TAMAT SINGKAT 28 SEPTEMBER 2023
Nyata pahit yang Vanessa pernah alami adalah, tak diakui oleh ibu yang telah melahirkan dirinya.
Terlebih, kala Vanessa baru mengetahuinya; tahu bahwa sang ayah yang sangat dia cinta telah lama disakiti ibu cantiknya.
Kekesalan, dendam, amarah, rasa ingin membuktikan membuat gadis 17 tahun itu bertekad untuk merebut kekasih ibunya. "Hello, Calon Papa Tiri...."
"Oh Shitttttt! Aku tidak berniat menikahi mu, gadis kecil!" Rega Putra Rain.
Polow IG kooh... [ Pasha_Ayu14 ] karena di sana terdapat mini clip untuk beberapa nopel kooh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HOP TIGA PULUH TIGA
Hilda cantik dengan gaun hitam bermodel punggung terbuka. Rambut dicepol lalu ada dua belah poni curly yang menjuntai ke pipinya.
Malam ini malam ulang tahun Arjuna. Setelah kemarin gagal menaklukkan mantan suami dengan mencurangi perusahaan, kini Hilda ingin bermain cantik.
Datang baik-baik ke pesta ulang tahun Arjuna dengan mengenakan busana seksi yang sesuai dengan selera Arjuna tentunya. Hilda masih ingat, beberapa kali Arjuna mengirim baju, tas, gaun, sepatu, bahkan aksesorisnya.
Selama ini tak disentuhnya, tapi sekarang sudah Hilda pakai dan ternyata selera Arjuna sangat bagus dan pas ditubuhnya.
"Juna-juna kalau aku tahu kamu seganteng itu. Mungkin aku tidak akan pernah kabur darimu." Memandang foto Arjuna, seketika Hilda menggigit bibir bawahnya.
Mungkin akan menggairahkan jika berada di bawah kungkungan lelaki berwajah oriental dan bertubuh proporsional seperti Arjuna.
Jakunnya, mata monolit-nya, dada bidangnya, pundak saat dia remas dan melenguh. Hilda berkeringat ketika membayangkannya.
"Apa kita jadi Nyonya?" Lamunan kotor Hilda dibuyarkan oleh suara Nimas. Hilda menoleh ke kanan dan dia mengeras wajahnya.
"Kamu kok pakai baju yang kusam begitu sih, Nimas! Kamu tahu, ini pesta ulang tahun orang kaya, yang hadir di sana orang elit!"
"La-lalu?" Nimas menunduk untuk mengamati bajunya yang sangat tidak sebanding dengan gaun mahal majikannya.
"Pakai baju yang bagus dong! Kamu jangan malu-maluin aku di depan banyak orang dengan pakaian jelek mu!" ketus Hilda.
"Tapi saya nggak punya baju bagus, Nyonya. Lebih baik, saya tidak usah ikut ya." Nimas insecure jujur saja.
Hilda berangkat ke lemarinya, lalu mencari gaun yang tidak pernah dipakainya. "Aku repot kalau kamu nggak ikut! Siapa yang mau bawa kado, tas, sama barang-barang ku?"
Setelah mengobrak abrik lemarinya, akhirnya ada juga gaun yang dirasa cocok dengan tubuh Nimas. "Udah kamu ganti pakai gaun ini saja," sodor-nya.
Nimas hampir gemetar melihat gaun merah maroon yang sangat elegan itu. "A-apa tidak terlalu mewah Nyonya?" tanyanya.
"Terlalu mewah kalo di kamu, tapi daripada aku malu karena bawa bawa manusia kumel kayak kamu, mending kamu pake ajah!" jutek Hilda lalu beralih ke cermin miliknya.
"Cepetan! Ganti, aku tunggu! Rambut kamu juga tata yang rapi. Jangan malu-maluin aku!'
"Iya, Nyonya..." Nimas menunduk lantas pergi keluar untuk melaksanakan tugasnya.
•••••••••••••
...Di kediaman Arjuna......
^^^•••••••••••••^^^
-Sssrrrrrttt..
Vanessa menatap ke samping, barusan punggung miliknya tersentuh dan dikecup suaminya. Setelah cukup sulit menarik resleting gaunnya, Rega datang menyudahi kesulitannya dengan imbalan mencium tentu saja; hari gini tidak ada yang gratis.
Lama Vanessa tak menyahuti suaminya, tak mau memaafkan suaminya, bahkan tak mau meminta bantuan suaminya lagi. Tapi, dengan sabarnya Rega bersikap lembut seperti pada ibunya dulu, mengalah dan selalu mengalah.
Memperistri gadis muda, mungkin begitu resikonya. Tak peduli siapa yang salah, Rega harus bersikap dewasa mulai sekarang.
"Sayang." Rega menepuk pundak sebelah kanan Vanessa, lalu saat gadis itu menoleh Rega menyodorkan pipi di sebelah kiri pundak Vanessa.
Detik berikutnya, Vanessa menutup mulut yang tak sengaja mencium pipi suaminya ketika kembali menoleh ke kiri.
Vanessa mencebik, akhir-akhir ini Vanessa gampang sekali dikelabui Tuan muda yang sudah tua ini, Rega selalu bisa memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mengambil bibir ranumnya.
Lipstik yang sedikit terceplak sengaja Rega biarkan, kemudian menepuk pundak Arjuna untuk pamer cap lipstik di pipinya.
"Semoga di ulang tahun yang ke 46 tahun, Papa Juna dapat jodoh yang bisa beri kiss seperti ini," doanya. Entah doa atau ledekan, Arjuna hanya menarik ujung bibirnya.
"Tidak usah terlalu sombong dengan status mu. Kau sadar, kau hanya dimanfaatkan istri mu untuk membackup perusahaan ku, Rega."
Rega terkekeh. "Bukannya seorang suami harus menjadi manfaat bagi istrinya. Kau ini bicara seolah-olah aku laki-laki mo-kon-do!"
Arjuna mendengus, menantunya ini tak pernah mau kalah bicaranya. Selalu saja ada jawaban untuk menyela.
"Jangan balik ke Hilda, tidak lucu kalau aku harus menulis diary hidup ku dengan judul mertua ku mantan kekasih ku."
Arjuna tergelak remeh. "Kau pikir aku sebodoh kau yang terlalu bucin dengannya?"
Rega tertawa sengak. "Hello... Kau tidak menikah lagi selama ini. Kau pikir aku tidak tahu kalau alasan mu menduda karena masih terlalu bucin?"
Arjuna tertohok. Ya memang begitu adanya yang Rega katakan. Payahnya kedua lelaki tampan itu sama-sama pernah bucin pada satu wanita.
"Jangan mengajak ku ribut di hari ulang tahun ku!" Arjuna keluar dari ruang ganti keluarganya.
Tamu sudah banyak yang menunggu. Sebagai pemimpin perusahaan, tentu saja harus ada ritual perayaan pesta ulang tahun, hal itu bertujuan untuk lebih mudah menjalin silaturahmi antar rekan.
Pukul delapan teng, acara sudah cukup dimeriahkan. Kue sudah dipotong dan Vanessa yang mendapatkan potongan pertamanya.
Seluruh rekan, kerabat, relasi, kolega, apa pun jenisnya semua datang tak terkecuali mantan yang sangat cantik dan seksi. Hilda beringsut mendekat sambil tersenyum manis pada Arjuna.
"Selamat Juna." Wanita itu menunjukan kotak besar yang dibawa oleh asistennya. "Aku kasih sesuatu untuk mu."
Arjuna terpaku beku, bukan pada kado yang diberikan Hilda, melainkan pada wanita muda yang sangat cantik dengan gaun merah yang sangat elegan.
"Papa..."
"Juna..." Vanessa dan Hilda sama-sama memanggil panik ketika hidung Arjuna meluruhkan darah segar.
Sontak, Nimas reflek meletakkan kado di atas meja bundar lantas meraih tisu di meja yang sama untuk disodorkan kepada Arjuna.
"Tuan kenapa?"
Arjuna menerima sodoran banyak tisu, salah satunya dari Vanessa yang terlihat sangat kecemasan.
Hilda yang seolah sedang Dejavu pada situasi dan kondisi ini, ia segera menyingkirkan Nimas dari sisi Arjuna. "Minggir kamu, Babu!"
"Hilda!" Arjuna menegur bersamaan dengan terhempasnya Nimas.
Hilda menatap nyalang mantan suaminya. Dia ingat benar, kebiasaan Arjuna saat masih sama-sama SMA, Arjuna akan mengalami mimisan saat jantungnya berdegup kencang karena terpesona melihat lawan jenisnya.
Dahulu, mimisan itu saat melihat kecantikan Hilda. Lalu sekarang, untuk siapa jantung Arjuna berdebar-debar?
"Kamu tidak sedang menyukai seseorang kan Juna?" cecar Hilda.
real alur mundurrrr🤣