Pernah dikhianati oleh cinta pertama membuat Andra Abimanyu patah hati terlalu dalam hingga ia tak percaya lagi akan seorang wanita. Dia menganggap semua wanita sama saja, ahli menyakiti dan suka sekali main hati dengan sekingkuh dan paling utama perkara uang. Andra muak dengan sikap mereka yang sok polos tapi mendewakan uang. Alhasil Andra memilih menjomblo hingga usia 30 tahun.
Dijodohkan beberapa kali oleh sang mama dan keluarganya tak membuat Andra segera menjatuhkan pilihannya. Tak peduli juga ledekan belok yang dialamatkan padanya.
"Mau sampai kapan kamu menolak perempuan? Gak semuanya seperti Faza, Ndra," sudah keberapa kali sang mama menasehati sang putra agar segera melepas masa lajangnya.
"Kamu juga punya adik perempuan, sudah menikah toh dia juga bisa setia pada suaminya," lanjut sang mama frustasi.
Andra hanya diam, lalu menghela nafas pelan. "Mama sabar ya, nanti kalau sudah jodoh Andra datang, pasti Andra juga akan menikah," jawab Andra santai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PREDIKSI ANDRA
"Diajari mama apa sih sampai 2 hari begitu?" protes Andra saat video call sekitar pukul 10 malam. Macha cs baru selesai diskusi dengan mama Andra sekitar jam setengah 10 malam. Andra sebenarnya sudah rempong menghubungi Macha sejak jam 7 malam hanya saja Macha sempat membalas masih ada acara dengan mama, hingga panggilan video jam 10 malam langsung diangkat oleh gadis itu.
"Banyak, mama pinter banget ya," puji Macha tulus.
"Biasa aja," jawab Andra secuek itu, bahkan Macha saja sampai heran respon si sulung begitu menyebalkan.
"Dih, anaknya sendiri gak bangga."
"Bangga kalau gak ngrecokin kencan anaknya."
Macha tertawa, si pria tua itu kok terlihat manja. Macha baru tahu, dan itu sangat tidak cocok untuk wajah lempengnya.
"Lagian mau ajak kencan ke mana sih?"
"Sekedar ngemall, aku udah seneng. Tahan banget loh, punya calon ketemu weekend aja belum tentu bisa!" sewot Andra dengan nada kesal, Macha lagi-lagi tertawa. "Nikah aja, yuk?" pinta Andra memelas. Cinta sepenuhnya memang belum tapi ingin berduaan dengan Macha sudah diubun-ubun, saat bervideo call begini saja ada banyak cerita, apalagi kalau sudah sah. Tentu, banyak hal yang bisa dilakukan bersama.
"Mas, sebenarnya aku mau cerita tapi kok," Macha menyempatkan melihat jam dinding sudah terlalu malam kalau ingin curhat.
"Kenapa? Cerita aja, jangan dipendam sendiri nanti jadi jerawat."
"Ck, doanya jelek banget." Macha sedikit manyun, mungkin Andra lupa kalau dia sedang berhadapan dengan anak gadis remaja yang menjadi musuh jerawat.
"Cerita aja, emang kamu tidur sama siapa? Mama?"
Macha menggeleng. "Aku dikasih kamar kamu katanya," Andra mengerutkan dahi, kok dia sampai gak ngeh penampakan kamar di rumah Bandung.
"Ouh, kamarku ya? Sendiri kan?"
Macha mengangguk. "Kenapa?" tanya Macha dengan menyipitkan mata, curiga.
"Ya gak pa-pa, kirain kamu tidur di kamar aku bareng mbak-mbak. Kan privasi kita."
"Apaan, gak usah mikir macam-macam kamu, Mas!"
"Dih, dih. Yang mikir macam-macam siapa. Hayo, jangan-jangan kamu yang mikir macam-macam, apalagi tidur di kamar cowok. Hayo!"
"Mas Andra aku gak gitu ya," protes Macha disambut tawa Andra.
"Udah buruan cerita, aku pasti dengerin kok!"
Macha menghembuskan nafas pelan. "Aku tadi tengkar dengan Mikayla." Tawa yang sempat terukir di wajah Andra mendadak hilang. Mendengar nama anak kembar disebut, pasti ada kaitannya dengan cinta bertepuk sebelah tangan yang dialami Mika.
"Tengkar kenapa?" Andra pun bermode serius.
"Dia menyuruh aku mundur dari hubungan ini."
Andra tahu ujung pertengkaran kedua gadis itu seperti apa. Pasti Macha menolak untuk mundur, karena ia tahu Macha bukan tipe perempuan yang suka berantakin hati. Dia terlalu polos, dan tidak sejahat itu. Semoga.
"Lalu?"
"Aku menolak lah, alasan apa yang membuat aku harus mundur dari Mas Andra. Mas Andra baik, keluarga Mas Andra juga baik. Gak ada alasan buat mundur."
"Tapi kan kamu belum cinta sama aku!"
"Memang," duh jawaban Macha kok sejujur itu sih. Andra pun mencebik kesal namun sempat melihat Macha tertawa. "Aku gak tau rasanya jatuh cinta seperti apa. Mas Andra yang notabenenya orang asing tapi bisa membuat aku nyaman. Mas Andra juga menawarkan hubungan serius meski baru kenal, Aku pun salut dengan Mas Andra karena belum cinta sama aku tapi belajar buat membangun hubungan kita baik."
"Mikayla berharap kamu sama Mika?"
"Iya," Macha mengangguk sambil mengusap setetes air mata. Ia cepat-cepat menghapus, namun tetap saja Andra melihatnya. Bahkan pria ini sudah salah mengartikan kalau ada penyesalan Macha menerimanya.
"Terus?"
"Aku gak mau." Pecah juga air mata Macha, sejak pulang sekolah tadi ia sudah menahan rasa kesal dalam hati, terabaikan sejenak saat ikut meeting dengan mama, tapi kini ucapan Mikayla terus menancap di benak Macha.
"Gak mau apa ini?" tanya Andra memastikan, deg-deg an juga kalau sampai Macha bilang gak mau melanjutkan hubungan ini.
"Gak mau sama Mika, Mas!" rengek Macha dengan mengusap air matanya. "Tapi Mikayla bikin aku gak suka. Masa' dia bilang kalau aku gak menerima Mika, persahabatan akan renggang."
"Itu yang bikin kamu ingin mundur?"
"Aku gak mundur, Mas. Aku cuma gak suka dengan sikap Mikayla. Kenapa harus membawa persahabatan kita? Aku sayang sama Mikayla, tapi ucapannya membuat aku sadar oh aku hanya orang lain yang kebetulan disayang, pasti kalah dengan saudara kembarnya. Makanya dia mau membahagiakan Mika dengan memaksa aku untuk menerimanya."
Andra diam, menghembuskan nafas berkali-kali. "Apa yang akan kamu lakukan?" Macha menggeleng.
"Gini, Dek. Dengarkan Mas. Dalam hidup memang ada sebuah pilihan, dan yang menentukan itu adalah diri kita sendiri. Kita berhak bahagia juga. Kalau kamu mau mundur, dan bersama Mika. Aku gak pa-pa, lebih baik aku sakit sekarang ketimbang aku harus melihat dan dikhianati oleh perempuan untuk kedua kalinya, meski aku tahu kamu dan Mika membalut rasa sayangmu atas nama persahabatan." Kali ini Andra tegas. Urusan hati, ia gak mau dikhianati kembali. Mumpung rasa belum terlalu dalam, mumpung pengorbanan belum terlalu banyak kalau mau mundur untuk kebaikan bersama tak apa. Andra sangat paham. Apalagi Macha dan Mika sudah lebih dulu saling mengenal daripada Macha dan dirinya.
Kedekatan mereka pun pasti lebih dekat ketimbang dirinya. Bahkan untuk rasa sayang pun, Andra mengakui bahwa Macha lebih sayang dengan Mika ketimbang dirinya. Hanya saja langkah Mika yang pemaksa membuat Macha tak suka, dan lebih memilih Andra yang tampak lebih dewasa dan bersikap menganyomi Macha.
"Mas bukan begitu. Aku memang sayang sama Mika tapi aku hanya menganggap dia sebagai teman, tidak lebih dari itu. Aku juga takut kalau aku menjadi bagian hidup Mika, tentu aku pun bisa menyakitinya dan aku akan menjadi antagonis dalam keluarga mereka. Aku gak mau itu terjadi. Lagian bukan aku yang memilih Mas, tapi hatiku."
Andra diam. Benarkah gadis kecil ini bisa membedakan rasa sayang pada teman dan pasangan? Sepertinya tidak, yang benar Macha lebih nyaman dengan dirinya. "Lalu mau bagaimana?" Andra mencoba tenang, gadis kecilnya butuh solusi agar urusan hati dan persahabatannya aman.
"Aku lebih memilih kamu lah, Mas. Aku gak mau dipaksa, apalagi kalau urusan hati. Meski aku belum berpengalaman, tapi aku gak mau dipaksa. Biarkan hati aku yang memilih, sesederhana itu."
"Ya udah kalau gitu kita nikah secepatnya gimana, biar hubungan kita lebih kuat. Belajar mendalami karakter masing-masing dengan cara halal. Aku khawatir Mika akan," sebagai laki-laki tentu tahu jalan pintas apa yang bisa dilakukan laki-laki lain untuk menikung. Kalau gak bantuan dukun, ya bunting. Dan Andra tak mau Mika sampai melakukan hal nekad seperti itu.
"Mika kenapa?"
"Dukun bertindak atau kamu dibuntingi olehnya," jawab Andra asal membuat Macha mendelik.
cowo pemelihara = sugar Daddy
jangan kebalik Thor 🙏