TERGODA JANDA PIRANG

TERGODA JANDA PIRANG

Di Titik Jenuh

Hardiansyah atau yang biasa dipanggil Hardi. Ia adalah seorang Pria yang sudah menikah dan bekerja di suatu Perusahaan kontraktor yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Di Perusahaan itu ia bekerja sebagai pengawas di lapangan. Hardi sudah menikah dan ia menikah karena dijodohkan oleh orang tuanya dengan Wanita desa pilihan orang tuanya yang bernama Asih. Sudah 3 tahun lamanya Hardi dan Asih menikah, namun mereka tak kunjung dikaruniai anak.

Hari demi hari telah mereka lewati, namun sampai saat ini tak ada yang membuat kehidupan mereka ada sesuatu yang berbeda dan hanya terlihat biasa saja. Mungkin yang tak lain dan yang tak bukan adalah karena tidak adanya kehadiran seorang anak dalam kehidupan rumah tangga mereka. Ditambah menurut pandangan Hardi dalam urusan ranjang Asih hanya biasa saja hanya terdiam pasrah seperti tak ada gairah atau biasa disebut monoton saja.

Bagi Hardi hidupnya selama ini ibarat sayur tanpa garam, sepertinya selalu ada yang kurang dalam hidupnya, lama-kelamaan ia merasa bosan dan berada di titik jenuh. Sesekali ia kadang pergi ke club malam untuk mencari Hiburan dan kebahagiaan di club malam itu, namun tak kunjung juga menemukannya, ia pergi ketempat kupu-kupu malam berada, namun tetap tak mendapat kepuasan dari tempat itu.

Dan pada suatu hari Hardi masuk ke kantornya, saat itu juga Hardi ditugasi oleh Bosnya untuk mengawasi proyek di suatu desa terpencil, namun ternyata desa terpencil itu jaraknya gak jauh dari rumah tempat tinggalnya Hardi. Hardi pun dengan sigap mengiakan perintah dari Bosnya itu. Hardi bergegas menuju Desa yang Bosnya tunjukan itu, Hardi lalu mulai bekerja untuk mengawasi pekerja-pekerja yang sedang bekerja di proyek itu, hari pun semakin siang dan perut Hardi tiba-tiba berbunyi kruluk-kruluk menandakan bahwa ia sedang lapar saat itu. Dan tepat Saat memasuki jam istirahat, Hardi berjalan mencari sebuah warung untuk makan siang, kebetulan terlihat tak jauh dari tempat pengerjaan proyek itu ada sebuah warung/kedai kopi sederhana yang terbuat dari bilik bambu. Hardi pun menghampiri warung tersebut, namun tiba-tiba mata Hardi terbelalak heran dan kaget melihat penjaga warung tersebut, ketika ia melihat sesosok wanita cantik nan seksi berambut kan pirang didepan matanya itu dan ternyata wanita itu adalah penjaga sekaligus pemilik warung tersebut. Langsung saja Hardi duduk dan memesan makanan yang wanita itu jual di warung nya itu.

"Teh, saya pesan Indomie pake telor, telornya telor mata sapi ya, pake cabe dan saus, cabenya dua tapi bukan cabe-cabean ya teh dan sausnya harus yang berwarna merah dan masih segar seperti wajah teteh yang masih fresh, ada nasinya gak teh? ucap Hardi memesan indomie telor ke wanita cantik itu.

"Ia a ada kok nasinya, mau pakai nasi a? terus minumnya apa a? Tanya kembali wanita cantik itu.

"Ia teh pakai nasi, minumnya es teh manis tapi gak usah pakai gula ya." sahut Hardi.

"Kok es teh manis gak pakai gula sih?itu mah es teh tawar atuh namanya a"

"Ia teh, soalnya ngeliat si teteh aja sudah manis, kalau ditambah gula takutnya jadi kemanisan teh."

"Ah si aa mah gombal terus, bisa wae si"

"Jangan panggil aa doang dong teh, panggil Hardi aja."

"Oh ia A Hardi"

"Kalau nama Teteh siapa? tanya Hardi dengan gaya menggoda.

"Nama saya mah Euis a Hardi atau panggil aja Is juga gak apa-apa a" jawab Euis centil.

"Euis nama yang cantik sekali, salam kenal ya Is," ucap Hardi.

Tiba-tiba terdengar suara dari belakang Hardi....

"Woi... ngobrol mulu kapan kelarnya tuh bikin Indomie, ucap sesosok pria yang dari tadi duduk di bangku menunggu antrian.

"Eh....lu Rudi kan? tanya Hardi setelah memalingkan mukanya ke wajah Rudi.

"Eh lu Har? kemana aja lu, sekarang lu lagi ngapain disini? tanya Rudi yang ternyata ia adalah teman SMA nya Hardi.

"Ini Rud, gue lagi cari makan, lapar gue dari tadi belum makan, kebetulan gue juga lagi ada kerjaan di daerah sini, di Proyek itu Rud, oh ia Rud lu kenal banyak gak sama wanita si penjaga warung ini? tanya Hardi dengan suara pelan ke Rudi dan sambil menunjukan telunjuknya ke si Euis.

"Oh si Euis, ia Janda ditinggal mati suaminya Har, masih muda banget, baru satu tahun ia menikah dan 6 bulan ditinggal suaminya. almarhum suaminya meninggal karena tabrakan. Setelah Suaminya meninggal, ia mencari nafkah buat membiayai kebutuhannya sendiri yaitu dengan berjualan warung kecil-kecilan disini, tapi menurut gue sih warungnya lumayan cukup rame, karena si Euis mempunya paras yang cantik juga tubuh seksinya yang mengundang dan menarik para laki-laki untuk datang kesini, apa lagi kalau orang-orang sudah tau kalau si Euis itu Janda, Beuh...tambah rame ni warung, tapi si Euis ngakunya sudah punya suami ke orang-orang yang belum mengetahuinya." terang Rudi menjelaskan pertanyaan Hardi.

"Eh... ngomong-ngomong lu nanya ke gue ada apa nih? jangan-jangan lu naksir ya sama dia? cie...cie..., eh lu sudah menikah belum si Har?" tanya Rudi kepo.

"Ia sebenarnya sih gue sudah menikah Rud, cuma sudah berjalan tiga tahun pernikahan gue, Namun belum juga dikasih keturunan, sepertinya istri gue itu mandul, ditambah dia kalau urusan ranjang monoton banget Rud gayanya, seperti tidak mempunyai gairah saja, gue jadi bosan dan males tinggal di rumah." Terang Hardi apa-adanya.

"Oh begitu toh... kasian amat lu Har, istri lu yang mandul? apa lu yang mandul Har? hehehe... tapi lu gue perhatiin sepertinya lu naksir ya sama tuh janda?"

"Ia sepertinya begitu Rud, dari pandangan pertama saja ke dia, gue sudah terpesona sama dia, wajahnya yang ayu ditambah tubuhnya yang seksi, membuat para pria pasti klepek-klepek dibuatnya, lu mau gak bantu gue Rud, untuk bisa dekat sama si Euis.

"Oke... tenang Har gue mau bantu lu, bagi gue urusan mudah itu mah, Euis adalah saudara jauh gue. Tapi yang penting ada ini ya Har, ada duitnya Har." Ucap Rudi dengan menunjukan jari telunjuk dan jempol nya.

"Ah lu gak pernah berubah ya dari dulu, sudah kebiasaan Sepertinya, lu mau nolong tapi karena duit! tapi tenang itu mah gampang, nanti gue trf aja ya, Oh ia nomer WA lu berapa?

Hardi dan Rudi pun bertukaran nomer WA, dan setelah mereka selesai makan, mereka berbincang-bincang dan bercanda gurau sampai jam istirahatnya pun habis dan Hardi kembali lagi ke pekerjaannya.

Sore pun tiba, waktunya Hardi beserta para pekerja proyek untuk pulang ke rumahnya masing-masing, ada juga sebagian pekerja yang tinggal di mess yang sebelumnya dibuat di dekat proyek tersebut. Sedangkan Hardi tidak pulang terlebih dahulu, ia melangkahkan kaki ke warung kopi tadi untuk bertemu Euis, kebetulan warung nya belum tutup dan lagi beres-beres. Hardi langsung membantu Euis untuk memberesi warung milik Euis, mereka berdua pun ngobrol dan mata mereka saling menatap tak berkedip sedikitpun.

dug..... dug.... dug.....

Duar...duar....duar...

Suara geledek dan Petir tiba-tiba terdengar kencang. Euis dengan reflek langsung memeluk Hardi saat itu, tak lama kemudian Hujan deras pun turun.

"Aa Hardi aku takut aa, maaf Euis refleks memeluk aa, karena dari dulu Euis takut banget kalau mendengar suara gledek dan petir sekeras tadi." Lirih Euis sambil melepas pelukannya tapi memegang erat tangan Hardi.

"Ia Euis gak apa-apa, tenang Euis, jangan takut aku ada disini neng! ucap Hardi menenangkan Euis.

'Padahal meluk yang lama juga gak apa-apa' gumam Hardi dalam hati.

"Aa kita kedalam aja yuk, hujannya makin deras, aku takut kalau diluar."

"Ia kalau dibolehin mah Euis, hayu!" saut Hardi gercep.

Mereka berdua pun masuk kedalam ruangan.

Dug....dug...dug...

Duar.....duar....duar...

Gledek dan petir kembali terdengar dan Euis kembali memeluk Hardi dengan erat dan sesekali menatap mata Hardi, Hardi pun membalasnya dengan usapan lembutnya ke punggung Euis. Dalam pikiran Hardi melihat wajah Euis terutama bibirnya yang tipis dan seksi itu seolah-olah memanggilnya untuk menciumnya.

"Maaf kan aku Euis" ucap Hardi yang tiba-tiba langsung mencium bibir Euis dengan serakah. Entah mengapa Hardi waktu itu benar-benar tidak tahan melihat bibir Euis. Hardi memegang tengkuk Euis dan memeluk pinggang Euis, sambil menikmati Bibir Euis seperti orang yang kehausan di gurun pasir saja.

Euis pun membalasnya dengan mencengkram t-shirt yang sedang di pakai Hardi, membiarkan Hardi menyesap, mengulum bahkan mengeksplor bibirnya hingga lidah yang tak bertulang pun adu mekanik diantara keduanya.

kring.....kring....kring...

Handphone Hardi berbunyi terus-menerus, dan Hardi pun mengangkatnya setelah beberapa menit membiarkannya, takutnya itu adalah sebuah panggilan penting.

"Asih? ada perlu apa sih dia, mengganggu saja!" ucap Hardi keceplosan menyebut nama istrinya dihadapan Euis.

Lalu Hardi menekan warna hijau di telpon miliknya.

[ Halo ada apa? ]

[ A kok belum pulang jam segini? biasanya sudah di rumah ]

[ Ia, disini lagi hujan deras, terus lupa bawa jas hujan tadi, nanti aku pulangnya kalau hujan sudah reda ]

[ Oh ya sudah Hati-hati ya ]

Lalu Hardi pun menekan warna merah, tanda ia menutup telponnya.

"Asih? siapa dia a? cewek aa ya? atau istri a Hardi ya? maaf jadi pengen tau," tanya heran Euis walaupun baru mengenal satu sama lain namun Euis merasa dekat dan seperti sudah ada ikatan dengan Hardi.

"Mmm.....mmm...(gugup), Ia Is, Jujur saja aku sebenarnya sudah menikah. Sudah tiga tahun lamanya aku menikah dengan istriku, cuma aku berasa tidak menikah dengannya karena sampai saat ini belum juga dikaruniai anak, ditambah dengan urusan di ranjang dia teramat monoton, hanya diam saja seperti orang yang pasrah atau seperti yang tidak punya gairah sama sekali, apa dia gak ngerti apa gimana ya? aku pun gak tau apa penyebabnya? sekarang aku mulai merasa bosan dengannya" jelas Hardi curhat ke Euis.

"Oh....begitu a" saut Euis hanya menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah aku pulang dulu ya Is, takut istri ku dan warga disini curiga, kebetulan hujan pun sudah reda." ucap Hardi sambil merubah posisinya dari duduk menjadi berdiri.

"Ia a, tapi jangan lupa besok kemari lagi ya a, akan ada suprise dari aku buat a Hardi" seru Euis manja.

"Ia aku pasti kesini lagi, kan besok aku masih kerja di dekat sini Is, wah.....jadi penasaran apa surprise nya ya?" tanya Hardi penasaran.

"Ia a spesial pokoknya mah" saut Euis kembali.

"Ya sudah aku pulang dulu ya Is, sampai ketemu besok." ucap Hardi pamit.

"Ia a Hati-hati di jalan ya." ucap Euis dengan nada centilnya.

Hardi pun bergegas keluar dan menuju ke parkiran, kemudian ia mengendarai motor Herli nya dengan kecepatan sedang, pulang kerumahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!