PERAWAN TUA MENIKAHI BERONDONG

Arjuna keluar dari dalam rumah Airin bersama Karmila adiknya perempuannya. Dia tidak menyangka bahwa pernikahannya akan berakhir secepat ini, padahal rasa cinta itu sudah benar-benar tumbuh di dalam lubuk hati seorang Arjuna, dan rasanya sakit sekali ketika dia di campakkan oleh wanita yang dia cintai.

Benar apa yang di katakan oleh Karmila sang adik, bahwa karma itu nyata adanya. Dia merasakannya sendiri saat ini. Beruntung karma itu menimpa dirinya, bukan menimpa Karmila adik satu-satunya yang dia punya.

'Maafkan saya, Rin. Semoga kamu menemukan laki-laki yang baik, yang bisa membahagiakan kamu. Kamu adalah wanita yang sempurna dan semoga kamu mendapatkan suami yang sempurna juga suatu saat nanti,' batin Arjuna mendoakan yang terbaik untuk mantan istrinya.

* * *

1 tahun kemudian.

Hari berganti dan waktu berlalu. Airin Saraswati menjalani hari-harinya seperti biasa. Bahkan, wanita itu semakin giat dalam bekerja semenjak dia menyandang status sebagai janda.

Tok! Tok! Tok!

Ceklek!

Pintu ruangan pun di ketuk dan di buka. Rosa sekretarisnya masuk ke dalam ruangan tersebut. Airin yang saat ini sedang berkutat dengan pekerjaannya seketika menoleh lalu menatap wajah Rosa.

"Maaf, bu. Klien yang kita tunggu sudah datang," ucap Rosa berjalan menghampiri.

"O ya? Di mana dia?" jawab Airin dengan wajah datar, jelas sekali terlihat dari raut wajahnya bahwa dia merasa kelelahan.

"Ada di ruangan meeting, bu."

"Hmmm! Baiklah, kita ke sana sekarang," jawab Airin. Dia pun bangkit lalu hendak keluar dari dalam ruangan.

"Tunggu, Rin."

Airin sontak menghentikan langkah kakinya lalu menatap wajah sekretarisnya seraya mengerutkan kening. Jika Rosa sudah menyebut namanya, itu berarti sedang ada yang ingin disampaikan oleh wanita itu sebagai seorang sahabat, bukan sebagai sekretaris.

"Ada apa, Rosa? Muka kamu serius banget," tanya Airin santai.

"Apa kamu tidak merasa lelah bekerja setiap hari? Tubuh kamu juga perlu istirahat, Rin. Nanti kalau kamu jatuh sakit gimana? Kasihan aku nanti."

"Dih, apaan sih? Aku yang sakit, ko jadi kamu yang dikasihani? Aneh."

"Kalau kamu sakit, aku yang harus mengurus semua pekerjaan kamu nanti, kasihan tubuh aku dong. Lagian, suamiku sudah menyuruh aku untuk resign."

"Hmm! Jangan dong. Kalau kamu resign, aku gimana nanti? Aku gak bisa hidup tanpa kamu, Rosa," canda Airin meletakan tangannya di bahu Rosa mesra.

Hal itu membuat Rosa merasa risi tentu saja. Dia seketika menepis kasar telapak tangan sang sahabat seraya mendengus kesal.

"Dih, geli tau. Kalau kamu gak mau aku resign, kamu istirahatlah sejenak, Airin Saraswati. Libur'lah barang satu atau dua hari."

"Iya-iya bawel. Besok aku libur, aku mau tidur seharian, puas?"

Rosa hanya tersenyum kecil. Keduanya pun berjalan keluar dari dalam ruangan menuju ruangan meeting di mana klien penting sedang menunggu mereka di sana.

Ceklek!

Piatu ruangan meeting pun di buka, Airin dan juga Rosa masuk ke dalamnya. Seorang laki-laki nampak sedang duduk di kursi lalu seketika berdiri menyambut kedatangan Direktur dari perusahaan besar itu.

"Kamu?" tanya laki-laki tersebut, menunjuk jari telunjuknya ke arah wajah Airin, membuat wanita itu seketika mengerutkan kening.

"Perkenalkan saya Airin, silahkan duduk kembali," pinta Airin masih belum mengenali laki-laki yang pernah menolongnya saat dirinya kesusahan di Pulau Dewata Bali.

"Kamu tidak ingat dengan saya?"

Airin menatap lekat wajah laki-laki itu mencoba untuk mengingat.

"Serius kamu gak ingat saya? Hutang 2 juta juga udah kamu lupakan?"

Airin seketika tersenyum lebar. Akhirnya dia mengingat laki-laki ini. Dia adalah dewa penolongnya waktu itu, dirinya tidak mungkin bisa pulang ke Jakarta dengan selamat jika tidak ada laki-laki bernama Edward yang saat ini berada di hadapannya.

"Edward?" Sapa Airin tersenyum lebar.

"Kamu kenal dia?" tanya Rosa menatap wajah Airin dan juga Edward secara bergantian.

"Tentu saja aku kenal. Dia itu orang yang sudah menolong aku di Bali 1 tahun yang lalu. Astaga, senang sekali bisa bertemu lagi dengan Anda, Edward," ucap Airin mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan laki-laki itu, dan segera di sambut oleh Edward dengan perasaan senang tentu saja. Mereka pun akhirnya berjabatan tangan.

"Saya juga senang bisa bertemu dengan Anda, Nona Airin. Jadi, kamu Direktur di perusahaan ini?"

"Betul sekali."

"Wah, jadi kamu tidak main-main waktu mengatakan hal itu? Kamu benar-benar luar biasa. Kamu juga semakin cantik saja."

"Ehem!" Rosa seketika berdehem seraya tersenyum cengengesan.

"Rosa!"

"Iya, Bu. Meeting-nya kapan di mulai, bu?" tanya Rosa.

"O iya, saya sampai lupa. Tujuan saya ke sini 'kan untuk membicarakan soal pekerjaan. Ko jadi malah nostalgia," ujar Edward tersenyum cengengesan.

"Benar juga. Oke, kita mulai meeting hari ini."

Meeting pun di mulai. Baik Airin maupun laki-laki bernama Edward mengesampingkan urusan pribadi mereka. Keduanya benar-benar profesional. Sampai akhirnya kedua perusahaan itu berhasil menandatangani selembar surat kerja sama.

"Deal ya, mulai bulan ini saya yang akan menjalankan proyek dari perusahaan Anda," ujar Airin membubuhkan tanda tangannya di atas kertas bermaterai

"Oke, semoga kerja sama ini bisa berjalan sesuai dengan harapan kita dan bisa saling menguntungkan," jawab Edward melakukan hal yang sama kemudian.

Keduanya pun bersalaman sebagai tanda kesepakatan. Meeting pun berakhir juga akhirnya. Namun, Edward masing duduk di kursi yang sama tidak beranjak sedikit pun seperti ada yang ingin dia sampaikan.

"Karena urusan pekerjaan sudah selesai, boleh kita membicarakan urusan pribadi?" tanya Edward membuat Airin seketika tersenyum cengengesan merasa gugup.

'Apa dia mau menagih hutang waktu itu?' batin Airin.

BERSAMBUNG

...****************...