Notes : Bukan untuk bocil.
"Panggil aku Daddy, Gadis Manis."
Abercio Sanchez. Andai Lucy tak menikah kontrak dengan pria itu, mungkin ... putrinya Ciara tak akan terjebak dalam kegilaan Abercio yang berstatus ayah sambung dari anak tersebut.
Ciara A. Garnacho. Seorang gadis polos yang kekurangan kasih sayang dari sosok ayah kandungnya. Kelemahan tersebut malah dimanfaatkan oleh Abercio yang menjadi ayah sambung dari gadis tersebut.
Hal apakah yang Abercio lakukan sehingga Ciara menuruti semua kegilaan Abercio saat menjadi ayah sambungnya?
Yuk, subscribe novel ini dan baca kelanjutan kisah Abercio dan Ciara!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Menjauhiku
...“Jangan terus-terusan menjauhiku. Aku rindu Ciara yang manja dan menggemaskan itu.” – Abercio Sanchez...
“Makasi, Bart! Selanjutnya aku akan mentraktirmu! Kau cukup jaga rahasiaku, ya? Aku janji tak akan mencelakai Daddy Cio!”
Ciara tersenyum girang dan tulus kepada Bart saat di dalam mobil. Bart yang sempat menatap sekilas ke wajah Ciara, ia terpesona dengan senyum tulus Ciara yang begitu manis. Karena tak ingin Ciara meliihat wajahnya yang sedang tersipu tersebut, Bart membuang mukanya ke kanan seolah-olah ia sedang melihat ke luar untuk memarkirkan mobil.
“Ya. Istirahatlah dan jangan terlalu banyak fikiran,” tutur Bart datar dan dingin. Padahal, jauh di lubuk hatinya, perlahan ia mulai peduli pada gadis itu.
Ciara keluar dari mobil dan berjalan memasuki rumah. Saat melewati penjaga pintu masuk rumah, ia melemparkan senyuman yang hangat dan ramah kepada penjaga tersebut.
"Selamat istirahat ya, Mbak Ciara," ucap salah satu dari penjaga tersebut.
Ciara menganggukkan kepalanya. Setelah itu, ia menapaki tangga sembari bersenandung riang. Entah kenapa hatinya begitu girang karena Bart tak akan membocorkan sandiwaranya kepada Abercio. Yang jelas, kini ia memiliki teman yang dapat dipercaya dan berpihak padanya di rumah itu.
“Bart pria yang baik! Tapi dia terlalu dingin dan cuek,” gumam Ciara. "Yah ... setidaknya dia bisa ku percaya."
...❣️❣️❣️...
Tujuh hari telah berlalu. Ciara benar-benar menunjukkan sifat kesal dan kecewanya kepada Abercio. Pikirnya, tak ada salahnya ia merajuk seperti anak kecil sekalian melampiaskan kekesalannya. Toh, dia memang harus bersandiwara dengan benar untuk menjadi remaja yang belum dewasa.
Ciara menuruni tangga satu per satu sambil bersenandung riang. Ia melewati meja makan di mana Abercio sedang sarapan saat itu.
“Bart!” seru Ciara saat melihat Bart memasuki ruang makan karena ada hal yang ingin pria itu sampaikan pada Abercio.
Bart memaksakan senyumannya kepada Ciara karena tatapan Abercio yang begitu tajam kepadanya saat itu. Ia mempercepat langkahnya untuk melewati Ciara. Namun gadis itu benar-benar membuat Bart berada di posisi yang berbahaya.
“Bart, temenin Ciara sarapan yuk?” Ciara menahan lengan Bart tepat di depan Abercio.
“Sial! Jangan di depan Pak Abercio juga, Ra!” umpat Bart dalam hati.
“Bart,” panggil Abercio dengan suara yang lantang. Pria itu berdiri dari duduknya tanpa menyelesaikan sarapannya yang masih tersisa di piring. “Permintaanku kemaren sudah selesai belum?”
Bart mengerutkan keningnya. Permintaan yang mana? Memangnya, Abercio pernah meminta ia melakukan sesuatu? Apa mencari tahu tentang Ciara, Rubah Kecil yang Licik di sampingnya saat ini. “Su-sudah, Pak. Data—”
“Belum. Tugasmu belum selesai. Pergi sekarang dan selesaikan hari ini juga,” potong Abercio sambil berjalan mendekati Ciara dan Bart.
“Baik, Pak.” Bart mengerti maksud Abercio sambil berjalan meninggalkan rumah tersebut. Pria itu cemburu dan tak senang saat tangannya di sentuh oleh Ciara. Meskipun itu murni bukan kesalahannya.
“Hari ini kamu ikut aku,” Abercio menarik tangan Ciara untuk mengikutinya berjalan menuju pintu keluar rumah.
“Ciara mau ketemu—”
“Ciara!” Abercio memutar tubuhnya menghadap Ciara. Ia dibuat kesal setengah mati karena seminggu ini Ciara terus menghindarinya. Apa salahnya sih mendengarkan penjelasan darinya? Memangnya sesulit itu, pikir Abercio.
“Ikut Daddy ke kantor!” bentak Abercio dengan suara yang lantang.
Abercio mempelototi Ciara karena ia sudah tak mampu menahan kekesalannya selama seminggu ini. Dihindari oleh gadis yang perlahan mencuri hatinya benar-benar membuat dia uring-uringan dan tak tenang.
Ciara menatap Abercio dengan matanya yang berkaca-kaca. Bagaimana bisa pria itu membentaknya dengan kasar di depan Bart dan beberapa pengawal yang sedang berjaga di depan pintu. Terlebih lagi saat itu Megan tiba-tiba keluar dari dapur melihatnya dengan tatapan yang tak dapat ia mengerti.
“Daddy Cio keterlaluan! Selama ini Mommy nggak pernah bentak Ciara! Tapi Daddy ...." Ciara memutar tubuhnya dan berlari menapaki tangga karena kesal. Mood paginya benar-benar di buat hancur oleh pria yang menghancurkan cinta pertamanya.
“Lanjutkan pekerjaan kalian!” perintah Abercio kepada semua yang ada di sana. Kemudian ia berlari mengejar Ciara.
Setibanya di lantai dua, Abercio berhasil menangkap tangan Ciara tepat di depan kamarnya. Ia menarik Ciara ke dalam pelukannya. Entah apa yang membuat ia melakukan tindakan spontan tersebut, yang jelas ia sangat rindu pada tingkah manja dan menggemaskan gadis itu. Ia juga merasa bersalah karena telah meninggikan suara pada Ciara.
“Jangan terus-terusan menjauhiku,” lirih Abercio pelan. “Aku rindu Ciara yang manja dan menggemaskan itu.”
Ciara terdiam kaku di dalam dekapan tubuh kekar pria itu. Airmata perlahan menetes satu persatu membasahi pipinya. Semua itu karena hatinya terasa begitu sakit saat mengingat lagi bahwa Abercio pernah bercinta dengan Megan, lalu Megan hamil. Setelah itu Abercio juga berduaan dengan wanita lain setelah menyentuh beberapa bagian tubuhnya yang tak pernah disentuh sebelumnya.
“Ku akui, kamu benar-benar sukses membuat hariku hampa. Jadi … ku mohon berhentilah menjauhiku.” Batin Abercio berharap.
...❣️❣️❣️...
...BERSAMBUNG…...