napasnya pasrah dengan kenyataan dihadapannya.
Untuk kesekian kalinya Akin menghela napasnya. Entah karena kesal ataupun lelah. Hari ini adalah hari yang panjang untuk dirinya. Otaknya sudah tidak dapat dipakai untuk berpikir lagi.
Gabriella merasa iba melihat Akin yang sudah kelelahan seharian ini. Meskipun dirinya juga lelah, tapi dia hanya mengikuti Akin saja tanpa memikirkan apapun. Sedangkan Akin dialah yang memandu jalan hingga mereka keluar dari dalam hutan. Gabriella memutar otaknya untuk berpikir dan memperhatikan sekitarnya. Matanya menangkap sebuah amben kayu berukuran sedang diteras gubuk itu. Cukuplah 2 orang untuk berbaring.
"Kita bisa istirahat disitu!" Gabriella menunjuk amben kayu yang berada di sisi kiri teras gubuk itu
Akin menatap amben yang ditunjuk nona mudanya dan kembali menatap nonanya lagi.
"Apa anda yakin untuk tidur diatas situ??"
Tanya Akin sambil mengangkat sebelah alisnya.
Bukannya Akin tidak mau,tapi melihat nona mudanya yang sangat tidak suka hal yang kotor tiba tiba malah menawari untuk tidur diatas amben yang berdebu.
Gabriella mengangguk meyakinkan sambil tersenyum.
"Tentu saja,tapi sepertinya itu harus dibersihkan terlebih dulu."
Gabriella melihat sekitaran teras dan menemukan sebuah sapu disisi teras yang lain. Sebuah sapu usang tapi masih dapat digunakan.
"Nah,itu dia,aku akan menyapunya terlebih dahulu."
Gabriella berjalan mengambil sapu itu dan mulai membersihkan amben yang akan dipakai mereka.
Akin hanya dapat terdiam sambil mengedipkan matanya. Melihat nona mudanya yang berubah tiba tiba membuatnya terheran heran. Pergi kemana sikap cerewet dan protesnya dari tadi. Apa ada hantu yang merasukinya dirinya???.
"Nona anda baik baik sajakan??" Akin tidak dapat menahan rasa herannya pada nona mudanya.
Gabriella menghentikan aktivitasnya dan menatap Akin dengan wajah kebingungan.
"Memangnya aku kenapa?aku baik baik saja." Jawabnya masih dengan wajah kebingungan.
Akin menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran anehnya.
"Tidak apa apa,Nona. Saya hanya bertanya saja."
"Kalau begitu saya akan mencari kayu bakar untuk membuat pencahayaan untuk malam ini" lanjutnya.
Baru saja Akin akan melangkah pergi suara Gabriella kembali menghentikannya.
"Tunggu! Aku tidak mau ditinggal sendirian,aku ikut denganmu."
Gabriella segera mempercepat pekerjaannya agar tidak ditinggal Akin untuk kedua kalinya. Rasa takut masih meliputi dirinya meskipun tidak setakut diawal tadi.
Gabriella kembali meletakkan sapu tadi ditempatnya dan menghampiri Akin yang terlihat malas menunggunya.
"Sudah selesai!" Seru Gabriella.
Akin menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan melihat tingkah nona mudanya yang dapat berubah ubah.Terkadang sikapnya yang seperti itu dapat membut Akin kesal dan sekaligus terhibur. Kemudian keduanya berjalan mencari memasuki pinggiran hutan untuk mendapatkan kayu bakar.
Hari yang panjang belum berakhir ,entah apa yang akan terjadi malam ini.