Lina adalah pewaris kekuatan supranatural Dorong & Tarik yang hebat, sebuah energi kinetik yang hanya mengalir di garis keturunan perempuan keluarganya. Jika Lina fokus, ia bisa memindahkan truk. Tapi karena ia ceroboh, ia lebih sering menghancurkan perabotan rumah, membuat Ayah dan adiknya, Rio, selalu waspada.
Kekuatan yang harus ia sembunyikan itu, ia gunakan secara terlalu ikhlas untuk membantu seorang kakek mendorong gerobak rongsokan, yang menyebabkannya melesat kencang di jalanan.
Insiden konyol ini ternyata disaksikan oleh CEO Aris, seorang pebisnis jenius nan tampan yang sedang diburu musuh misterius. Aris langsung terobsesi dan merekrut, apa yang terjadi di kehidupan lina Bersiaplah mengikuti drama komedi supranatural ini.lerstgooo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Keputusan
Aris menatap Lina, ekspresi CEO sombongnya benar-benar hilang, digantikan oleh kemarahan murni dan kekhawatiran yang nyata.
“Kau gila, Lina!” Aris membentak, suaranya tajam dan rendah. “Aku melarangnya! Itu melanggar semua Kontrak Bodyguard! Aku tidak membayar gajimu untuk mati!”
Lina balas menatapnya, matanya memancarkan tekad yang dingin. Emosi Lina kini lebih terkontrol.
“Kontrak saya adalah melindungi chip kuantum itu, Tuan Aris. Dan cara terbaik melindunginya adalah membiarkan Anda membawanya pergi tanpa gangguan. Musuh mengincar saya. Mereka tahu saya ada di sini. Jika kita kabur bersama, mereka akan melacak kita sampai ke markas rahasia Anda, dan Anda akan membahayakan chip itu.”
Aris melangkah mendekat. Ia mencengkeram lengan Lina. Kontak fisik yang dipenuhi amarah dan ketakutan.
“Aku peduli pada chip itu, ya! Tapi aku lebih peduli pada Bodyguard-ku!” Aris berbisik, nadanya terdengar seperti pengakuan yang tidak disengaja.
Lina merasakan getaran emosi Aris. Ia tahu ini adalah konflik terbesar mereka—konflik antara tugas dan perasaan. Chemistry mereka terasa eksplosif di tengah ketegangan itu.
“Aku bukan anak anjing yang harus dilindungi, Tuan Aris,” balas Lina, suaranya mantap. “Aku adalah perisai Anda, dan saya tahu cara menggunakan diriku sebagai umpan yang sempurna. Selain itu… Aku ingin tahu siapa mereka. Aku ingin tahu kenapa mereka mengincar keluargaku.”
Aris memejamkan mata, menghela napas panjang. Ia melepaskan cengkeramannya, mengakui kekalahan. "Baik. Kau menang. Tapi kita akan menyiapkan jebakan ini dengan sangat teliti."
Selama beberapa jam berikutnya, penthouse Aris menjadi markas perencanaan yang serius. Lina dan Aris bekerja bahu-membahu, menetapkan setiap detail jebakan. Aris menunjukkan sisi jenius strategis-nya, sementara Lina menunjukkan ketepatan kinetik yang baru ia pelajari.
Strategi Lina: Menghancurkan Logistik.
Lina menggunakan Dorong & Tarik untuk memposisikan ulang setiap furnitur berat di ruang tamu, koridor, dan ruang seni Aris.
“Aku akan menggunakan mode Sentuhan Keras yang baru kupelajari,” jelas Lina, sambil membayangkan energi kinetiknya menggeser meja marmer seberat 200 kg hingga menutupi pintu lift. “Begitu mereka masuk, aku akan menutup semua jalur keluar.”
Aris mengamati Lina. Ia takjub melihat ketepatan dan kontrol Lina. “Kau benar-benar lahir untuk ini, Bodyguard Lina.”
“Ini untuk melindungi keluargaku,” kata Lina singkat.
Aris kemudian memasang sistem keamanan yang rumit—sensor termal, sensor suara, dan jebakan listrik kecil—semua tersembunyi di balik perabotan yang Lina geser.
“Aku akan memasang drone pengawas di setiap sudut jalan. Begitu mereka masuk, kau akan tahu. Jika ada bahaya nyata, kau harus lari ke kamar utama. Baja titanium itu akan memberimu waktu sampai aku kembali,” perintah Aris.
Lina mengangguk. Ia merasakan ikatan emosional yang kuat. Kerja sama ini terasa seperti pernikahan—mereka berbagi hidup dan mati, bukan sekadar kontrak.
Menjelang senja, Aris harus pergi. Ia harus membawa chip kuantum itu ke markas rahasia lamanya di luar kota.
“Aku harus pergi sekarang,” kata Aris, memegang tas kecil berisi chip itu. Wajahnya dipenuhi kecemasan yang mendalam.
Lina berdiri di ambang pintu. Ini adalah saat paling sulit. Aris tampak begitu rapuh, dan Lina harus terlihat teguh.
Tiba-tiba, Aris menarik Lina ke dalam pelukannya. Pelukan itu erat, lama, dan tulus.
“Aku akan kembali,” bisik Aris di telinga Lina. “Kau harus tetap hidup, Lina. Kau harus selamat. Itu adalah Kontrak Utama kita sekarang.”
Lina membalas pelukan itu, memejamkan mata. “Hati-hati, Tuan Aris.”
Saat Aris melepaskan pelukan, ia melihat Lina sekali lagi, tatapan yang penuh janji dan harapan.
Tiba-tiba, ponsel Lina bergetar. Dika.
Ini adalah momen sempurna untuk akting terakhir. Aris mengangguk.
Lina menjawab telepon. “Halo, Dika?”
Dika terdengar panik. “Lina, kau baik-baik saja? Aku sedang di jalan menuju penthouse Aris. Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian!”
Lina melirik Aris yang sedang memasang ekspresi 'CEO sombong yang sedang berpisah dengan kekasihnya'.
“Dika, tolong jangan datang,” kata Lina, dengan nada sedikit merengek yang dipaksakan. “Aris baru saja meninggalkanku. Dia… dia ada urusan penting di luar kota. Aku harus sendirian.”
“Meninggalkanmu?! Pria brengsek itu! Aku akan datang dan menghajarnya!” Dika terdengar sangat marah.
“Tidak! Jangan, Dika!” Lina meninggikan suara, lalu merendahkannya, memasang nada akting yang sangat meyakinkan. “Aku… aku baik-baik saja. Aku hanya… sedih. Aku akan menghubungimu besok.”
Lina menutup telepon. Ia menatap Aris yang tersenyum pahit.
“Luar biasa, Lina. Akting yang sempurna. Dika sekarang yakin bahwa aku adalah playboy yang meninggalkanmu setelah ‘kencan’ malam yang panjang,” kata Aris.
“Semoga akting itu berhasil membuatnya menjauh. Hati-hati, Tuan Aris,” Lina memohon.
Aris mengangguk. Ia berjalan ke pintu rahasia dan menghilang. Lina kini sendirian di penthouse megah itu, dikelilingi oleh jebakan yang siap meledak.
Malam tiba. Lina duduk di ruang tamu, mematikan semua lampu kecuali lampu darurat. Ia memeriksa monitor drone Aris. Peta di sana menunjukkan jalanan di sekitar penthouse tenang. Terlalu tenang.
Lina merasakan energi kinetiknya bergejolak. Ia menyalurkannya ke tiang baja terdekat—menenangkan dirinya. Kontrol. Kontrol.
Pukul 23.00. Monitor drone berkedip. Dua titik panas tak dikenal bergerak cepat menuju gedung.
Lina langsung berdiri, jantungnya berdegup kencang. Orion Corp datang.
Lina bersembunyi di balik sofa marmer berat yang sudah ia geser. Ia merasakan kehadiran mereka—bukan dari suara, melainkan dari penurunan tekanan udara yang hanya bisa dirasakan oleh seorang pewaris kinetik.
KRAK!
Terdengar suara keras dari rooftop—mereka berhasil memotong jalur listrik utama. Semua lampu padam. Penthouse Aris kini gelap total.
Lina mengepalkan tangannya. Waktunya beraksi.
Tiba-tiba, terdengar bunyi hissing dari ventilasi. Gas bius.
"Sial!" Lina bergerak cepat. Ia menggunakan Dorong Kinetik untuk menutup ventilasi di ruang tamu.
Penting: Mereka akan datang dari tangga darurat.
Lina memfokuskan Dorong & Tarik-nya pada meja marmer yang ia letakkan di depan pintu lift dan pintu tangga darurat.
DUGH! DUAR!
Meja-meja itu meluncur dan menabrak pintu baja lift dan tangga darurat, menghalangi jalur keluar-masuk.
Lina melompat ke belakang sofa, memejamkan mata. Ia mendengar suara besi yang dipaksa membuka di pintu tangga darurat. Musuh sudah di sana.
Pintu tangga darurat terbuka paksa. Tiga sosok besar dengan Armor Kuantum hitam melangkah masuk ke dalam kegelapan.
“Dia di sini,” suara pemimpin itu terdengar serak. “Cari pewaris kinetik. Kita butuh kekuatannya untuk formula kita.”
Lina merasakan detak jantungnya sendiri di telinganya. Ia tidak bisa melihat, tetapi ia bisa merasakan pergerakan mereka.
Sekarang!
Lina melepaskan Dorong Kinetik massal. Tidak terfokus pada satu orang, tetapi menargetkan lantai di bawah kaki mereka.
WHUUUM!
Ketiga pria bertopeng itu terhuyung dan kehilangan pijakan, karena lantai terasa bergetar hebat. Peralatan berat mereka jatuh dan berbunyi gaduh di lantai marmer.
Lina berlari. Ia harus mencapai jalur keluar ke vault di kamar utama.
Salah satu pria bertopeng menembakkan pistol kejut ke arah suara lari Lina. BLARR!
Lina menggunakan Tarik Kinetik pada dirinya sendiri, menarik dirinya ke arah dinding terdekat, menghindari tembakan itu.
Ia berhasil mencapai pintu kamar utama. Tetapi dua pria bertopeng sudah menghalangi jalannya.
Lina tahu ia tidak bisa melawan mereka bertiga. Ia hanya punya satu kesempatan.
Lina mengeluarkan Dorong Kinetik terakhirnya, sekuat mungkin, menargetkan meja kaca besar yang masih utuh di sudut ruangan.
KRAKKK! Meja kaca itu hancur berkeping-keping, dan pecahan kaca yang tajam melayang di udara.
Lina kemudian menggunakan Tarik Kinetik yang sangat fokus, menarik semua pecahan kaca itu ke arah dua pria bertopeng di depannya, menjadikannya seperti hujan peluru kaca kinetik.
Dua pria bertopeng itu menjerit. Armor Kuantum mereka hanya melindungi dari energi, bukan dari serangan fisik luar biasa cepat yang digerakkan oleh kinetik Lina.
Lina berlari ke kamar utama, menutup pintu baja, dan menguncinya. Ia berhasil.
Namun, saat ia bersandar di pintu, ia menyadari sesuatu. Di luar, suara pria ketiga yang terluka parah itu berteriak:
“Kau tidak akan lari, pewaris! Kami tahu siapa adikmu! Kami tahu tentang Rio!”
Lina merasakan ketakutan yang dingin. Ancaman itu kini menjadi pribadi dan nyata.
.