Terjerat Pesona Kakak Ipar

"Kak, maaf ya. Kakak harus tidur di kursi. Soalnya kamar rumah kami hanya dua," ucap Sella sebelum dirinya tidur.

"Iya tak apa, aku tak masalah kok. Ya sudah tidur sana, besok pagi kita jalan-jalan yuk!" ujar Bagas dan Sella mengiyakan. Sella pamit untuk tidur.

Saat dulu Bagas masih bersama Disya, Sella 'lah yang mengalah tidur di luar atau Sella tidur sama sang ibu dan sang bapak yang tidur di kursi. Sella sebenarnya merasa kasihan dengan calon suaminya, kursi rumahnya tak empuk seperti sofa di rumah Bagas. Itulah perjuangan sebuah cinta, dimana Bagas harus melakukan hal yang membuat dirinya tak nyaman.

Hal itu membuat Bagas tak bisa tidur. Bagas terlihat duduk termenung, sambil merasakan nyamuk menggigit tangan dan kakinya. Jika dia tak cinta, pasti dia tak akan melakukan hal ini. Sebenarnya Sella sudah menyuruh Bagas untuk tidur di hotel, dia merasa tak tega dengan Bagas. Namun, Bagas menolaknya. Dia tetap kekeh ingin menginap di rumah orang tua Sella.

Rasa lelah dan kantuk, akhirnya membuat dia tertidur pulas. Sella terbangun hendak sholat tahajud, mengambil wudhu di kamar mandi. Senyuman terbit di sudut bibirnya. Sella berniat membangunkan Bagas untuk sholat tahajud.

"Kak, bangun yuk sholat tahajud! Agar keinginan kita dilancarkan." Sella mencoba membangunkan dengan penuh kelembutan.

Bagas perlahan membuka matanya, matanya masih terasa sepet, karena dirinya baru saja tidur. Namun, rasa itu memudar. Karena melihat wanita cantik yang berada di sampingnya.

"Kita sholat tahajud yuk Kak! Agar Allah mengampuni kesalahan yang kita perbuat, dan melancarkan hajat kita," ucap Sella dan Bagas langsung bangkit. Dia langsung mengambil wudhu bergantian dengan Sella.

Suasana seperti ini, tak pernah dia rasakan saat bersama Disya. Sella banyak mengajarkan banyak hal untuknya. Membuat Bagas terus memuji Sella. Mereka memutuskan untuk menunggu azan subuh. Bagas memilih untuk mandi agar bersih, sebelum sholat subuh. Tubuhnya terasa lengket karena di perjalanan. Sella pun sama, memilih mandi. Namun, siapa sangka hal itu membuat Disya salah paham.

Dia mengira, kalau mereka habis melakukan hubungan suami istri lagi. Membuat dirinya meneteskan air matanya, Disya merasa tersiksa dengan perasaannya sendiri. Meskipun bibir berkata sudah mengikhlaskannya, hati tak dapat dibohongi.

"Nak Bagas, mau ikut sholat subuh di mesjid?" tanya Bapaknya Sella dan Bagas mengiyakan.

Pak Susilo merasa senang, karena Sella mampu mengajarkan kebaikan untuk Bagas. Dulu, saat bersama Disya. Bagas terkadang suka melewatkan sholat.

"Aku semakin tergila-gila, melihat kamu memakai baju koko dan peci seperti itu. Wajah kamu lebih terlihat bersinar," puji Sella dalam hati.

Setelah sarapan, Bagas mengajak Sella untuk berjalan-jalan. Awalnya Sella merasa ragu, dia takut dengan tanggapan orang kampung saat melihat mereka jalan berduaan. Hal itu dia bicarakan juga dengan sang bapak, namun sang bapak justru bilang kalau Sella tak pernah merebut Bagas dari Disya.

Dengan menggunakan sepeda motor sang bapak, mereka berdua berjalan-jalan memutari kampung. Benar saja, mereka kini menjadi bahan gunjingan orang-orang yang kenal dengan Sella dan Disya. Sedikit banyak mereka tahu kalau Disya saat ini sudah bercerai.

"Sudah tak aneh, laki-laki model begitu banyak. Waktu cinta, memuja-muja wanita itu. Giliran sudah dapat pengganti, langsung lupa sama istri. Sella, ternyata kamu diam-diam jahat ya. Suami kakak sendiri di rebut, adik macam apa kamu. Dasar wanita tak punya hati, kelihatannya kalem dan baik eh ternyata pelakor. Apa tak malu tuh," sindir Ibu Wati. Hal itu tentu saja membuat Bagas merasa geram.

Bagas memberhentikan motornya, dan meminta Sella untuk turun. Bagas memarkirkan motornya di hadapan orang itu. Sella tampak diam, dan menunduk tak berani menatap Ibu Wati. Rasanya dia ingin berlari meluapkan perasaannya.

"Ibu bisa tidak, menjaga ucapannya? Jika kita tak tahu kebenarannya, jangan merasa paling benar Bu! Lagi pula kenapa sih jadi orang kok usil banget, ngurusin orang. Urus saja kehidupan Ibu sendiri! Dengar ya Bu baik-baik, Sella tidak pernah merebut saya dari sang kakak. Saya peringatkan sama Ibu, jangan pernah sekalipun Ibu mengusik keluarga Pak Susilo, jika Ibu tak mau berurusan dengan saya!" ancam Bagas. Membuat Ibu Wati ketakutan, terlebih Bagas menatap Ibu Wati dengan tatapan yang tajam.

"Ayo Yang, naik!" ujar Bagas.

Sella naik kembali ke motor, Bagas melajukan motor kembali meninggalkan Ibu Wati yang mulutnya masih saja mengoceh, mengumpat Sella.

"Benar 'kan, Kak? Yang selama ini Sella takutkan akhirnya terjadi juga. Sella tak sanggup Kak," ucap Sella diiringi isak tangis.

Bagas menepikan motornya di sebuah gubuk yang berada di tepi sawah. Rumah orang tua Sella masih memerlukan waktu dua jam dari kota Yogyakarta, terdapat di daerah pedesaan. Bagas mengajak Sella untuk duduk dan mengobrol di sana, sambil menikmati suasana pedesaan.

"Dengar ya Sayang, kamu itu tidak pernah merebut aku dari Disya. Kamu tak salah, semua ini murni kesalahan aku dan Disya, kamu hanya terlibat dalam permasalahan kami. Karena aku melakukannya, sebelum aku dan Disya resmi bercerai. Aku memang salah. Namun, Disya yang memulai pengkhianatan. Apa aku tak berhak untuk bahagia? Aku pun ingin hidup bahagia, memiliki keluarga yang harmonis. Jika Disya tak sejalan dengan aku, untuk apa lagi aku mempertahankannya," ungkap Bagas.

"Kak, aku kayanya mau menikah di Jakarta saja. Kakak keberatan tidak, kalau kakak akomodasi semua biaya kedatangan keluarga aku ke Jakarta? Cukup kedua orang tua aku dan Mba Disya. Aku masih belum kuat Kak, kalau keluarga besar aku tahu. Yang penting kita sah saja dulu," ungkap Sella.

Bagas paham, kalau saat ini Sella pasti merasa tertekan dengan hubungan mereka saat ini.

"Iya, Sayang. Tentu saja aku tak akan keberatan. Aku akan mewujudkan semua yang kamu inginkan. Sudah ya jangan sedih lagi, kita lewati semua ini bersama. Maaf ya, sudah membuat kamu berada di posisi sekarang ini. Sebenarnya, aku ingin acara pernikahan kita diramaikan. Aku ingin semua pegawai aku, teman-teman aku, dan keluarga besar aku tahu dan mengenal kamu. Aku merasa bangga memiliki kamu," ucap Bagas.

"Aku sayang banget sama kamu. Sudah ya jangan sedih! Kamu harus kuat, aku yakin semua ini hanya di awal saja kok. Selanjutnya akan biasa saja," ucap Bagas mencoba menenangkan Sella, dan kini Sella sudah terlihat tenang.

"Jika kamu merasa tak nyaman, kita langsung pulang saja hari ini. Setelah aku bicara sama bapak kamu dan Disya. Aku ingin pernikahan kita di percepat, akan aku bicarakan sama kedua orang tua aku," ucap Bagas dan Sella mengiyakan. Sella setuju, kalau mereka pulang hari ini juga.

Sambil menunggu up, mampir yuk di karya author Nirwana Asri