Ditipu tidak membuat kadar cintanya berkurang malah semakin bertambah, apalagi setelah tau kejadian yang sebenarnya semakin menggunung rasa cintanya untuk Nathan, satu-satunya lelaki yang pernah memilikinya secara utuh.
Berharap cintanya terbalas? mengangankan saja Joana Sharoon tidak pernah, walaupun telah hadir buah cinta.. yang merupakan kelemahan mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
◉ 21
Nathan menepikan mobilnya di depan rumah Joana. Sepanjang perjalanan Bern ke Jenewa, baik Nathan dan Joana tak hentinya berbincang hingga gadis itu kelelahan kemudian terlelap.
Pria itu mencondongkan tubuhnya ke arah Joana. Tangannya terulur, menyentuh gadis itu. "Joana," Nathan menyapu pelan tangan Joana, membangunkan gadis itu. "Kita sudah sampai." Lanjutnya.
Joana terbangun, dan berusaha mengerjapkan matanya yang masih terasa berat. Ditatapnya ke arah luar jendela, rumahnya sudah dalam keadaan temaram. Sepertinya, Ibu dan Adiknya sudah beristirahat.
"Bisakah kita menunggu sebentar lagi, Nathan?" Joana menutup mulutnya, ia pun menguap.
"Tentu saja. 1 jam, 2 jam, 3 jam atau semalaman, tidak menjadi masalah untukku." Selorohnya sukses menciptakan senyuman di bibir Joana.
"Ayo kita turun." Ajak Joana setelah lima menit ia pergunakan untuk mengumpulkan sisa nyawanya . Keduanya lalu turun, berjalan dengan tangan mereka yang saling bertautan. Tidak ada kecanggungan, keduanya sudah terbiasa.
Joana menekan bel rumahnya. Beberapa menit menunggu, akhirnya pintu rumah pun terbuka.
"Joana."
"Mom.. aku pulang." Joana tersenyum seraya merentangkan tangan, menjatuhkan diri dalam pelukan Ibunya. "Aku sangat merindukanmu, Mom." Joana memejamkan mata menikmati aroma tubuh Ibunya yang sangat dirindukannya.
Enam bulan berada di Bern, baru kali ini Joana menginjakkan kakinya lagi ke kota kelahirannya. Ia selalu disibukkan dengan pekerjaan dan beberapa minggu belakangan, ia dihadapkan dengan proses hukum atas pelecehan yang dialaminya. Dan dua hari yang lalu sidang putusan terjadi, Victor di jatuhi hukuman 20 tahun penjara atas perbuatan pelecehan dan kekerasan yang dilakukannya.
Selama Joana menjalani proses hukum, Nathan dengan setia menemani gadis itu sehingga membuat hubungan mereka semakin dekat.
"Mommy juga sangat merindukanmu, Nak." Isabella tersenyum, maniknya menatap pria yang datang bersama putrinya. Sosok pria yang tengah dekat putrinya itu. Joana kerap menceritakan perihal Nathan. Tentang kebaikan pria itu, termasuk yang dilakukan Nathan untuk menyelamatkan putrinya.
"Kenapa kau tidak memberi kabar Mommy jika ingin pulang? setidaknya Mommy akan memasak makanan kesukaanmu." Diurai-nya pelukan mereka. Isabella tak memudar senyumannya. Perasaan bahagia bisa memeluk putrinya lagi.
Joana tersenyum, "sengaja, ingin membuat kejutan."
"Dan kau berhasil, sayang. Ayo sebaiknya kita masuk. Anda juga, Tuan." Ajak Isabella
Isabella menuntun Joana masuk ke dalam rumah. Nathan pun mengikuti langkah Ibu dan anak itu. "Duduklah, Tuan." Isabella bersikap ramah.
"Aku akan membuatkan kopi untuk Nathan."
Sementara Joana ke dapur, Isabella dan Nathan duduk di sofa.
"Akhirnya aku bisa bertemu dengan anda, Tuan."
"Panggil namaku saja, Bibi." Timpal Nathan tidak kalah ramahnya dengan sambutan Isabella. Beberapa detik memerhatikan wajah Isabella, Nathan jadi mengetahui kecantikan Joana mewarisi wajah Ibunya. Yang membedakan hanya warna mata mereka.
"Baiklah." Isabella tidak mengalihkan maniknya dari manik Nathan. "Aku ingin mengucapkan terimakasih karena hmm kau telah banyak membantu putriku."
"Sama-sama, Bibi."
"Aku banyak berutang budi."
"Jangan dipikirkan. Aku melakukannya karena Joana..."
"Apa yang Mommy masak hari ini? Woah... Spargelcremesuppe." Joana memekik kegirangan setelah melihat apa yang dimasak Ibunya. Spargelcremesuppe, sup krim dengan bahan utama asparagus, kentang, dan alpukat. Sup yang memiliki aroma yang sangat harum dengan menggunakan bumbu seperti bawang Bombay dan bawang putih, yang ditumis menggunakan minyak zaitun serta kaldu sehingga rasa sup itu gurih.
Pekikan Joana dari dapur, memutuskan ucapan Nathan. Isabella dan Nathan kompak menatap Joana. Keduanya tersenyum.
"Maafkan putriku, dia masih suka bersikap kekanakan."
"Apa Mommy tau, selain merindukanmu. Aku juga sangat merindukan masakanmu." Kata Joana dengan riang. Matanya berbinar melihat sup yang terlihat menggoda, menariknya agar ia segera mencicipinya.
"Tentu saja, Mommy tau. Kau selalu mengatakannya, sayang."
Joana tersenyum. Ia melupakan tujuannya ke dapur. Alih-alih membuat kopi, justru ia mengambil sup beserta roti untuk Nathan dan meletakkannya diatas meja makan.
"Kau harus mencicipi masakan Mommy-ku, Nathan." Joana menuntun Nathan, mengajak pria itu ke meja makan. "Duduklah," Joana menarik kursi dari bawah meja. Mempersilahkan pria itu duduk.
Nathan terkekeh geli. Tindakan yang Joana lakukan, biasanya dilakukan seorang pria, tapi justru gadis itu yang melakukannya. "Sangat manis, terimakasih."
"Sama-sama, Tuan. Selamat menikmati hidangannya." Setelah membuat drama terkejut, kali ini yang dilakukan gadis itu berlakon mejadi pramusaji. 🥲
Interaksi keduanya tak luput dari tatapan Isabella. Putrinya terlihat menikmati kebersamaan dengan Nathan. Nathan pun demikian. Wanita paruh baya itu pun tersenyum.
"Apa Mommy sudah makan?"
"Sudah, sayang," Jawab Isabella. Ia melangkah mendekati putrinya itu. "Kau duduklah, temani Nathan. Mommy akan mengambil sup untukmu dan juga membuatkan kopi."
Setengah jam berlalu, setelah membereskan alat makannya, Joana bergabung dengan Ibu dan juga Nathan yang sedang berbincang. Joana mendarat bokongnya di sofa yang sama dengan Ibunya. Lalu merebahkan kepalanya diatas pangkuan Ibunya, bertingkah manja seperti biasanya.
"Apa putriku selalu merepotkan-mu?" Isabella membelai rambut Joana penuh kasih sayang.
"Kenapa Mom, bertanya seperti itu?" Protes Joana dengan nada suara yang manja. "Tentu saja aku tidak merepotkannya. Justru sebaliknya." Joana mengalihkan perhatiannya kepada Nathan, "yang aku katakan, benar kan Tuan? Hei, kenapa kau hanya tersenyum. Jawablah pertanyaanku."
"Yang dikatakan Joana, benar Bibi. Putrimu selalu membantu pekerjaanku. Dia gadis yang sangat kompeten dalam bekerja dan selalu tepat waktu menyelesaikan pekerjaannya."
"Terimakasih atas pujiannya. Kau membuatku melambung, Tuan." Seloroh Joana seraya mengerlingkan mata, membuat Nathan tergelak.
"Kalian bermalam-lah disini."
Joana mengangguk, "Ya Mom. Malam ini, aku ingin tidur bersamamu. Apa boleh?" Joana mengedipkan matanya berulang-ulang.
"Tentu saja boleh, sayang. Mommy akan merapikan lagi kamarmu untuk di tempati Nathan."
"Aku akan membantumu, Mom."
"Sebentar Bibi." Isabella yang hendak beranjak kembali duduk. "Ada hal penting yang aku ingin sampaikan."
"Katakan."
"Aku ingin menikahi Putrimu." Ucapnya tanpa raut main-main.
Mendadak ruangan menjadi hening. Hanya terdengar suara hembusan napas mereka yang membaur. Joana, dan Isabella terkesiap. Lidah mereka mendadak kelu sehingga membuat keduanya kehilangan kata-kata.
"Menikah?!" Nichole yang terbangun karena haus ikut terkejut. Suaranya yang cempreng berhasil mecah keheningan. Ketiganya menoleh ke arahnya. Nichole jadi salah tingkah, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Joana berdiri. Ia menarik tangan Nathan, mengajak pria itu ke luar. "Apa kau sedang bergurau, Nathan?"
"Apa aku terlihat sedang bergurau?" Alih-alih menjawab, Nathan membalikkan pertanyaan Joana. Keduanya bertukar pandang, saling mengunci tatapan masing-masing.
Nathan mengulurkan tangannya, menyentuh wajah Joana. "Aku serius ingin menikahi-mu, Joana." Ulang Nathan mencoba meyakini gadis itu.
"Kau sungguh serius?" Joana perlu memperjelas hal ini. Jantungnya tidak aman. Ini kejutan yang sangat luar biasa.
"Tentu saja." Dibelainya pipi Joana dengan lembut. "Apa kau tidak mempercayaiku?"
"Be-berikan aku alasannya." Desak Joana.
"Karena," Nathan membasahi bibirnya, "aku mencintaimu."
Dua kalimat itu berhasil membuat jantung Joana berhenti berdetak sesaat, lalu kembali berdegup sangat cepat. Apakah dia sedang bermimpi? Hei, Nathan baru saja melamarnya, dan pria itu juga mengatakan perasaannya dalam satu waktu.
"Kau mencintaiku?" Kejutan apa lagi ini. Ia masih shock dengan lamaran pria itu, dan sekarang pria itu mengatakan tentang perasaanya.
"Ya, Joana.. aku sudah mengatakan barusan."
"Konsepnya tidak seperti itu Nathan. Kau melamar-ku sebelum kau menyatakan perasaanmu. Bahkan kau tidak menjadikan aku kekasihmu."
"Kita masih bisa menjadi sepasang kekasih setelah kita menikah." Sahutnya. "Bahkan kita bebas melakukan apapun." Kata Nathan dengan senyuman nakal.
"Dasar mesum!" Rona merah muncul di pipinya beruntung kondisi temaram jadi Nathan tidak bisa melihatnya.
"So..." Nathan meraih kedua tangan Joana, menggenggam erat.
Joana mengangguk malu-malu. "Ya Nathan. Aku mau."
Nathan tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Pria itu merogoh saku celananya. Sebuah kotak kecil berisi cincin berlian, dan kemudian ia mengeluarkannya.
"Cincin? ternyata kau telah mempersiapkan semua?"
"Tentu saja." Nathan menarik tangan Joana, "lamaran tanpa adanya cincin, tidak akan lengkap." Pun ia memasukan cincin itu ke jari manis Joana. "Sekarang kau sudah resmi menjadi calon istriku." Nathan menarik Joana kedalam pelukan, menghadiahkan kecupan bertubi-tubi di pucuk kepala gadisnya itu.
pakai lingerie supaya lebih menantang dan makin seru
berapa bahagianya Joana mendapatkan perlakuan manis dan di ratukan oleh seseorang 😍😍😍
othor yang satu ini suka ngasih kejutan olahraga jantung tak terduga.
udah gak kuat ya Nathan lihat yang acak-acakan depan mata,pengennya langsung di eksekusi.
sesuatu yang anuu mana bisa sekali apalagi penganten baru ehhhek selamat kikkukkkk2 Nat Jo pas ini hujan cocok buat berkembang biak 🤣🤣🤣