Dihianati, di Fitnah dan diperlakukan curang oleh orang-orang yang disayangin dan dipercaya membuat kematian Azzura tidak terima dan bersumpah bahwa dendamnya akan terus menghantui mereka yang menyakitinya.
Azzura dihukum mati karena difitnah telah berzina dengan pamannya yang seorang jendral. yang mana sanga Paman juga dihukum mati.
Saat itu Azzura mengucapkan sumpahnya dihadapan para penghianat dengan tatapan mata tajam penuh dendam.
Setelah sadar ternyata dia kembali dikehidupan saat umurnya berusia 15 tahun. Disaat sang Ayahnya akan diangkat menjadi Raja.
Dan dari sinilah balas dendamnya dimulai.
Bagaimana kisah selanjutnya? ayo ikuti cerita Azzura...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon young bee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Azzura berlari kesana kemari dan terlihat sangat sibuk dengan yang lain. Semua orang saling membantu karena orang-orang yang berkumpul sudah sangat banyak jadi mereka sedikit kewalahan.
Pangeran Andres yang ikut turun membantu, sekilas melihat kelincahan Azzura yang ikut sibuk membagikan makanan. Dia tersenyum sekilas dan kembali dengan kesibukannya.
“Apakah semua orang sudah dapat makanan?” Tanya Nyonya Elena yang datang dengan membawa banyak pakaian bekas.
“Sudah Nyonya, semuanya mendapatkan makanan tanpa terkecuali,” Jawab Selir Maya.
“Terima Kasih,” Nyonya Elena tersenyum dan pergi untuk membagikan pakaian seadanya kepada para budak-budak itu.
“Mau kita letakan dimana orang sebanyak ini suami ku?” Tanya Nyoya Elena pada sang suami yang melihat ternyata orang-orang yang diselamatkan suaminya sangat banyak jauh dari bayangan dirinya.
“Aku dan Felix sudah memikirkannya selama perjalanan kembali kesini, mereka akan dipekerjakan di perkebunan gandum dan peternakan kita yang tersebar. Sisanya akan diantar ke Kerajaan Timur. pangeran Andres menyetujui hal ini.” jawab Tuan Cariann.
“Syukurlah,” Lega Nyonya Elena.
Semua orang sudah berkumpul didepan saat ini, karena sudah menjelang malam para pengawal langsung membuat tenda darurat untuk mereka tidur. Azzura duduk menyender ketembok pagar Mansion karena kelelahan, dia juga merapihkan bajunya yang acak-acakan.
Tiba-tiba sang paman memberikan handuk hangat untuk nya. Azzura mengangkat kepala dan melihat Pamannya. “Paman.” Ucapnya tersenyum dan menerima handuk itu.
“Apa kau lelah?” Tanya nya sembari ikut duduk disamping Azzura.
“Tidak terlalu Paman, lelah ku terbayarkan dengan melihat mereka tersenyum.” Azzura memandangi orang-orang itu dengan sendu.
“Azzura, apa kau ada masalah?” Tanya sang Paman yang teringat waktu di arena pacuan langsung memeluknya.
“Ah, sepertinya kau ingat waktu diarena pacuan itu. Tidak ada apa-apa, hanya merindukan kalian saja.” Ucap Azzura sembarangan.
Felix memegang tangan Azzura dengan lembut. “Dengar, jika kau membutuhkan sesuatu beri tahu aku langsung. Aku akan membantu mu dengan senang hati.” Ucap felix tulus.
Azzura tersenyum dan membalas genggaman tangan pamannya itu. “Pasti paman.”
Felix sebenarnya masih muda, dia baru berumur 25 tahun dan belum menikah. Diingatan Azzura dulu. Felix tidak berniat menikah hingga Azzura bisa melenyapkan semua penghianat yang menghancurkan Ayahnya dan membunuh sang Ibu.
“ah, iya sebenarnya ada yang ingin ku tanyakan pada mu,” ucap Azzura tiba-tiba karena mengingat sesuatu.
“Apa itu?”
“Apa kau tahu tanaman Phalaris?” Tanya Azzura pelan.
Felix terkejut Azzura menanyakan hal itu. “Azzura, dari mana kau mengetahui tanaman itu?” tatapnya.
Azzura diam dan menjadi bingung bagaimana dia menjelaskan jika dia mencurigai Selir Luisa meracuni Ayahnya. Dimasa depan Azzura dulu dia mengetahui tumbuhan ini juga dari pamannya. hanya saja dia belum yakin aroma yang diciumnya diruangan sang Ayah itu benar Tumbuhan ini atau bukan.
“Itu… ah iya. Aku membaca buku-buku lama milik kakek. Lalu disitu dikatakan bahwa rumput Phalaris banyak digunakan untuk hipnotis. Apa benar paman?” Azzura mencoba mengarang.
“Ohh… lebih tepatnya ini rumput yang dapat membuat orang bingung karena efek candunya yang tinggi jika dikonsumsi secara rutin.” Jelas singkat sang Paman.
“Memang mengapa kau menanyakan ini?”
“Apa aku boleh melihat rumput ini Paman?” Azzura mencoba merayu.
“Azzura, jangan meminta hal aneh-aneh. Kau masih muda, dan masa depan mu masih Panjang. Jangan kau rusak.” Kesal sang Paman yang langsung pergi.
“Eh, dia marah? Memang salah ku apa.” Bingungnya.
Azzura melihat Pamannya pergi menjauh jadi dia pun memutuskan untuk kembali kemansion dan membersihkan diri dikamarnya. Badan nya sudah terlalu lelah untuk berjalan. Kemungkinan dia juga ingin beristirahat dan langsung tidur. tapi diperjalanan dia bertemu dengan Vanesa.
“Dari mana kau Azzura?” Tanya Vanesa dengan angkuh.
“Bukan urusan mu,” Jawabnya acuh dan tetap berjalan pergi.
“Tunggu!” Teriak Vanesa kesal.
Azzura berhenti tanpa menengok dan Vanesa berjalan kedepan hadapannya. “Sekarang kau sudah berani pada ku Azzura,” Dia menatap tajam mata Azzura.
Selama ini Vanesa bersikap seperti Putri pertama keluarga Cariann, sedangkan Azzura hanya anak manja yang tidak bisa melakukan apa-apa. Ketika Vanesa mengatakan tidak maka Azzura akan menurutinya. Semua perkataan Vanesa adalah perintah yang harus dituruti dan tidak boleh dibantah, jika melakukannya maka Azzura akan dihukum oleh Vanesa.
Sedangkan Azzura sendiri tidak berani membantah apapun yang dikatakan Vanesa dulu.Tetapi sekarang keadaan sudah berbeda, Vanesa saat ini berhadapan dengan Azzura yang sudah menjalani kehidupan yang keras dan juga menyiksa jadi jika bukan Dewa neraka yang mengancam dirinya siapa pun itu dia tidak akan takut.
Azzura mendengar kata-kata Vanesa tersenyum sinis bahkan seperti mengejek. Azzura maju swlangkah dan lebih dekat dengan Vanesa dia membalas tatapannya dengan lebih mengerikan.
“Vanesa, kau harus sadar siapa dirimu, jika kau masih mengancam ku dan bersikap seakan-qkan kau lah Putri Pertama keluarga Cariann seperti ini maka akan kupastikan saat itu juga kau akan menjadi gelandangan.” Ucapnya dengan tatapan seperti ingin membunuh.
Vanesa yang ditatap sebenarnya sangat takut dan tubuhnya gemetar, tapi dia tidak mau menunjukannya dan hanya diam tanpa menjawab.
Azzura merasakan ketakutan Vanesa yang muncul menjadi ingin tertawa. “Cih, hanya berani dimulut tapi kalah juga dengan mulut ku.” Batinnya meremehkan.
“Ah, kakak aku sangat Lelah hari ini. Besok kita mengobrol lagi ya. Dadah…” Azzura tiba-tiba berkata dengan lembut dan manja lalu pergi meninggalkan Venesa yang masih terdiam dengan menyimpan amarah.
Azzura pergi melewati Selir Inez yang tidak jauh berada dibelakang Vanesa tanpa menyapa sama sekali.
“Cih, tidak sopan.” Batinnya dan hanya melirik sekilas.
“Vanesa,” Sapa Selir Inez dari belakang.
Venesa berbalik dan melihat Selir Inez lalu memberi hormat. “Selir,” ucapnya lembut.
“Apa yang kau bicarakan pada Azzura?” Selir Inez penasaran.
Vanesa tentu tidak mau memberi tahu jika Azzura mengancamnya. “Hanya saling menyapa saja Selir,” dengan tersenyum.
“Anda mau kemana?” Alihnya.
“Aku mau kedepan melihat para budak-budak yang diselamatkan Tuan,” Ucapnya.
“Bolehkah ku temani?” Tanya Vanesa sengan manis.
“Tentu,” Jawab Selir Inez dengan tersenyum ramah.
Mereka berdua berjalan menuju pintu gerbang utama, didepan gerbang sensiri ada lapangan yang sangat luas, biasanya itu dipakai jika ada acara-acara besar keluarga Cariann, namun jika tidak dipakai hanya terpampang lapangan yang luas dan gersang.
Mereka memerintahkan pengawal membuka Gerbang tersebut. Selir Ines melihat tenda-tenda besar sudah didirikan dan banyak orang-orang yang lalu Lalang dengan pakaian lusuh dan tidak layak dipandang.
“Aduh, ini pemandangan yang sangat mengerikan,” Dengan menutup hidung nya Selir inez menatap semua orang.
“Mengapa Ayah membawa mereka semua kesini Selir?” Vanesa juga merasa tidak nyaman dengan orang-orang ini.
“Entahlah, ku dengar mereka adalah budak-budak yang diselamatkan oleh Tuan,” jawabnya dengan masih menutup hidung.
“Sudahlah, lebih baik kita pergi dari sini, nanti pakaian kita juga menjadi bau.” ejeknya.