Dear My Ex Husband..
Terimakasih untuk cinta dan luka yang kau beri..
Mario menemukan sepucuk surat dari mantan istrinya sebelum pergi, dua baris kata yang entah mengapa seperti mengandung misteri untuknya..
Mereka berpisah baik- baik bahkan sampai mantan istrinya akan pergi mantan istrinya masih mengungkapkan bahwa dia mencintai Mario..
...
Kebodohan yang Namira lakukan adalah menikmati malam bersama mantan suaminya, hingga Namira menyadari apa yang dia lakukan menyakiti dirinya sendiri.
Apalagi saat mendengar kata- kata dari mantan suaminya..
"Aku harap dia tumbuh, untuk menjadi bukti cinta.." katanya sambil mengelus perut Namira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Papinya Juni
Namira menghela nafasnya saat melihat Juni duduk dengan mainan berserakan di depannya, bocah itu sedang bergumam dan memainkan mainannya.
Namira duduk di sebelah Juni hingga Juni pun menoleh ke arahnya "Mammii.." Namira tersenyum.
"Juni bermain apa?"
"Lobot Mi.."
"Bisa Mami bicara sebentar dengan Juni?"
Juni mengangguk, tapi tetap bermain, anak sekecil itu memang akan mengerti dengan apa yang kita katakan...?
"Jun, kalau seandainya Papi Jun masih ada, Jun suka gak?" Juni mendongak melihat Namira, lalu mengangguk.
"Jun, Mami mau minta maaf, karena Mami berbohong, sebenarnya Papi Jun masih ada.." Juni menatap Namira dalam, dan baru kali ini Namira merasa salah tingkah di tatap Juni seperti itu. "Juni marah gak sama Mami?"Namira berdehem.
Juni masih diam "Maafin Mami ya Jun?"
"Papi Junyi manya Mi?"
"Aa.. ada Papi Jun ada.. hanya selama ini Papi Jun kerja jauhhh banget, jadi dia gak bisa ketemu Juni.."
"Jun mau bertemu?" Juni mengangguk.
"Tapi Jun udah maafin Mami kan?"
Juni menunduk "Maafin Mami ya Jun, suatu saat nanti Juni pasti mengerti kenapa Mami bicara seperti itu.." Namira menghela nafasnya "Kalau Jun, mau bertemu dengan Papi Jun, Mami bisa telepon nih sekarang..?" Juni mengangguk antusias, dan Namira mengulum senyumnya "Okeh.."
Namira merasakan lega di hatinya, biarlah ini menjadi proses pendekatan Juni dan Mario, dia tak bisa lagi menghalangi Mario dan Juni untuk saling mengetahui.
...
Mario bergegas keluar dari rumahnya saat Namira menghubungi dan mengatakan dia sudah menepati janjinya untuk mengatakan sejujurnya pada Juni, dan Mario harap kali ini dia punya waktu lebih banyak untuk Juni.
Mario memacu mobilnya masih dengan mengulum senyumnya, dia akan menemui Juni sekaligus Namira, dan berharap mereka bisa kembali layaknya sebuah keluarga.
Semoga dengan ini Namira dapat memaafkannya, dan mereka kembali rujuk, bolehkah dia berharap begitu..
Juni membutuhkannya dan Namira sekaligus sebagai figur ayah dan ibu, tentu bagus jika mereka kembali bersama.
Di perjalanan Mario melewati toko mainan dan bergegas turun, untuk membelikan mainan untuk Juni, beberapa mainan sudah di tangan, dan kini tinggal makanan kesukaan Juni yaitu eskrim.
Kali ini Mario membeli eskrim spesial dengan toping cake di dalamnya, dan Mario yakin Juni akan menyukainya.
Setelah yakin dengan apa yang dia bawa Mario kembali melanjutkan mobilnya ke rumah Namira.
Tiba disana Mario segera memarkirkan mobilnya di depan rumah Namira, dan bergegas masuk. Saat mengetuk pintu Mario benar- benar merasakan jantungnya berdebar menanti seseorang membuka pintu.
Mario tersenyum melihat Namira membuka pintu sedangkan Namira seperti biasa menampakkan wajah datarnya "Silahkan.." Namira membuka pintu dan Mario bisa melihat Juni sudah berdiri dengan tampan, sepertinya dia baru saja mandi, terlihat dari rambutnya yang sedikit basah dan baru saja di sisir, pakaiannya juga lebih rapi dari biasanya. Wajah Juni juga sudah di bubuhi bedak bayi, dan menampakan wajah lucu dengan beberapa titik putih di wajah namun menambah kesan imut pada bocah berumur tiga tahun itu.
"Hay Jun.." Mario berjongkok di depan Juni "Juni tampan sekali?" Mario merasakan jantungnya berdebar kencang, rasanya dia merasa ingin meledak sekarang.
"Junyi mo ketemu Papii, tata Mami halyus mandyi duyu.." Mario merasakan air matanya menetes begitu saja rasa haru merasuk dihatinya.
"Juni tahu siapa Papi Jun?" Juni menggeleng namun melihat air mata Mario bocah itu mengusap air matanya dengan lembut.
Merasakan tangan mungil mengusap pipinya Mario segera menggenggam tangan Juni "Om, danteng tok nanis..?" Mario mengecup tangan mungil itu dan menepuk dadanya.
"Ini.. Ini.. Papi Juni, Om.. ini Papi Jun!" Mario berkata dengan terbata, sungguh hatinya terasa sesak, kenapa?, kenapa baru sekarang dia tahu bahwa dia memiliki seorang putra.
Juni mendongak melihat Namira yang ternyata juga tak kuasa menahan tangisnya, Namira mengangguk dan Juni dengan perlahan mendekati Mario dan memeluknya, Mario pun hanya bisa tergugu sambil memeluk erat tubuh kecil Juni.
"Maafkan Papi, baru tahu Juni ada.. maaf.." lirihnya, mario tidak menyangka bisa memeluk Juni dan berkata dengan bangga bahwa dirinya adalah ayah Juni, Papinya Juni.
Like..
Komen...
Vote..