PERAWAN TUA MENIKAHI BERONDONG

PERAWAN TUA MENIKAHI BERONDONG

Kapan Nikah?

"Kamu kapan nikah, Rin? Nanti jadi perawan tua lho," tanya sang kakek tiba-tiba masuk ke dalam ruangan kerja sang cucu.

"Hmm! Apa kakek tidak bosan menanyakan hal itu setiap saat, setiap kita bertemu? Aku aja jengah dengernya," jawab Airin dengan begitu santainya.

"Astaga, anak ini! Sebelum orang tua kamu meninggal mereka memberi pesan kepada kakek agar jangan lupa untuk menikahkan kamu. Kalau kakek keburu mati gimana? Bakalan gak tenang kakek di alam baka nanti."

"Ish, kakek mulai deh. Aku gak mau mendengar kakek ngomong kayak gitu lagi. Kakek selalu saja mengancam dengan nyawa kakek, emangnya malaikat maut bisa di ajak kompromi apa?"

"Makannya menikahlah, Airin. Apa perlu kakek jodohkan kamu dengan salah satu putra dari teman kakek?"

"Gak usah, aku bisa cari jodoh sendiri."

"Yakin? Pacar aja kamu gak punya."

Airin hanya tersenyum cengengesan seraya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal sama sekali.

"Benar 'kan? Kamu itu gak punya pacar, mana bisa menikah kalau tidak di jodohkan sama kakek. Pokoknya, minggu depan kakek akan mengenalkan kamu dengan seorang laki-laki, dia cucu dari sahabat kakek, gimana?"

"Hah? Di jodohkan? Nggak, aku gak mau! Memangnya sekarang jaman Siti Nurbaya apa, pake di jodohkan segala."

"Terus kamu maunya gimana? Ingat usia kamu udah 33 tahun lho, apa kamu gak bosan di sebut perawan tua?"

"Aku bisa cari jodoh aku sendiri, kakek."

"Hmmm! Baiklah, kakek beri kamu waktu selama 3 bulan. Jika dalam 3 bulan kamu tidak menikah juga, maka kamu harus mau menikah dengan laki-laki pilihan kakek. Eu ... Satu lagi, kalau kamu masih menolak untuk di jodohkan dengan laki-laki pilihan kakek, maka kakek bakalan coret kamu dari daftar ahli waris seluruh harta yang kakek miliki ini, deal?!" tegas kakek penuh penekanan.

"Kakek?!"

"Cukup, kakek jengah mendengar alasan kamu, Airin. Hari ini kakek ada jadwal nge-game. Kakek pulang dulu," sela sang kakek, keluar dari dalam ruangan Direktur Perusahaan bernama Airin Saraswati.

"Ish, dasar kakek. Udah tua juga masih aja main game. Kayak anak-anak aja sih," gerutu Airin, menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya, lalu berputar hingga tubuhnya menghadap jendela kaca yang membentang hampir di sepanjang ruangannya.

Wanita berusia 33 tahun itu menatap ke arah jendela. Pemandangan indah nampak tersaji di luar sana. Dia berada di lantai paling atas gedung pencakar langit sebuah perusahaan yang bergerak di bidang iklan yang selama ini di kelola olehnya.

Airin memang seorang wanita karir yang gila kerja. Selama ini dia selalu menghabiskan waktunya dengan bekerja dan bekerja tanpa mengenal lelah dan selalu konsisten. Sampai-sampai dia melupakan kodratnya sebagai manusia yang seharusnya memiliki seorang pendamping hidup dan keluarga.

Airin Saraswati memegang satu prinsip yaitu, jika laki-laki memiliki banyak uang maka yang di cari laki-laki tersebut adalah wanita, tapi jika wanita sudah memiliki banyak harta, maka ia tidak lagi membutuhkan laki-laki. Prinsip itu dia tanamkan kuat di dalam hatinya. Airin Saraswati tidak membutuhkan laki-laki, uang sudah membuatnya bahagia selama ini.

Tok! Tok! Tok!

Pintu ruangannya tiba-tiba saja di ketuk membuat Airin seketika membuyarkan lamunan panjangnya. Dia pun kembali memutar kursi lalu menatap ke arah pintu.

"Masuk!" teriaknya kemudian.

Ceklek!

Pintu ruangan pun di buka. Rosa sekretarisnya masuk ke dalam ruangan tersebut. Dia menghampiri Airin dengan membawa setumpuk berkas yang siap untuk di tanda tanangi oleh sang bos.

"Hari ini kita ada jadwal meeting di sebuah Restoran, Bu bos. Ini berkas yang dibutuhkan," ucap Rosa meletakkan lembaran kertas tersebut di atas meja.

"Baiklah, kita ke sana sekarang," jawab Airin, dia pun memeriksa berkas tersebut lalu berdiri dan berjalan keluar dari dalam ruangan diikuti oleh Rosa sang sekretaris.

"Kita ke sana bawa mobil masing-masing, saya harus ke suatu tempat dulu nantinya."

"Baik, bu."

* * *

Di perjalanan.

Airin mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia bahkan menyalip setiap mobil yang berada di depannya dengan begitu lihainya. Jalanan yang tidak terlalu padat membuatnya bisa berkendara dengan leluasa tanpa merasa khawatir akan terjebak macet nantinya.

Sampai akhirnya, ban mobil milik wanita itu tiba-tiba saja meletus di tengah jalan. Dia terpaksa menepikan mobilnya lalu berhenti tepat di bahu jalan.

"Sial! Ada apa dengan mobilku?" gumam Airin seketika merasa kesal.

Dia pun keluar dari dalam mobil lalu memeriksa ban mobil miliknya. Benar saja, ban depan mobil mewahnya itu benar-benar kempes. Mau tidak mau, dia pun harus mencari taksi agar dia bisa sampai di tempat meeting tepat waktu.

"Aduh, gak ada taksi lagi di sini," gumam Airin menatap sekeliling.

Hampir selama 30 menit dia berdiri di tepi jalan. Namun, tidak ada satu pun taksi yang melintas di sana benar-benar membuat wanita berambut panjang bergelombang itu merasa kesal.

Akhirnya, tatapan matanya tertuju kepada sebuah motor yang melintas dihadapannya. Tanpa berpikir panjang dia pun menghentikan pengendara motor tersebut dan mengira bahwa dia adalah ojek yang sering dia lihat di sinetron-sinetron bersama sang kakek.

"Antarkan saya ke Restoran *****, saya mau dalam waktu 10 menit kita sudah sampai di sana," pinta Airin menaiki motor tersebut tanpa basa-basi lagi.

"Maaf, Mbak. Saya bukan tukang ojek," jawab sang pengendara.

"Udah jadi ojek dadakan juga gak apa-apa, saya akan bayar kamu dengan harga yang tinggi, cepetan jalan!"

"Tapi, Mbak--"

"Saya akan bayar kamu 500rbu, tapi dalam waktu 10 menit kita harus sudah sampai di Restoran, deal?"

Pengendara itu pun terpaksa mengikuti keinginan wanita yang saat ini sudah menaiki motornya. Selain itu, uang 500.000,00 adalah jumlah yang lumayan besar baginya. Dia akan mengantarkan wanita ini ke tempat tujuan dalam waktu 10 menit.

"Mbak pakai dulu helm ini," pintanya seraya memberikan satu helm kepada Airin.

Motor pun seketika melesat kencang. Mau tidak mau, Airin pun melingkarkan kedua tangannya di perut sang pengendara, karena motor tersebut melaju dengan kecepatan tinggi, layaknya seorang pembalap profesional. Dalam waktu 10 menit mereka benar-benar tiba di tempat tujuan.

Ckiiit!

Motor berhenti tepat di depan Restoran. Airin sempat diam mematung dengan posisi memeluk tubuh laki-laki itu erat. Tubuhnya benar-benar merasa lemas. Di bawa kebut-kebutan dengan menaiki sepeda motor adalah hal yang belum pernah dia lakukan sebelumnya.

"Kita sudah sampai, Mbak," ucap sang pengendara motor.

"Hah? Maaf, kepala saya pusing sekali," jawab Airin turun dari atas motor dengan kedua kaki yang gemetar.

"Sekarang mana janjinya? 500 ribu ya."

"Iya-iya, saya bayar ko," jawab Airin, sedetik kemudian wanita itu pun membulatkan bola matanya saat dirinya menyadari sesuatu.

"Ada apa?"

"Tas saya ketinggalan di mobil, hehehehe!" ujar Airin tersenyum cengengesan.

BERSAMBUNG

...****************...

Terpopuler

Comments

nuraeinieni

nuraeinieni

aq mampir thor

2024-06-20

0

Surat Gogox

Surat Gogox

Lanjuut thor

2023-10-01

0

Asiah Erap

Asiah Erap

Permulaan yg bagus, aku suka ceritanya thor❤️

2023-05-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!