Helen terkejut bukan main, ketika pria asing masuk ke kamar hotelnya. Dia sedang tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang diberikan oleh Nicklas Bernando suaminya padanya.
"Kamu dan suamimu ingin seorang anak kan? aku akan membantumu!" ujar pria itu dengan tatapan mengerikan.
Bak sambaran petir di siang hari, Helen tidak menyangka, kalau suaminya akan berbuat seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Moment
"Sudah lebih baik?" tanya Dre membawakan secangkir susu hangat untuk Helen.
Mereka tengah duduk di pinggir pantai, beralaskan sebuah tikar jerami yang memang sudah disiapkan oleh Dre. Menikmati pemandangan pagi menjelang siang di bawah pohon rindang yang tak berbuah.
Helen tersenyum meraih cangkir itu.
"Dre, aku sudah lebih baik. Aku rasa aku harus pulang. Aku tidak mau membuat ibu mertuaku khawatir. Nicklas memang tidak perduli padaku, tapi aku yakin ibu mertuaku pasti mengkhawatirkan aku sekarang. Mungkin dia sudah beberapa kali menghubungi Nicklas"
Helen mencoba bicara baik-baik pada Dre. Dia tahu, Dre terlihat sangat kesal sekali pada Nicklas. Tapi dia juga tidak ingin membuat Anika khawatir. Ponselnya, masih ada di yacht itu, di tas yang dia bawa saat pergi dengan Nicklas. Mungkin Anika masih tidak bisa menghubunginya, dan Helen tahu kalau ibu mertuanya itu pasti juga sangat khawatir.
Dan benar saja, begitu mendengar Helen bicara seperti itu, wajah Dre langsung menjadi tidak senang.
"Tidakkah kamu mau memberi pelajaran pada pria tidak setia itu? atau paling tidak biarkan saja orang tuanya tahu kalau dia hanya memanfaatkan kamu! aku akan atur semuanya, orang tuanya akan tahu siapa anaknya yang sebenarnya"
Sebenarnya Helen juga ingin seperti itu, dia tidak pernah bisa mengungkapkan apa yang terjadi padanya, rasanya dia juga kesal. Dia bahkan lebih merasa khawatir lagi, tentang anak yang akan di akui oleh Nicklas nanti. Tapi rasanya tetap saja, dia mengkhawatirkan anak-anak di panti.
"Dre, semua tidak sesederhana itu. Jika orang tuanya tahu rencana Nicklas terbongkar, apa menurutmu Nicklas akan diam saja. Dia punya uang Dre, punya kekuasaan. Di sini mungkin tidak, tapi saat kembali ke negara kita nanti. Dia bisa melakukan apapun di sana..."
Dre terlihat tidak terima.
"Aku juga bisa!" selanya dengan cepat.
Helen terdiam, semangat dan perhatian Dre, sebenarnya Helen sangat suka. Seolah ada sedikit penghibur di sela beban hidup atas ketidakberdayaan di bawah tekanan Nicklas dan balas budi. Tapi, Helen juga tahu. Dre yang bekerja di tempat seperti itu. Tidak mungkin banyak membantunya. Dia benar-benar hanya berharap, suatu saat jika anaknya memang akan ada nanti, dan di ambil oleh Nicklas. Lalu Nicklas menceraikannya setelah mendapatkan perusahaan ayahnya. Dre bisa menuntut hak asuh atas anak itu. Terlepas bagaimana hasil akhir, dirinya di cap di mata semua orang.
Yang jelas, Helen sungguh tidak rela anaknya di asuh oleh Nicklas dan Moza. Yang jelas-jelas bukan orang tua kandung mereka.
Tangan Helen terangkat, menyentuh lembut wajah Dre.
"Jika jika nanti punya anak, bisakah kamu cari pekerjaan yang lebih baik?" tanya Helen.
Dre meraih tangan Helen itu dengan cepat.
"Tentu saja, percayalah padaku. Aku akan punya pekerjaan yang sangat baik"
Helen tersenyum. Entahlah, meski baru mengenal pria di depannya itu. Rasanya Helen memang lebih bisa percaya, dan lebih merasa aman kalau berada di dekat Dre. Daripada di dekat Nicklas.
"Aku percaya padamu" ucap Helen perlahan.
Dre tersenyum senang. Dia memeluk Helen dengan begitu erat.
"Mau mencoba sensasi membuat bayi di bawah pohon?"
Blush
Baru juga Helen memuji Dre dalam hatinya. Pria itu kembali ke setelah mecummnya.
"Tidak" tolak Helen.
Tapi bukan Dre kalau mudah menyerah.
"Helen, kita coba saja. Mungkin saat membuatnya di ruangan terbuka seperti ini. Anak kita akan lebih bersinar"
Helen mengernyitkan keningnya, itu alasan yang terlalu dibuat-buat. Mana ada hal seperti itu.
"Dre..."
Sayangnya, baru juga Helen mau membantah. Bibirnya sudah di bungkam oleh Dre. Dre mencium Helen dengan begitu cepat, Helen sama sekali tak bisa membuka mulutnya karena ditelan terlalu kuat oleh pria yang entah bagaimana caranya, juga sudah membuka pakaiannya bagian atas dengan sangat cepat.
Nafas Dre begitu memburu, saat Helen menatap mata pria itu. Dre seperti menghipnotisnya dan membuatnya menghentikan gerakan tangannya yang mendorong dada Dre.
Helen bahkan sudah terbaring di bawah pria yang terlihat lebih tampan di bawah pantulan sinar matahari itu.
Rambut bagian depan yang acak-acakan, membuat Helen untuk beberapa saat terkesima.
Namun ketika pria itu ingin menyatukan dirinya dengan Helen. Helen menahan dada pria dengan roti sobek mengkilap itu.
"Dre, ini di luar..."
"Tidak akan ada yang melihat. Percayalah!" ujarnya sembari mencumbu ceruk leher Helen, dan membuat Helen tak bisa membantah lagi.
Pulau itu, adalah pulau pribadi milik Dre. Setiap sudut tepi pantai, di jaga dengan sangat waspada oleh para penjaga tersembunyi. Benar-benar tidak akan ada yang berani melihat apa yang mereka lakukan itu.
Helen mencengkeram kuat punggung Dre. Kepalanya mendongak tinggi ketika pria itu berhasil membuat Helen sampai pada puncaknya untuk ketiga kalinya.
Helen tahu, dia juga bukan wanita yang baik. Hal seperti ini mana bisa disebut wanita baik. Dia sadar akan hal itu. Tapi hidup ini keras, untuk bertahan dan mempertahankan apa yang dia upayakan, Helen harus berkompromi dengan hati nuraninya sendiri.
Dre mengecup begitu lembut kening Helen. Meski sejak satu jam yang lalu, sebenarnya Dre yang bekerja keras. Namun peluh Helen juga tak kalah dari peluh Dre. Senyum bahagia tampak jelas di wajah pria itu.
"Sayang sekali kamu baru sembuh, jika tidak aku bisa memberimu pelayanan ekstra" ujarnya dengan santai.
Helen tak bisa lagi berkata-kata. Sudah satu jam lebih, apalagi yang kurang ekstra.
Sementara dua orang itu tampaknya tengah membuat momen indah bagi mereka. Nicklas justru tengah kalang kabut. Ibunya kembali menghubunginya.
"Bu, untuk apa datang! Helen dia..."
[Dia, dia apa? ini sudah lebih dari 24 jam. Katakan sebenarnya pada ibu. Apa yang sudah terjadi pada Helen?]
Anika bicara dengan nada yang sangat tinggi. Bisa di bilang itu adalah sebuah bentakan pada anaknya yang menurutnya pasti telah membohonginya. Bagaimana mungkin dia tidak bisa bicara dengan menantunya lebih dari 24 jam. Anika benar-benar sudah sangat curiga pada Nicklas.
"Ibu... "
[Katakan pada ibu, apa yang terjadi pada Helen?]
Suara Anika semakin meninggi. Dan itu membuat Nicklas semakin bingung untuk menjawab pertanyaan ibunya. Seolah dia kehabisan alasan. Dan kalau ibunya datang, dia juga sudah tidak mungkin bisa menyembunyikan masalah Helen tenggelam.
"Helen, dia..."
[Nicklas! kamu jangan membuat keluarga Bernando! bicara dengan benar! apa kamu masih laki-laki hahhh!]
Anika nyaris kehilangan kesabarannya.
"Helen, dia tenggelam"
[Apa????!]
***
Bersambung...