Pendekar Sinting adalah seorang pemuda berwajah tampan, bertubuh tegap dan kekar. Sipat nya baik terhadap sesama dan suka menolong orang yang kesusahan. Tingkah nya yang konyol dan gemar bergaul dengan siapapun itulah yang membuat dia sering berteman dengan bekas musuh atau lawan nya. Perjalanan nya mencari pembunuh keluarga nya itulah yang membuat sang pendekar berpetualang di rimba persilatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SALAH PAHAM
HARI Sudah mulai sore dan warna lembayung dilangit-langit sore mulai terlihat. Kuda yang dipacu Inggarwati sudah sampai di Perguruan Bangau Sakti. Pintu gerbang Perguruan itu terbuka lebar dan rusak. Inggarwati terkejut ketika melihat ke dalam lingkungan Perguruan. Pondok-pondok pesanggrahan banyak yang roboh dan hancur berantakan. Sebagian ada yang masih terbakar dan sebagian lagi ada yang sudah rata dengan tanah.
Inggarwati memandangi sekeliling Perguruan yang porak-poranda itu. Banyak mayat-mayat bergelimpangan yang mati berpakaian serba biru muda.
"Biadab sekali orang yang sudah membantai para Murid di Perguruan ini!!" Inggarwati mencari orang yang masih hidup dari pembantaian itu, tapi tak satupun dari mereka yang masih hidup. Rata-rata para murid itu mati dalam keadaan tubuh nya terbakar dan ada juga yang sampai gosong menjadi arang. Diujung dekat pondok yang masih berdiri, Pagar batu disana jebol dan Inggarwati enggan melihat kesana karena disana adalah Jurang yang dalam.
Hal yang membuat Inggarwati bingung adalah, Dimana Ki Raharjati? Mengapa dia tak menyelamatkan murid-murid nya dari pembantaian keji itu. Disaat Inggarwati sedang mengelilingi mencari orang yang selamat dari pembantaian itu, tiba-tiba ada seberkas sinar kuning melesat ke arah nya.
Inggarwati merasakan ada hawa panas di belakang nya, Ia langsung meloncat dari punggung kuda ke atas berjumpalitan tiga kali untuk menghindari serangan tak terduga itu.
*Wuk! Wuk! Wuk!*
*Blarrrr!*
Ledakan menggema dan Inggarwati tersentak ke depan jatuh tak bisa menyeimbangkan diri nya lagi. Angin ledakan itu menghempaskan tubuh Inggarwati hingga terjatuh dan Kuda kesayangan Inggarwati mati dalam keadaan tubuh nya hancur. Melihat Kuda kesayangan nya mati, Inggarwati murka terhadap penyerang gelapnya itu.
Orang itu berdiri bertolak pinggang di atas pagar batu dekat pintu gerbang Perguruan yang hancur itu. Dia adalah seorang Perempuan berperawakan tubuh langsing dan berwajah cantik. Ia memakai pakaian serba ketat seperti kebaya batik berwarna telur asin dengan motif burung bangau sampai batas paha nya. Ia memakai celana hitam ketat sampai betis. Dibagian dada nya nampak belahan kain di dada nya yang montok kencang itu sedikit terbuka dan terlihat bentuk belahan dada wanita itu yang membusung kencang. Rambut nya yang hitam lembut sepanjang bahu itu dibiarkan saja terurai tanpa ikat rambut.
Pancaran kemarahan nampak nyata diwajah Perempuan berwajah oval itu. Inggarwati mengerutkan dahi nya tanda ia mengenali siapa Perempuan yang menyerang nya itu.
"Putri Kebaya? Kaukah itu?" Tanya Inggarwati kepada Wanita cantik itu dan Wanita yang dipanggil Putri Kebaya itu menjawab nya dengan kaget.
"Oh! Inggarwati!? Sedang apa kau di sini!?" Tanya Putri Kebaya kepada Inggarwati dan baru sadar orang yang di serang nya itu siapa.
Inggarwati segera bangkit dari terjatuh nya dan sejenak melihat nasib Kuda nya yang telah mati itu. Pada saat itu Perempuan yang bernama Putri Kebaya itu bertanya dengan nada tinggi.
"Ternyata kau lah orang yang telah menghancurkan Perguruan ini dan membunuh Kakek ku, Inggarwati!"
"Apa maksud mu menuduh ku seperti itu Putri!?" Tanya Inggarwati heran.
"Aku baru saja tiba di sini Putri!!" Tegas Inggarwati menambahkan ucapan nya.
"Omong kosong! Kau pasti yang telah mencuri Pusaka milik kakek ku itu dan kemudian menghancurkan Perguruan ini dan juga membantai semua Murid-murid di Perguruan ini bukan...???" Tuduh Putri Kebaya ngotot dan membuat Inggarwati semakin berang dituduh seperti itu.
"Hei kau jangan asal menuduh ku Gadis Dungu!! Mana bukti nya jika aku telah mencuri pusaka milik kakek mu itu hah!? Justru aku datang ke sini di utus oleh guru ku untuk mencari tahu soal kegaduhan yang sebenarnya sedang terjadi di sini!"
"Tak usah banyak bicara Inggar! Aku kecewa padamu! Aku pikir kau adalah sahabat ku yang baik dan setia! Ternyata persahabatan kita hanyalah kedok bagimu untuk mencuri Pusaka milik Kakek ku itu!!" Air mata menetes dari kelopak mata Putri Kebaya.
Inggarwati hanya diam tertegun mendengar Putri Kebaya berkata seperti itu padanya. Merasa dirinya direndahkan dan dituduh mencuri lalu membunuh seperti itu oleh Putri Kebaya, Inggarwati mulai tersulut emosi nya dan berkata.
"Kau menyinggung perasaan ku Putri!!"
"Bukan urusan ku gadis pencuri pusaka!! Heaaahh!!" Putri Kebaya meloncat berjungkir balik turun dari atas pagar batu itu. Lalu dengan gerakan cepat bagai seekor harimau sedang memangsa buruan nya, Puteri Kebaya berlari cepat kepada Inggarwati dan melayangkan kaki nya.
Terjangan kaki beruntun dari Putri Kebaya itu langsung ditahan oleh kedua tangan Inggarwati yang bersilang di depan wajah nya.
*Teb! Teb! Teb!*
Tendangan beruntun Putri Kebaya berhasil ditahan oleh kedua tangan Inggarwati yang menyilang itu. Tangan nya nampak ngilu dirasakan oleh Inggarwati, Namun ia tetap menahan nya dan tak mau terlihat lemah didepan lawan nya.
Putri Kebaya segera memutar tubuh nya dengan cepat dan melayangkan tendangan kaki kiri ke belakang ke arah perut Inggarwati. Inggarwati segera mundur dan hantaman kaki kiri Putri Kebaya tak mengenai sasaran. Inggarwati yang sudah di bakar amarah nya itu langsung balas menyerang, Ia langsung berkelebat meninju wajah Putri Kebaya secara beruntun dan Putri Kebaya berhasil menahan nya dengan kedua telapak tangan nya.
*Wus! Wus! Wus! Plak! Plak! Plak!*
Kemudian Inggarwati melayangkan kaki kanan nya ingin menendang pinggang kiri Putri Kebaya. Lagi-lagi tendangan itu mampu di tahan oleh lengan kiri Putri Kebaya dengan cepat.
*Tebb!*
"Sial cepat sekali dia! Serangan ku sejak tadi mampu di tangkis oleh nya!" Kata Inggarwati dalam batin nya.
Pada saat itu tangan kanan Putri Kebaya langsung mengepal dan berhasil meninju wajah Inggarwati dengan cepat. Inggarwati lengah dan telat menghindar. Alhasil pelipis nya telak terkena tinju nya Putri Kebaya.
*Begg!*
"Argghhh....!" Inggarwati tersentak mundur sejauh tiga langkah seraya memegang wajah nya yang terasa panas itu dan Putri Kebaya langsung menyodok perut Inggarwati dengan lutut nya.
Buggg!
"Ugghhhh….."
Tubuh Inggarwati membungkuk ke depan karena perut nya terkena sodokan keras. Lalu dengan gerakan cepat Putri Kebaya langsung memukul dada Inggarwati dengan telapak tangan kanan nya.
*Buggg!*
"Heggghh!" Tubuh Inggarwati terlempar jauh dan menabrak tiang pondok yang masih berdiri.
*Brakkk!*
Tiang pondok yang terbuat dari kayu keras itu retak ketika terbentur punggung Inggarwati.
"Arghhh! Dada dan punggung ku sakit sekali!" Ucap Inggarwati dalam hati wajah nya meringis dan baru saja Ia menatap ke depan.
Putri Kebaya sudah ada di depan nya dan melayangkan kaki kanan nya ke arah wajah nya. Inggarwati melihat tendangan ke arah wajah nya itu dan ia berusaha menjatuhkan diri nya ke tanah. Telat sedikit saja wajah Inggarwati pasti akan terkena tendangan keras dari Putri Kebaya tadi.
Tendangan keras dan cepat yang telah di aliri tenaga dalam itu menghantam tiang kayu yang ada dibelakang Inggarwati.
*Brakkk!!*
Tiang kayu itu langsung berderak hancur menjadi potongan kecil. Harus nya kaki Putri Kebaya yang hancur karena di adu dengan tiang kayu jati yang keras itu. Akan tetapi karena kaki Putri Kebaya sudah di aliri tenaga dalam cukup besar, maka yang hancur itu adalah tiang kayu jati yang keras tadi.