NovelToon NovelToon
TERGODA JANDA PIRANG

TERGODA JANDA PIRANG

Status: tamat
Genre:Tamat / Janda / Selingkuh / Aliansi Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Teen Angst
Popularitas:40.9k
Nilai: 5
Nama Author: Napp

Asih Setiasih adalah Wanita yang memiliki paras cantik namun masih polos dan lugu, Diusia 20 tahun Ia menikah dengan seseorang Pria bernama Hardiansyah yang dijodohkan oleh orang tuanya. Karena kepolosan Asih rumah tangganya harus kandas, karena ternyata suaminya tergoda oleh wanita lain yaitu janda gatal berambut pirang yang tak lain adalah teman masa kecilnya sendiri. Tetapi setelah bercerai dan menjadi Janda, pesona Asih malah makin menjadi dan bersinar, karena ia sering merawat dirinya dengan pergi ke salon, ia merubah penampilannya terutama di rambut indahnya itu dengan mengikuti gaya trend masa kini yaitu rambut pirang, ia memperbaiki segala apa yang kurang dalam dirinya. Setiap pria yang bertemu dan memandang Asih pasti tergoda dan kelepek-kelepek akan kecantikan dan tubuhnya yang montok aduhai itu. Mau tau keseruan kisah cinta Asih seorang Janda berambut Pirang yang diperebutkan oleh banyak pria baik muda sampai yang tua, yuk baca ceritanya sampai selesai...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Napp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kematian Dukun Kepercayaan Euis

Asih pun tanpa sungkan mengambil apapun yang ia inginkan dan meminta lelaki dewasa itu membayarnya ke kasir. Ia mengambil tas mahal, dress mahal, aksesoris mahal bahkan tak tanggung-tanggung, Asih meminta Pak RT membelikannya satu set perhiasan yang harganya bukan main. Lelaki itu hanya bisa menganggukkan kepalanya tanpa bisa mengelak sedikitpun. Walaupun ia sadar bahwa Atm-nya mulai kebobolan.

"Wah terima kasih banyak ya Pak RT." Asih tersenyum Semringah. Kedua tangannya penuh dengan barang-barang belanjaan hasil berburu bersama lelaki dewasa itu.

"Sama-sama Asih, apapun itu akan aku lakukan, yang penting kamu senang Sih" jawab Pak RT.

Asih pun bergegas pergi meninggalkan Pak RT yang masih berdiri di samping mobilnya. Asih berjalan dengan penuh semangat menuju kediamannya sambil menenteng barang-barang belanjaannya itu.

Sepeninggal Asih...

Pak RT menatap dompetnya dengan tatapan sedih. Yang tadinya penuh dengan lembaran-lembaran uang kertas berwarna biru dan merah, kini ludes tak bersisa. Bahkan isi Atm-nya pun sudah menipis dan hampir terkuras habis.

"Huahh, bagaimana ini? Uang gajiku sudah habis, setibanya di rumah nanti, si gendut itu pasti meminta jatahnya," gumam Pak RT.

Di sisi lain jalan, ada sepasang mata yang sejak tadi memperhatikan mereka. Dia adalah Raka, yang sejak tadi mengikuti perjalanan Asih dan Pak RT. Raut sedih begitu jelas di wajah lelaki berkulit putih itu. Entah kenapa hatinya sakit ketika melihat Asih yang kini berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya.

"Aku harap kamu kembali seperti dulu Sih. Menjadi wanita yang baik dan selalu hidup apa adanya," gumam Raka sambil menghela nafas panjang.

Sementara itu.

Asih melangkahkan kaki dengan begitu semangat 45 menuju kediamannya. Ia bahkan tampak tidak perduli dengan para ibu-ibu yang mulai mengoceh tentang dirinya. Ia terus melenggang sambil memperhatikan barang-barang belanjaan yang memenuhi kedua belah tangannya.

"Coba lihat janda pirang gatel itu! Entah siapa lagi yang ia peloroti untuk membeli barang-barang mahal itu," celetuk dari salah satu dari ibu-ibu tersebut.

"Siapa lagi kalau bukan para lelaki yang sering nongkrong di warungnya. Yang rela membeli secangkir kopinya dengan harga lima puluh ribu," timpal yang lain dengan wajah kesal menatap Asih.

"Memang keterlaluan ya, para suami seperti kena jampi pelet sama si janda itu. Sampai rela menghabiskan uang jajan anak-anaknya demi bisa membeli secangkir kopi instan yang seharusnya dihargai empat atau lima ribu rupiah, ini malah dijual dengan harga yang tidak masuk akal," geram yang lain.

Asih yang sudah panas, akhirnya menghentikan langkahnya. Ia berbalik lalu menatap para ibu-ibu itu sambil tersenyum sinis.

"Kalian gak usah ikut campur terhadap urusanku. Berdo'a saja agar suami kalian tetap aman dan tidak ikut nongkrong di warungku.

Takutnya uang jajan anak kalian nantinya ikutan habis untuk membeli kopi buatanku," sahut Asih sambil tersenyum sinis yang berhasil membuat para warga desa semakin meradang di buatnya.

"Hmmm, bangga sekali dia!" Kesal ibu-ibu tersebut.

Asih melanjutkan perjalanannya dan setelah beberapa menit kemudian, ia pun tiba di warung miliknya.

Di kediaman Bu RT.

"Apa ini Pak? Masa ia gaji Bapak cuma segini!" Pekik Bu RT ketika mengetahui bahwa suaminya memberikan uang gaji dengan jumlah yang jauh lebih sedikit dari biasanya.

"I-ia memang gajinya segitu, serius Bu!" Ucap lelaki dewasa itu.

"Tidak mungkin, aku tidak percaya Pak!" Ucap Bu RT.

"Serius Bu, Mada Bapak bohong Sih?" Sahut Pak RT dengan gemetar.

"Aku curiga, jangan-jangan uangnya Bapak kasihkan janda pirang gatel itu ya?!" Ucap Bu RT mulai meradang. Wanita bertubuh semok itu bertolak pinggang dan dengan mata melotot menatap sang suami.

"Ti-tidak Bu! Sumpah! Untuk apa aku kasihkan uangku ke dia, mending aku kasih ke ibu saja," jawab Pak RT dengan terbata-bata dan mengelak.

"Jangan bohong Pak!" Teriak Bu RT.

"Awas saja ya Pak! Aku ini tidak akan main-main, jika sampai firasatku benar soal itu, maka aku tidak akan pernah segan-segan untuk mengusir wanita itu dari kampung ini!" Ucap Bu RT dengan penuh amarah yang membara.

"Sabar Bu, tidak boleh begitu! Biar bagaimanapun Asih adalah salah satu warga desa kita. Dia sudah lama tinggal disini. Lagi pula, bukan Bapak juga yang terpincut sama dia kan?" Bujuk Pak RT yang mencoba melindungi Asih.

"Hmmm, siapa yang tahu!" Bu RT mendorong kepala Pak RT dan lelaki itu hanya bisa diam saja sambil tersenyum kecut menatap sang istri.

Beberapa hari kemudian, di kediaman Euis...

"Hmmm, ini sudah lebih dari tiga hari, tetapi kenapa masih belum ada kabar dari mbok Jum ya? sebenarnya wanita paruh baya itu bisa gak sih kasih santet si Asih!" geram Euis sembari bertolak pinggang di depan cermin.

Euis meraih handphonenya yang terletak di atas nakas kemudian mulai memainkan jari-jemarinya di atas layar datar Handphonenya itu.

"Aku harus menghubungi mbok Jum, harus!" gumam Euis lalu meletakkan benda pipih itu ke samping telinganya.

Namun, wanita paruh baya itu sama sekali tidak merespon panggilan dari Euis, bahkan

hingga beberapa kali Euis mencoba menghubungi nomer tersebut, tetapi hasilnya tetap sama.

"Ada apa dengan mbok Jum, kok tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak begini ya?" Gumam Euis sembari mengakhiri panggilannya bersama wanita paruh baya itu.

Euis duduk di tepian tempat tidurnya sambil berpikir. Setelah beberapa saat, ia pun berniat mengunjungi mbok Jum, sekalian ingin tahu kelanjutan soal permintaannya kepada wanita paruh baya itu.

Seperti biasa, Euis menyewa jasa taksi online untuk mengantarkannya ke kediaman wanita paruh baya itu. Singkat cerita, Euis pun tiba di depan kediaman mbok Jum. Setelah membayar jasa taksi online tersebut, ia pun bergegas memasuki pekarangan rumah milik wanita paruh baya itu.

Rumah itu tampak sunyi dan seperti tak berpenghuni. Namun Euis sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu. Ia tak merasakan ketakutan sedikit pun.

Euis meraih gagang pintu dan ternyata pintu utama rumah itu masih terkunci. Padahal biasanya selalu terbuka, hingga ia tidak perlu susah-susah memanggil wanita paruh baya itu untuk membukakan pintu untuknya.

"Mbok! Mbok Jum!" Panggil Euis dengan cukup keras. Namun, hingga berkali-kali Euis meneriakkan nama wanita paruh baya itu, tetapi tetap saja tak ada suara jawaban, dan juga tidak terlihat batang hidungnya sedikitpun.

"Mbok Jum ke mana sih? Tumben, pintunya dikunci seperti ini?" Gumam Euis sambil melongokkan kepalanya di jendela kaca.

Ia melihat ke dalam rumah dan tidak ada siapapun di sana. Karena penasaran, Euis pun memutuskan untuk mengelilingi rumah tersebut, siapa tahu mbok Jum ada di ruangan lainnya, begitu pikir Euis.

Setelah puas berkeliling, Euis menghentikan langkahnya di depan sebuah jendela. Jendela yang ada di ruangan praktek mbok Jum. Euis menghentikan langkahnya karena mencium bau tak sedap yang berhasil menusuk ke dalam rongga hidung.

"Eumh...bau apa ini?!" Pekik Euis sambil mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya.

Karena penasaran, Euis pun memberanikan diri untuk mengintip ke dalam ruangan itu. Melalui celah-celah yang terdapat di sisi jendela. Betapa terkejutnya Euis ketika melihat sebuah pemandangan yang mengerikan di dalam sana.

"Aaaaaakhhhh...!" Euis berteriak histeris.

Ia segera berlari dan pergi dari tempat itu sambil berteriak meminta pertolongan. Wanita tua itu meninggal dalam kondisi yang mengenaskan. Entah sudah berapa hari, yang pasti tubuhnya sudah sedikit kehilangan bentuk serta membusuk dan mengeluarkan aroma tak sedap.

Warga yang tinggal di desa tersebut berbondong-bondong mendatangi rumah antik itu setelah mendengar cerita dari Euis. Para lelaki mendobrak pintu untuk memastikan kejadian itu. Benar saja, wanita tua itu sudah membusuk dan tak bernyawa lagi di ruangan prakteknya.

Tidak butuh waktu lama, para petugas kepolisian pun datang dan mulai mengamankan tempat itu. Sementara tubuh mbok Jum yang sudah membusuk dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Euis begitu syok. Ia bahkan tidak bisa berkata-kata apalagi. Bahkan ketika para petugas kepolisian menanyainya soal kejadian itu. Ia tetap diam dengan mulut terkunci rapat.

1
Ulufi Dewi
Luar biasa
arniya
bagus kak
Mr E
Mulai nyesel deh
Sinta Wati
Gile bener...
Sinta Wati
wow...
NAP 21
siiip
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!