Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saling Mencintai
Kini Kinanti dan Gio baru saja sampai di hotel.
"Aku mau mandi, tapi aku enggak bawa baju ganti. Kamu dadakan si nginapnya. Bukan ngomong dari tadi," protes Kinanti.
"Iya, maaf ya. Habisnya, aku takut enggak bisa tidur kalau tidur di sana. Ya sudah sana mandi, enggak perlu pakai baju! Lagi pula, malam ini aku tak akan membiarkan kamu memakai baju apapun," ucap Gio.
"Aku capek, ingin istirahat," rengek Kinanti.
Bukannya Gio, kalau dirinya mengerti. Dia langsung menggendong sang istri ke kamar mandi. Gio langsung melucuti pakaian yang dikenakan sang istri.
"Satu ronde dulu malam ini! Masa iya, sudah jauh-jauh hanya tidur. Kita 'kan lagi usaha, acara segera hadir adiknya kembar," cerocos Gio membuat Kinanti akhirnya mengalah.
Kinanti hanya bisa menikmati sentuhan lembut dari suaminya. Gio berhasil membuat sang istri mende*sah karena ulahnya. Percintaan panas, akhirnya terjadi di kamar mandi.
Tubuh keduanya kini masih berkeringat, dan mereka mencoba mengatur napasnya yang masih terengah-engah. Mereka memilih menyelesaikan mandi mereka dan keluar. Keduanya kini hanya menggunakan Bathrobe.
"Jangan pakai itu! Aku ingin malam ini kamu terlihat polos, memudahkan aku jika aku ingin," ujar Gio.
"Aku ingin tidur! Besok lagi ya! Lagi pula, tadi 'kan sudah. Kamu kuat banget si," ucap Kinanti polos membuat sang suami terkekeh mendengar penuturan sang istri.
Gio langsung membuka bathrobe yang dikenakan sang istri. Dia juga langsung membawa sang istri ke ranjang, dan langsung menyelimuti tubuh istrinya dengan selimut.
"Met tidur istri aku yang cantik! Aku mencintai kamu," ucap Gio sambil memberikan kecupan di kening istrinya. Sikap Gio tentu saja membuat dirinya merasa meleleh, suaminya selalu memperlakukan dirinya dengan manis.
"Kamu enggak tidur?" tanya Kinanti melihat sang suami turun dari ranjang.
"Aku belum ngantuk. Kamu tidur duluan saja ya! Aku masih harus mengecek laporan perusahaan," jelas Gio.
Rasa lelah dan kantuk, membuat Kinanti akhirnya tertidur pulas.
Sama halnya dengan sang ayah yang masih saja sibuk bekerja meskipun sedang berbulan madu. Satria pun saat ini memainkan MacBook yang dibelikan sang ayah.
Dia sedang asyik membuat aplikasi game online. Diam-diam dia mengikuti kompetisi itu. Satria tampak serius. Membuat item-item yang nantinya ada di aplikasi itu.
Terkadang dia merindukan hobinya itu. Semenjak hidup bersama sang ayah, dia sudah tak bisa mengembangkan hobinya yang luar biasa. Satria sudah tak sabar ini pindah ke rumah barunya, nantinya dia akan memiliki kamar sendiri.
Jam menunjukkan pukul 02.00 pagi, Kinanti terbangun dari tidurnya. Melihat sang suami yang masih saja asyik bekerja, memainkan Macbook miliknya.
Kinanti melilitkan tubuhnya dengan selimut, kemudian turun dari ranjang menghampiri suaminya, dan duduk di sebelahnya.
"Kok kamu bangun?" tanya Gio yang kini memandangnya.
"Ingin buang air kecil. Tapi, pas aku bangun, aku lihat kamu belum tidur," sahut Kinanti.
"Em, ya udah deh. Ayo kita tidur. Aku lanjut besok saja," ujar Gio.
"Maaf ya! Gara-gara aku, jadinya kamu harus meninggalkan pekerjaan kamu," ucap Kinanti.
"Kenapa harus minta maaf? Kamu enggak salah kok, 'kan aku yang mau pergi sama kamu. Sudah, enggak usah mikir macam-macam! Kita tidur saja yuk!" ajak Gio.
Kinanti menganggukkan kepalanya. Dia langsung masuk ke kamar mandi, setelah itu membaringkan tubuhnya di ranjang kembali. Gio pun kini sudah berada di ranjang, tidur di sebelah sang istri. Gio memeluk erat istrinya.
"Makasih ya sudah berikan aku kebahagiaan yang luar biasa," ucap Gio sambil mencium pucuk kepala istrinya.
Gerakan sang istri ternyata membangunkan anacondanya. Terlebih posisi mereka sama-sama polos. Sesuai ucapannya, Gio tak memperbolehkan sang istri memakai baju malam ini. Dia pun melakukan hal yang sama.
"Yang, bangun ini," rengek Gio.
"Siapa suruh dekat-dekat aku dan nyuruh aku seperti ini. Emang enak. Aku mau tidur ah, nanti yang ada aku sholatnya kesiangan," ucap Kinanti.
"Yach ... jangan gitu dong! Aku enggak akan bisa tidur kalau bangun gini. Please!" rayu Gio.
Kinanti langsung membalikkan badannya membelakangi suaminya. Tapi, jangan harap bisa menghindar dari sang suami. Tangan Gio kini meraba bukit kembar sang istri dan lidahnya bermain di leher istrinya. Kalau sudah seperti ini, bagaimana Kinanti bisa tidur.
Kinanti mencoba menahan desa*hannya, tetapi bukan namanya Gio kalau dia tak berjuang keras. Gio membalikkan tubuh istrinya, dan kini posisi mereka berhadapan.
"Please, sekali saja! Tadi 'kan mainnya di kamar mandi," rayu Gio dengan wajah mengiba.
Tanpa menunggu persetujuan dari sang istri, Gio langsung melahap bibir istrinya, dan melu*matnya dengan penuh kelembutan. Hingga akhirnya, Kinanti terhanyut. Gio tersenyum, kala sang istri meresponnya.
Kinanti mende*sah kala sang suami bermain di bukit kembar dirinya. Gio mengarahkan tangan istrinya, untuk memegang miliknya yang sudah menegang. Desa*han pun lolos, saat sang istri memijat naik turun.
"Yang, langsung ya?" tanya Gio dan Kinanti hanya menganggukkan kepalanya.
Hingga akhirnya terjadi penyatuan kembali. Tak butuh waktu lama, keduanya mengerang bersama.
Tak terasa saat itu sudah menunjukkan pukul 03.00. Kinanti memutuskan untuk mandi, dan sholat tahajud. 10 menit kemudian, Kinanti keluar dengan menggunakan bathrobe.
"Kamu habis mandi? Enggak tidur?" tanya Gio kepada sang istri.
"Aku mau sholat tahajud. Kita sholat yuk!" ajak Kinanti.
"Aku ngantuk. Nanti saja, pas sholat subuh bangunin," sahut Gio.
"Huh, giliran sudah kesampaian. Coba mandi, pasti langsung segar! Habis itu langsung sholat. Sholat tahajud itu bagus loh! Ayo, jadilah imam yang baik untuk aku dan anak-anak. Semoga, dosa yang kita perbuat dulu, diampuni Allah," jelas Kinanti.
"Giliran aku dong yang permintaannya kamu turuti, masa kamu terus yang keinginannya dituruti," gerutu Kinanti.
"Tapi, aku enggak ngerti caranya Yang. Kamu ajari ya!" pinta Gio.
Kinanti mulai menjelaskan kepada Gio. Tentang niat, tata cara, dan bagaimana pengerjaannya kepada sang suami. Gio tampak menyimak ucapan istrinya.
"Sudah paham?" tanya Kinanti, dan Gio menganggukkan kepalanya.
"Beruntungnya aku memiliki kamu. Sudah cantik, lembut, keibuan, sholeha lagi. I Love You," ucap Gio.
"Iya, sudah sana mandi cepetan! Malu itu di umbar, enggak ada malunya ih. Ya sudah, aku sholat duluan ya," ujar Kinanti.
"Yeay, ngapain aku malu. Sama istri sendiri, lagi pula kamu juga sudah lihat dan merasakan," goda Gio sambil memainkan alis.
"Dasar mesum! Sana mandi! Ternyata aslinya, bukan bawel ya kamu," ujar Kinanti membuat sang suami terkekeh.
Gio akhirnya mandi, dan Kinanti sholat duluan. Setelah selesai, mereka memutuskan untuk tidak tidur sambil menunggu waktu saatnya sholat subuh.
Sambil menunggu up, mampir yuk di karya author Nirwana Asri