NovelToon NovelToon
LINTASAN KEDUA

LINTASAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / SPYxFAMILY / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:19.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yang pernah ditakuti di dunia terang dan gelap. Lelaki yang menghilang membawa rahasia besar—bukti kejahatan yang bisa meruntuhkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yang bisa membuka aksesnya.

Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yang ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.

Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu yang kelam mulai menyeret mereka ke dalam lintasan berbahaya yang sama?

Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yang diuji.

Bersiaplah untuk menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta dan bahaya berjalan beriringan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Pilihan

Gambar dalam cermin berpindah. Akay kecil terbaring di ranjang rumah sakit. Matanya terbuka perlahan. Ia melihat ibunya menangis, memeluk tangan kecilnya sambil berdoa lirih. Sang ayah berdiri di sisi lain, memegangi bahu istrinya, air mata jatuh tanpa suara.

“Aku yang salah... Aku terlalu keras...”

Saat Akay sadar, ekspresi kedua orang tuanya berubah total. Tangis bahagia. Peluk hangat. Kata-kata lembut yang jarang ia dengar sebelumnya.

“...Aku baru sadar,” bisik Akay. “Semua jadwal ketat itu... bukan karena papa pengen ngatur aku, tapi karena papa nggak mau kehilangan aku. Dia takut.”

Ia mengusap wajahnya yang basah oleh air mata. “Aku selalu mikir papaku terlalu keras. Tapi ternyata... papa cuma nggak tahu cara bilang beliau sayang.”

Cermin bersinar terang. Lalu suara itu kembali bergema:

“Yang paling murni bukan yang tak berdosa, tapi yang mengakui lukanya.”

Cermin pecah. Bukan menjadi serpihan, tapi berubah menjadi portal bercahaya, seperti air berpendar.

Jalan selanjutnya terbuka.

Aylin menatap Akay. “Kita berhasil.”

Akay menghela napas. Ada senyum tipis di wajahnya. “Dan mungkin... aku juga berhasil memaafkan diriku sendiri.”

RUANG BAWAH DI LEMBAH TERLARANG

Gerimis tipis jatuh di atas batu-batu basah. Kabut menggantung rendah di sekitar gerbang tua yang tertutup oleh akar dan logam berkarat. Di depan pintu raksasa itu, Balthazar berdiri tegak, jubah hitamnya tertiup angin. Di belakangnya, tiga anak buah sibuk mencoba sandi yang tak kunjung membuka jalan.

"Enkripsi biologis. Ini bukan sandi biasa," gumam Balthazar, frustrasi.

Tak jauh dari sana, pria bertopeng juga berdiri di balik bayangan. Anak buahnya menunduk.

"Tak bisa dibuka, Tuan. Seperti... pintu itu menolak kita."

Di tempat lain, Black Nova berbicara cepat di depan layar holografik. "CEO, kode akses utama tidak merespons. Sistem mengenali parameter tertentu—mungkin genetik, atau spiritual. Kita ditolak."

Sementara itu, di sisi lain lembah...

LORE HIDDEN PATH – JALUR PENJAGA

Kazehaya melangkah mantap, memegang lentera api biru. Di belakangnya, Kanzaki—murid yang masih muda tapi tajam, serta wanita bertopi rajut dari Eropa Timur—wajahnya murung, seolah menyimpan penyesalan.

“Jadi hanya kita yang bisa lewat?” tanya Kanzaki, menatap gerbang yang perlahan membuka saat Kazehaya menempelkan telapak tangan ke dinding batu yang diukir simbol-simbol purba.

Kazehaya mengangguk. “Karena kita bukan mencarinya untuk menguasai, tapi untuk menjaga.”

Wanita bertopi rajut mengusap ukiran yang kini menyala lembut. “Dulu aku gagal... karena mulutku. Tapi kali ini, aku akan menebusnya.”

Gerbang terbuka perlahan, menampakkan lorong bercahaya redup di dalamnya.

Kembali ke luar – BALTHAZAR

Balthazar menatap ke arah cahaya yang menguar samar dari balik batu. Ia menggertakkan gigi.

“Kita tidak bisa menunggu. Laporkan pada Pria Bertongkat. Katakan... ‘Pewaris penjaga sudah mendahului.’”

BLACK NOVA – MARKAS BESAR

“CEO, mereka masuk,” ucap Black Nova dingin. “Kazehaya dan dua orang lainnya. Mereka... diterima.”

CEO muda itu berdiri di balik jendela kaca besar. Matanya menyipit.

“Seperti yang kuduga... formula tidak memilih kekuasaan.”

PRIA BERTOPENG – DIATAS TEBING

Angin malam menampar jubahnya. Ia tak berkata-kata saat anak buahnya melapor. Tapi sorot matanya... penuh murka.

“Kalau pintu tidak bisa dibuka dari luar... maka kita akan buka dari dalam, paksa. Dengan... atau tanpa formula.”

Kembali pada Aylin dan Akay

Lorong yang mereka masuki kini berbentuk spiral menurun, namun langkah kaki Aylin dan Akay terasa lebih berat dari sebelumnya. Bukan karena beban fisik—tapi karena udara di dalamnya terasa... kosong. Seolah setiap inci yang mereka lalui menambah beban tak kasat mata, sementara gravitasi perlahan menekan tubuh mereka semakin berat.

Tiba-tiba, tanah di bawah kaki mereka menghilang. Mereka jatuh—tapi tak pernah menyentuh dasar. Cahaya melesat, dan keduanya terlempar dalam ruang tanpa bentuk. Tubuh mereka melayang... lalu terpisah.

Aylin membuka matanya—ia sendirian.

Di hadapannya, seorang anak perempuan berdiri dalam gaun putih lusuh, matanya jernih namun penuh duka. Wajah itu—wajah kecil Aylin sendiri.

“Apa kamu akan menyelamatkan semua orang... kalau itu berarti kamu harus kehilangan segalanya?”

Aylin membeku. Dunia di sekelilingnya seolah mengabur, hanya suara anak itu yang bergema di ruang kosong. Anak itu mengulurkan tangan kecilnya, dan cahaya perlahan berubah menjadi potongan-potongan kenangan.

Ibunya, menangis dalam diam di sudut kamar saat ayahnya pergi.

Malam-malam ia berdoa sendirian di balik selimut, menahan gemetar sambil meminta kekuatan.

Kakeknya, memeluknya erat untuk terakhir kalinya, meninggalkan harapan di pundaknya.

Neneknya, yang menjadi pelindung sunyi setelah kepergian ayah, ibu dan kakeknya, menguatkannya sampai hembusan napas terakhir.

Dan Akay...dia satu-satunya yang ada untuknya setelah semua pergi. Tangan hangat Akay yang menggenggam erat tangan Aylin, bahkan ketika dunia seolah-olah runtuh di sekitar mereka.

Sebuah beban tak kasat mata menghimpit dadanya. Sesak. Sakit.

“Kau bisa kembali,” bisik anak itu, suaranya selembut angin. “Menyerah. Dunia tak akan menyalahkanmu.”

Air mata menggenang di mata Aylin. Ia menggigit bibir, menggenggam ujung bajunya sekuat tenaga.

Jika ia mundur... siapa yang akan tetap bertahan?

Siapa yang akan melanjutkan janji semua orang yang sudah mempercayainya?

Tangannya gemetar, namun ia mengulurkan tangan, menembus rasa takut yang membelenggu.

"Kalau aku menyerah... siapa yang akan berdiri?" bisiknya, hampir tak terdengar.

Jari-jarinya menyentuh tangan anak itu.

Sekejap, tubuh mungil itu berubah menjadi cahaya hangat yang melingkupi Aylin, menyerap ke dalam dirinya, mengisi kekosongan yang selama ini bersemayam di hatinya.

Tanah kokoh muncul di bawah kakinya. Dan untuk pertama kalinya, langkahnya terasa ringan.

Sementara itu, di ruang lain, Akay menghadapi sosok dirinya sendiri—dewasa dan dingin.

"Apa kau rela kehilangan orang-orang yang kau sayangi... demi jalan yang bahkan tak pasti?"

Sosok itu memperlihatkan bayangan Akay—terjatuh, berdarah, sekarat. Lalu, di antara kabut, sosok ayah dan ibunya muncul, mendekapnya penuh kasih, seolah berkata, "Pulanglah..."

Suara itu merayap di telinganya, lembut namun menusuk:

"Tetap bersamanya, dan kau akan hancur. Tinggalkan dia sekarang... dan kau bisa kembali ke pelukan mereka."

Akay mengepalkan tangan. “Jangan paksa aku memilih...”

Sosok itu menatap tajam. “Inilah intinya. Ujian terakhir bukan tentang benar atau salah. Tapi siapa yang kau izinkan untuk kau korbankan.”

Akay menutup mata, napasnya berat.

“Aku akan tetap bersamanya. Meski artinya... aku harus hilang.”

Bayangan dirinya tersenyum, lalu pecah menjadi ribuan serpihan cahaya.

Cahaya menyatu kembali. Aylin dan Akay terjatuh bersamaan—lantai padat menahan mereka.

Tapi di antara mereka ada ukiran baru: dua lingkaran menyatu, dan di tengahnya: sebuah simbol tak dikenal, bersinar lembut.

“Selamat,” terdengar suara kuno bergema. “Kalian tidak memilih kekuatan, tapi memilih kehilangan. Itulah kunci terakhir.”

Lorong terakhir terbuka. Entah dari mana, aroma laut dan bunga bermekaran menembus dari celah batu. Cahaya hangat membanjiri langkah mereka.

Warisan sejati tinggal satu langkah lagi.

Langkah Aylin dan Akay berakhir di sebuah ruang melingkar dengan langit-langit tinggi dan dinding batu halus. Anehnya, tak ada satu pun sumber cahaya... namun ruangan itu tetap terang. Tapi sesuatu terasa ganjil—tidak ada bayangan. Bahkan bayangan tubuh mereka pun tak ada.

“Kenapa... Nggak ada bayangan?” gumam Akay sambil menyapukan pandangan ke sekeliling.

Dinding ruangan polos, kecuali satu ukiran besar di tengah ruangan yang berbentuk seperti matahari dengan tujuh sinar menjulur ke berbagai arah. Di ujung masing-masing sinar terdapat semacam tuas batu.

Di bawah ukiran itu, tertulis dalam aksara kuno—huruf-huruf yang hanya Aylin pahami, berkat ajaran Wardhana.

Suaranya terdengar serak saat membaca keras-keras:

"Yang menginginkan terang tak boleh takut pada bayang.

Yang mengenal keseimbangan tahu: tiap cahaya harus berbagi ruang."

Seakan menjawab, langit-langit batu bergetar pelan—tujuh pilar cahaya jatuh dari atas, menebas lantai yang berdebu.

Enam di antaranya bersih, kosong, tanpa bentuk.

Hanya satu—hanya satu yang menampakkan bayangan samar, nyaris tak kasatmata.

Akay berjongkok, mengamati lantai. Wajahnya tegang. "Ini... kayak jebakan," gumamnya, suaranya serak.

Aylin mengangguk perlahan. "Kita harus memilih satu tuas yang sesuai dengan cahaya yang membentuk bayangan. Tapi kalau salah—"

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
tse
mantap ka...seru abis bab ini...puas puas puas banget banget banget...top buat kaka....lanjut kan ka...jangan ada korban nyawa dari pihak Rayyan, Neil, Andi, Zayn, Buntala, Aylin dan Akay ya ka....mereka orang2 baik.....
Mrs.Riozelino Fernandez
😳😳😳😳😳
Mrs.Riozelino Fernandez
biarawan berkorban 😔
Mrs.Riozelino Fernandez
huuuh...
untung semua data atau apa ya itu namanya simbol2 itu sudah masuk ke pikiran Aylin ya...
Mrs.Riozelino Fernandez
ternyata mereka mengikuti Aylin...
ternyata setelah dilewati Aylin dan Akay tiap ujian tidak balik seperti semula ya...jadi gampang dilewati...
Puji Hastuti
Mantab, tim yang hebat
Puji Hastuti
/Good//Good//Good//Good/
Siti Jumiati
semakin kesini semakin seru...semakin bikin dang dig dug... semakin bikin penasaran... semakin nagih... dan semakin kereeeeeeeen... semangat kak lanjut...
fri
gasss terus Thor...💪
abimasta
untung jantungku masih aman thor
Siti Jumiati
satu kata cerita kakak luar biasa, bikin deg deg kan bikin senan jantung,bikin penasaran,bikin q gk bisa tidur karena gk sabar ingin baca cerita kelanjutannya.../Heart/ kereeeeeeeen.../Good//Good//Good/
ilhmid
gila, makin epik gini
phity
mamtap thor aku suka
phity
astaga aku baca sambil teriak2....hhhh
sum mia
akhirnya bisa ngejar sampai disini lagi .
makasih kak Nana.... ceritanya bener-bener seru juga menegangkan . kita yang baca ikutan dag dig dug ser .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
durrotul aimmsh
luar biasa....kyak lg nonton film action
asih
😲😲😲😲 kakak sampai hafal nama² jenis senjata
sum mia
emang seru kak.... sangat menegangkan .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
meski banyak jalan terjal dan banyak ujian semoga mereka tetap baik-baik saja .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
naifa Al Adlin
keren lah kak nana/Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!