Jihan Lekisha, seorang gadis cantik yang mempunyai rasa sosial tinggi terhadap anak-anak. Ia selalu membantu anak korban kekerasan dan membantu anak jalanan. Karena kesibukannya dirinya sebagai aktivis sosial , pekerja paruh waktu dan seorang mahasiswa ia tidak tahu kalau kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya. Hingga suatu hari ia melihat sang kekasih tidur dengan sahabatnya. Karena hal itu ia sampai jatuh sakit, lalu dirawat ibu bos tempatnya kerja. Tetapi ujian hidup tidak sampai disana. Siapa sangka anak bosnya maalah merusak kehormatannya dan lari dari tanggung jawab. Tidak ingin nama baik keluarganya jelek di mata tetangga, Rafan Yaslan sang kakak menggantikan adiknya menika dengan Jihan.
Mampukah Jihan bertahan dengan sikap dingin Rafan, lelaki yang menikahinya karena kesalahan adiknya?
Lalu apakah Jihan mau menerima bantuan Hary, lelaki yang menghamilinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bawa Aku Pergi Bersamamu
Melihat ketegangan di wajah keduanya, Jihan mengatur tempat agar mereka berdua bisa bicara empat mata, Hary pernah bercerita kalau ia tidak pernah bicara berdua dengan ayahnya
. Setelah duduk di sebuah cafe di tepi pantai Ancol. Pak wilson bicara pada Hary.
“Tidak pantas kamu membawa istri abangmu sendiri kabur.”
“Aku tidak akan meninggalkan anakku seperti ayah lakukan padaku.”
“Hary! Anak itu memang darah dagingmu. Tapi kamu tidak punya hak untuknya dia anak Rafan. Aku tidak pernah meninggalkan Ibumu dia yang meninggalkanku demi pria lain.”
“Jangan menuduhku Ibu seperti itu. Bahkan diujung napas terahirnya dia masih setia padamu, aku melihat ibuku memanggil namu sebelum dia menutup mata, itulah yang aku benci darimu sampai saat ini. Kenapa ibu yang mencintaimu sampai akhir hayatnya tapi mendapat hinaan darimu.”
“Ibumu pergi dengan lelaki lain , Hary!” teriak Pak Wilson marah.
“Ibu tidak pernah melakukan itu. Dia pergi karena permintaan Bu Neha , harusnya ayah tanyakan padanya apa yang sudah dilakukan pada Ibuku.”
“Apa maksudnya? Bukankah Shania meminta cerai karena ingin menikah?”
“Tidak, ayah meninggalkan ibuku saat dia sakit keras,” balas Hary.
Mendengar penjelasan Hary lelaki itu terdiam, selama ini ia taunya ibu Hary minta berpisah darinya karena ingin menikah dengan pria yang lebih muda. Lelaki berkaca mata itu mengusap air mata, selama bertahun-tahun ia memendam amarah dan dendam pada Ibu Hary ternyata ia korban fitnah. Setelah bicara panjang lebar pak Wilson berdiri.
“Aku berharap kamu tidak melakukan kesalahan seperti yang aku lakukan Hary,” ujar sang ayah.
“Jangan khawatir aku berbeda denganmu,” sangkal Hary.
“Kalau kamu memang berbeda denganku, biarkan Jihan pulang, lakukan itu demi menjaga nama baik ibumu,” ujar Pak Wilson.
Hary tidak menjawab, ia mengepal tangan dan mengusap air matanya dengan kasar. Pak Wilson hanya menghela napas dan pergi, selang berapa lama Jihan duduk.
"Apa semua baik?" Jihan mengikuti Hary
“Apa kamu lapar?” Hary balik bertanya, belum bersedia menceritakan tentang ibunya, saat mereka berdiri di tepi pantai .
“Iya lapar bangat sampai kakiku dan tanganku bergetar,” ucap Jihan dengan jujur.
Hary menoleh ke ara kaki tapi matanya tiba-tiba teralihkan ke bagian perut, ia mengingat ucapan Dila yang menyebut Jihan dan bayinya kekurangan gizi. Itulah salah alasan Hary sebenarnya datang ke rumah. Melihat keadaan Jihan tapi yang ia pikirkan jauh lebih buruk melihat Jihan diperlakukan buruk sama ibu mertuanya membuatnya naik darah.
‘Tidak seharusnya dia menderita karena kesalahanku’ itulah yang dipikirkan Hary.
“Baiklah, mari kita makan.”
Ia berjalan dan Jihan mengekor dari belakang, ada yang berubah dari Jihan ia lebih banyak diam. Biasanya wanita cantik itu akan cerewet dan mengatakan banyak hal. Kali ini Jihan hanya diam. Mendengar Hary sebenarnya meminta menikahinya membuatnya merasa bersalah karena selama ini selalu menyalahkan Hary bahkan menyebut pria itu sebagai berandalan yang tidak punya tanggung jawab. Kini ia yang jadi merasa bersalah. Banyak yang ia sesali dari tadi, kalau saja ia tidak menangis di depan Hariy lelaki itu tidak akan adu jotos dengan Rafan.
“Kamu kenapa banyak diam?” tanya Hary menatap Jihan yang duduk di sampingnya, ia sengaja memilih restoran yang di pinggir pantai agar bisa melihat pemandangan laut.
“Aku minta maaf,” lirih Jihan dengan suara kecil lalu menunduk. Selama kenal baru kali ini melihat Jihan menunduk tidak mau menatap ke arahnya.
“Untuk apa? Untuk wajah tampanku yang bonyok ini? Atau minta maaf karena kamu mau kabur denganku?”
“Semuanya. Aku minta maaf karena menyusahkan kamu. Tolong bawa aku jauh dari keluargamu. Ayo kita pergi jauh.”
Mendengar permintaan menakutkan dari Jihan Hary melotot kaget.
Di sisi lain.
Rafan masih diliputi amarah.
Setelah bertengkar hebat dengan Hary lelaki itu masih duduk dengan wajah meneras. Hary membawa Jihan pergi dari depannya matanya, bahkan dari depan keluarganya. Rafan merasa sangat malu dan tidak punya harga diri di depan Kakek dan Ayahnya. Ia masuk ke kamarnya dengan wajah penuh amarah. Mencekram sisi meja dengan kuat, baru kali ini ia merasa sangat marah. Dila tidak ingin kedua saudaranya bertengkar lagi. Ia juga masuk ke kamar Rafan.
“Kurang ajar kamu Hary. Kamu berani mempermalukanku aku akan memberimu pelajaran,” ucap Rafan dengan pundak naik turun ia mencekram sisi meja.
“Mas tenanglah, kita bisa selesaikan ini dengan baik-baik,” bujuk Dila.
“Dia membawa lari istri orang lain, itu tindakan kejahatan,” ujar Rafan masih dengan pundak naik turun, urat-urat di leher saling bertarikan.
“Mas, kita selesaikan baik-baik dia adikmu. Mari kita telepon Hary,” bujuk Dila
“Kalau semua bisa diselesaikan dengan cara baik-baik tidak akan ada penjara dan kantor polisi,” ucap Rafan membuka laci menyalipkan pistol ke pinggang, lalu ia berganti pakaian.
“Mas dia adikmu bukan orang lain. Apa yang akan kamu lakukan?”
“Biar adik sendiri kalau penjahat akan tetap dihukum. Aku akan menuntut anak itu,” ujar Rafan benar-benar terlihat marah.
“Tunggu dulu.” Dila mengikuti Rafan dari belakang.
Saat turun ia melihat Uminya baru pulang , ia menatap wanita itu dengan sinis. Semua yang terjadi hari ini karena ulah Uminya.
“Ke-kenapa wajahnya begitu Nak?” Neha ingin menyentuh pipi Rafan yang lebam. Lelaki itu tidak memnghiraukan sang Ibu ia bergegas menuju mobil.
“Mas Rafan , tolong jangan bertengkar lagi. Mana mungkin kamu memenjarakan adikmu?”
“Aku bisa melakukannya karena berani menghinaku.” Rafan berbegas.
Lelaki pendiam sekali marah sangat menakutkan, mendengar teriakan Dila Kakek Ali keluar dari rumah. Ia melihat Dila membujuk Rafan.
“Rafan apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Wilson ia juga baru tiba,
“Akan aku beri pelajaran untuk anak sialan itu. Aku akan memasukkannya ke panjara,” ujar Rafan.
Mendengar kata penjara Kakek Ali memegang dada dan jatuh pingsan, tentu saja mereka semua panik.
“Kakek!” Dila berteriak panik
“Apa sebenarnya yang terjadi tadi?” tanya Bu Neha ikut panik melihat ayah mertuanya jatuh pingsan.
Rafan yang tadinya ingin pergi jadi gagal, ia membantu sang kakek membawa ke dalam mobil melarikan ke rumah sakit. Tiba di sana mereka semua semakin panik karena tubuh Kakek Ali tiba-tiba mengalami kejang. Beruntung Dila seorang dokter, ia bisa memberi pertolongan darurat.
“Bertahanlah Ba,” ujar Pak Wilson terlihat sangat takut kehilangan ayahnya. Ia duduk ditunggu mengusap-usap punggung tangan.
“Jangan khawatir Yah, kakek sudah melewati masa krisisnya,” ujar Jihan keluar dari ruang rawat.
Ia berniat menelepon Hary untuk memberitahu kakek mereka yang masuk rumah sakit. Namun ponselnya tidak diangkat.
Bersambung
Jangan puva Vote, like, komen ya terimakasih
tapi kenapa mereka semua gk mengizinkan jihan & hary hidup bersama.