NovelToon NovelToon
Rahasia Hati

Rahasia Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Yunsa

Sebuah Cinta mampu merubah segalanya.Begitulah kiranya yang akan dirasakan Mars dalam memperjuangkan cinta sejatinya.
gaya hidup Hura Hura dan foya foya berlahan mulai ia tinggalkan, begitu juga dengan persahabatan yang ia jalin sejak lama harus mulai ia korbankan.
lalu bisakah Mars memperjuangkan cinta yang berbeda kasta, sedangkan orang tuanya tidak merestuinya.
Halangan dan hambatan menjadi sebuah tongkat membuatnya berdiri tegak dalam memperjuangkan sebuah cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 31

Di lapangan basket Mars memainkan bola, dan memasukan ke dalam ring dengan sempurna. Ia berdiri menatap bola yang sudah lepas dari tangannya, sampai menggelinding jauh meninggalkan dirinya dengan tatapan kosong.

"Mars..." ucap Bara dengan menepuk pundak Mars.

"Aku sedang tidak ingin membahas Clara." jawab Mars enggan, karena ia tahu, Bara pasti akan mendamaikan dia dengan Clara.

"Aku tahu Mars, tapi tidak seharusnya kita harus saling menyalahkan. Kita tumbuh besar bersama Bro." jawab Bara

"Aku melihat Amara tadi pagi. Dia sangat pucat, sangat sedih, bahkan dia tidak seperti Amara yang sering ku lihat. Dia yang selalu menemani aku dengan bahagia, dia yang selalu berbagi kesedihanku."

"Dan sekarang, dia bahkan tidak memberiku ruang untuk berbagi kesedihannya." kata Mars masih dengan lemah dan tatapan kosong seperti mengenang bayangan tadi pagi."

"Aku tidak bisa berbuat apa apa untuknya Bara!! Apa yang harus aku lakukan sekarang?"

"Aku rasa kamu perlu memberi ruang untuk Amara, biarkan ia sendiri. Maksudku biar amarah Amara sedikit mereda terlebih dahulu." kata Bara

Prit........

Sebuah peluit mengakhiri jam pelajaran olah raga mereka, mengharuskan mereka untuk berganti dengan pelajaran lain.

...****************...

Siang ini Amara hendak mencari angin di luar, di rumah sendirian membuatnya jenuh dan justru semakin membuat hatinya tidak nyaman.

Amara berdiri di halaman apartement, pandangan mata Amara mengikuti seseorang yang mengendarai motor cbr besar, masuk ke halaman apartemen dan memarkirkan motornya di dekat gerbang masuk. Ketika Pria itu membuka helm, kini ia bisa mengenali siapa ternyata tamu itu.

"Pak Arga." gumam Amara kemudian melihat ke jalanan, takut ibunya sudah pulang dari membersihkan rumah seseorang.

Amara berjalan mendekati Arga dan menyapa karena Arga belum menyadari dirinya, ia sedang melepas jaket dan meletakan helm besar agar tidak jatuh

"Pak Arga?" sapa Amara ketika ia sudah mendekat.

"Siang Amara..." jawab Arga, dengan menatap wajah Amara yang terlihat pucat dan sembab.

"Kamu sakit?" tanya Arga dan Amara justru menunduk.

"Bisa kita duduk bicara?" pinta Arga dengan melihat sebuah kursi di dekat pintu masuk apartemen, dan Amara pun mengajak Arga untuk ke sana.

"Aku baru mendengar berita kasusmu. Aku seperti tidak percaya jika kamu berkelahi dengan Clara, kelas management yang dua tingkat diatas mu. Aku tidak akan bertanya apa alasan kamu melakukan itu, tapi aku hanya menyarankan, jauhi lingkaran mereka agar kamu bisa aman." kata Arga memperingati, dan Amara hanya bisa menunduk malu pada dirinya sendiri.

Argantara Wicaksa, ia adalah dosen pembimbing kelas Amara. ia menyayangkan, kenapa Amara tidak menemui dirinya ketika ia sedang terlibat masalah kemarin, yang mungkin bisa menolongnya saat itu juga.

Seperti saat ini, Arga mendatangi alamat Amara secara khusus, ia memberitahukan jika berhasil mencabut skorsing Amara, karena ia berhasil menyakinkan sang dekan, jika Amara adalah mahasiswanya yang paling displin dan bertanggung jawab, sehingga Amara tidak layak mendapat hukuman skorsing. Terlebih, yang menjadi lawan perkelahian itu adalah Clara, mahasiswa cantik yang hanya bisa memamerkan kekayaan orang tuanya.

Mendengar dirinya bisa masuk kembali, wajah Amara begitu sumringah. Ia bahkan sampai memegang tangan Arga saking bahagia dan tak percaya, berkali kali ia mengucapkan terima kasih pada Arga.

Arga hanya bisa menasehati Amara agar bisa menahan diri lagi, dan berharap tidak membuat kecewa Arga yang sudah memperjuangkan dirinya. Begitu selesai, Arga pun memegang pundak Amara menyemangati agar ia lebih bersemangat lagi jika masuk nanti, karena sudah pasti akan jadi gosip terdepan perkelahian mereka. Amara mengantar Arga, sampai di dekat gerbang tempat Arga memarkirkan motornya. Terlihat Arga tersenyum pada Amara dengan mengangguk pertanda pamitan, dan di balas senyum oleh Amara dan satu anggukkan pula sebagai jawaban.

"Siapa dia Amara?" tanya Mars dengan memegang lengan Amara, membuat Amara terkejut karena Mars berkata dengan nada kesal karena ia sedang cemburu.

"Dosen pembimbingku." jawab Amara dengan kembali berjalan kembali ke arah pintu utama.

"Untuk apa dia kemari?" tanya Mars mengejar Amara

"Amara kamu berhutang penjelasan padaku." kata Mars dengan kembali memegang lengan Amara, dan menghalangi jalan Amara.

"Tidak ada yang perlu di jelaskan. jangan membuat masalah baru lagi Mars." jawab Amara dengan melihat ke pintu gerbang, takut Amar tiba tiba pulang seperti kemarin, atau bahkan ibunya pulang kerja.

"Aku tidak akan membiarkan kamu pergi, sebelum kamu menjelaskan padaku." Mars masih berusaha mencegah

"Jangan membuat emosiku menjadi amarah, Mars." kata Amara masih dengan nada pelan namun menahan sebuah perasaan kesal, karena Mars masih tidak memberinya jalan, sedangkan ia takut keluarganya melihat.

"Kamu bisa tersenyum pada pria itu, dan kamu menampakan wajah kebencian terhadapku, kenapa Amara? Apa bedanya antara aku dan pria itu, yang jelas sama sama tidak terlibat dalam masalahmu." kata Mars

"Sudahlah Mars, aku tidak ingin bicara masalah ini dulu." kata Amara dengan nada mengalah, ia ingin memikirkan dengan baik terlebih dahulu hubungan mereka. Apakah akan berlanjut atau ia memilih mengakhiri, yang jelas ia ingin memastikan perasaannya terlebih dahulu dengan kepala tenang dan jernih.

"Aku sudah cukup sabar menghadapimu Amara. Kamu melampiaskan kekesalanmu padaku, padahal aku tidak melakukan apapun, aku sudah terima. Dan sekarang kamu tersenyum pada pria lain, apa aku juga harus mengalah lagi?! Jawab aku Amara?!" tanya Mars.

"Lalu mau kamu apa? Kamu tidak suka dengan sikapku? Kamu tidak terima dengan sifatku? Asal kamu tahu, kamulah sumber masalah itu." jawab Amara sambil mendorong Mars agar menyingkir tidak menghalangi jalannya. Amara mulai emosi, karena Mars tidak merasa bersalah.

"Masalah apa yang aku buat?" tanya Mars ikut emosi dan mencengkeram tangan Amara agar ia mau menjawab dan tidak bisa kabur.

"Lepas. Amar akan melihat kita lagi." kata Amara dengan kesal dan berusaha melepaskan cengkeraman Mars.

"Kita harus bicara." kata Mars dengan menarik tangan Amara untuk mengikuti dirinya, ia berencana membawa Amara ke apartement miliknya agar masalah bisa terselesaikan.

"Lepaskan aku, atau.."

"Atau Amara?!" sentak Mars berbalik menghadap Amara, karena ia berjalan menatap depan, sehingga ia harus berbalik untuk melihat wajah Amara. Ia melihat mata Amara, sama halnya dengan Amara yang melihat mata Mars. Mars sudah cukup sabar sejak kemarin, dan kali ini meledak juga menghadapi Amara yang marah marah terus padanya.

"Atau kita putus." jawab Amara,

Sontak saja jawaban Amara membuat jantung Mars seakan berhenti. Dada, telinga, hati dan seluruh anggota tubuh Mars seakan berhenti berfungsi.

Dunia seakan runtuh mendengar jawaban Amara yang seakan tanpa beban dan dosa. Semudah itu Amara memutuskan hubungan ini, hanya karena sebuah masalah yang tidak ia jelaskan.

Bersambung.......

1
Rusi Erviana
Bagus ceritax thor semangat d tunggu Bab selanjutx 😊👍👍💪💪
Yunsa: Terima kasih kak ♥️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!