Dengan tatapan dingin dan hati yang kosong, Shin Yu mulai menapaki jalan Kultivator. Bukan demi balas dendam atas kematian orang tuanya, tetapi penasaran dengan arti dari sebuah kehidupan.
Dengan memegang pedang, Shin Yu menghadapi dunia tanpa rasa takut, menjadi bayangan yang tak terkalahkan. Dia menebas musuh-musuhnya tanpa perasaan, tanpa belas kasihan, dan tanpa beban di hatinya.
Shin Yu berjuang di bawah langit yang gelap, melawan siapa saja yang berani menghadangnya. Tidak ada alasan mulia dibaliknya, hanya karena itu yang dia tahu.
Namaku adalah Shin Yu, seorang jenius tak terkalahkan yang akan menjadi puncak dunia.
Baca terus novel ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon XERA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengganggu
"Jadi, bagaimana?" tanya Le Jun, pemuda dengan pedang ganda di pinggangnya.
Ma Hong bersama Shin Yu dan pengawal biro lainnya sedang berkumpul di kedai minuman, suasana di sana cukup ramai dan kebanyakan dari mereka adalah seorang Kultivator.
"Masalah penginapan itu akan diurus oleh pihak keamanan kota, sementara Shin Yu akan didaftarkan menjadi prajurit kota supaya dia bisa mendapatkan tempat tinggal dengan fasilitas yang layak..." jawab Ma Hong dengan tenang.
"Jadi begitu, lalu kapan dia akan dipanggil?"
"Besok."
Le Yun mengangguk beberapa kali, "Shin Yu, apakah kau tidak masalah jika harus menjadi seorang prajurit?"
"Tidak masalah." Shin Yu menggeleng pelan kepalanya, "Lagipula itu cocok untuk aku yang tidak terlalu berbakat menjadi seorang Kultivator."
"Eh, apa maksudnya itu?" ketiga pemuda itu sedikit memasang ekspresi penasaran.
"Paman bilang kalau aku hanya mempunyai dantian berwarna oren, sebuah dantian yang paling rendah di tingkatannya." Shin Yu menjawab dengan ekspresi datar.
Shin Yu sengaja berbohong demikian agar mereka tidak mencoba memeriksa warna dantiannya, akan tambah merepotkan jika mereka tau kalau dirinya mempunyai dantian berwarna emas.
Mereka bertiga saling menatap satu sama lain setelah mendengar itu, suasana menjadi hening selama beberapa saat sebelum akhirnya seorang pelayan datang dan membawakan tiga botol bir.
"Silahkan dinikmati, Tuan-Tuan." pelayan itu tersenyum, kemudian pergi dari sana.
"Akhirnya sampai juga!" Le Yun langsung memecahkan suasana yang hening, lalu mengambil satu botol bir dan meminumnya.
Le Jun juga melakukan hal yang sama, sementara Ma Hong menatap Shin Yu dan berkata sembari tersenyum, "Meskipun kau mempunyai dantian berwarna oren tetapi bukan berarti masa depanmu akan suram, karena ada bakat-bakat lainnya yang bisa dilihat dan membuatmu menjadi seorang Kultivator terpandang. Bahkan jika memang tidak ada, kau tidak perlu berkecil hati karena tidak semua Kultivator berbakat memiliki hidup yang bahagia."
"Aku mengerti." Shin Yu mengangguk pelan, ia jelas mengetahui kalau itu hanya kata-kata penenang saja.
Ma Hong tersenyum tipis, "Omong-omong, kau ingin minum apa? Pesan saja, aku yang akan membayarnya..."
Shin Yu terdiam sejenak lalu memesan minuman untuknya. Mereka semua mengobrol dan menikmati minuman mereka di kedai tersebut.
Setelah malam tiba, Ma Hong menyewa dua kamar di penginapan yang letaknya tidak jauh dari kedai minuman itu. Le Jun dan Le Yun tidur di dalam satu kamar yang sama, sementara Ma Hong akan tidur bersama Shin Yu.
***
Keesokan harinya.
Sebelum kembali ke Pusat Gedung Kota, Ma Hong mengajak Shin Yu beserta kedua rekannya untuk sarapan. Mereka berempat pergi ke kedai makanan yang letaknya bersebrangan dengan penginapan.
Meskipun waktu masih pagi tetapi ada cukup banyak pelanggan yang datang untuk makan, kebanyakan dari mereka adalah pendatang dari luar kota.
Ma Hong bersama yang lainnya duduk di meja paling belakang, lalu mulai memesan makanan yang tersedia di kedai tersebut.
Ketika mereka masih menunggu hidangan makanan datang, seorang pria berbadan besar memukul mejanya dan bangkit berdiri. Tentu saja tindakan yang dilakukan oleh orang itu menarik perhatian semua pengunjung yang ada di sana.
"Oi, bajingan! Kau sengaja menabrakku, ya?!" pria berbadan besar itu tampak marah kepada seseorang bermantel hitam dengan kupluk yang menutupi kepalanya.
"Ups, maaf." ucap pria bermantel hitam itu setelah mendongakkan kepalanya.
"Huh? Apa kau sudah gila?!" pria berbadan besar itu menyentuh pundak lawan bicaranya, "Aku akan memaafkanmu jika kau minta maaf dengan benar dan membayar semua makanan yang telah kupesan."
"Woah, bukankah yang gila itu kau, ya?" pria bermantel hitam itu tertawa pelan.
"Si bangsat ini..." pria berbadan besar itu mengepalkan tangan kanannya dan hendak meninju pria bermantel hitam tersebut, namun tinjunya langsung berhenti saat merasakan Niat Membunuh yang mengerikan keluar dari orang itu.
Satu kedai juga dibuat terkejut dengan Niat Membunuh yang merembes keluar dari tubuh pria bermantel hitam itu, pasalnya Niat Membunuhnya sangat kental sehingga membuat siapa saja yang merasakannya yakin kalau orang itu adalah seorang pembunuh yang mengerikan.
"Mari kita berhenti di sini, aku sedang menjaga sikap di hadapan seseorang. Tolong jangan membuat diriku harus membunuhmu..." ucap pria bermantel hitam itu sambil tersenyum.
Pria berbadan besar itu mundur beberapa langkah dengan keringat dingin yang sudah membasahi tubuhnya, ia langsung menundukkan kepalanya dan kembali duduk di tempatnya setelah mengetahui lawan bicaranya ini adalah orang yang berbahaya.
"Dasar gila, Niat Membunuh itu sesaat membuatku merinding..." Le Jun yang pertama kali memberi komentar.
"Tsk, aku tidak suka dengan sifat bajingan semacam itu." Le Yun sedikit memasang ekspresi tidak senang.
"Sudah, sudah... Jangan lihat dia lagi, tidak ada bagusnya jika melibatkan diri dengan orang sepertinya." Ma Hong menenangkan Le Yun supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, "Shin Yu, apa kau baik-baik saja?"
"Ya." Shin Yu mengangguk kecil, "Apa tadi itu disebut Niat Membunuh?"
"Benar, itu adalah Niat Membunuh. Apa kau pernah merasakan itu sebelumnya?" Ma Hong bertanya, nadanya terdengar penasaran.
Shin Yu pernah merasakannya sebanyak dua kali, yang pertama adalah pada saat seekor Harimau hendak menerkamnya sementara yang kedua ketika seorang bandit memasuki kamarnya sewaktu di penginapan dan dibunuh oleh Liu Kang.
"Ya, aku pernah merasakannya." jawab Shin Yu tenang.
Ma Hong mengangguk beberapa kali mendengar itu dan tidak berniat untuk membahasnya lebih jauh lagi, alisnya kemudian sedikit mengerut dan pandangannya teralih ke arah seorang pria bermantel hitam yang sedang berdiri tidak jauh dari mejanya berada.
"Ada apa?" Ma Hong bertanya, ia memasang sikap waspada.
Pria bermantel hitam itu membuka kupluknya dan memperlihatkan wajah seorang pemuda yang berusia sekitar 20-an, "Namaku adalah Fang Lin, aku di sini ingin mengobrol dengan bocah itu." ucap Fang Lin sambil menunjuk ke arah Shin Yu.
"Huh...?" Ma Hong dan kedua rekannya semakin mengerutkan alis mereka, Shin Yu juga merasa keheranan tetapi ekspresinya masih tetap datar seperti biasanya.
"Ada urusan apa kau dengannya?" Le Yun bangkit berdiri, badannya yang besar membuat Fang Lin harus sedikit mendongakkan kepalanya.
"Bukan sesuatu yang spesial, aku hanya ingin mengajaknya bergabung denganku." Fang Lin tersenyum tipis, senyumnya tampak mengartikan banyak hal.
"Bergabung? Apa maksudnya itu?" Ma Hong bertanya dan ikut bangkit berdiri, ia memberikan tanda untuk Le Yun kembali duduk agar tidak menarik perhatian pengunjung lainnya lebih jauh lagi.
Fang Lin tidak langsung menjawab melainkan mengambil kursi yang tidak jauh darinya dan duduk bersama mereka.
"Terus terang saja, aku ingin membawa bocah itu ke organisasi pembunuh dan melatihnya. Dia mempunyai bakat dalam tidak berekspresi, seperti tadi saat merasakan Niat Membunuhku." Fang Lin memberitahu tujuannya tanpa basa basi sambil tersenyum.
Brakkk!
"Dasar bajingan gila!" Le Yun memukul meja dengan keras, "Kau sudah gila ya, huh?"
Niat Membunuh Le Yun keluar dari tubuhnya, tapi itu tidak berlangsung lama setelah Ma Hong mencoba menenangkannya.
"Sejak awal Dunia ini memang sudah gila, wajar jika orang-orang yang tinggal di dalamnya juga ikut gila." Fang Lin tampak tenang dan tertawa pelan seperti kebiasaannya.
"Sayang sekali, tapi kami tidak bisa mengizinkanmu membawa anak itu." Ma Hong menggeleng pelan, "Dia sudah terdaftar menjadi prajurit kota ini, selain itu dia sama sekali tidak cocok menjadi pembunuh karena bakat kultivasinya sangat rendah."
"Sangat rendah? Oren, ya?" Fang Lin menatap Shin Yu, lalu mengangkat sudut bibirnya, "Itu tidak masalah, bakat kultivasi bukanlah segalanya meskipun segalanya dilihat dari sana."
"Tapi tetap saja kami tidak bisa mengizinkanmu..." Ma Hong membalas dengan cepat.
"Oh, ayolah... Kalian tidak punya hak untuk melarangnya. Dia adalah anak yang kalian temukan saat perjalanan mengawal, bukan? Pamannya telah mati saat bandit menyerang penginapan yang mereka tempati, lalu orang tuanya juga sudah tidak ada. Itu artinya, dia adalah anak tanpa memiliki wali." ucap Fang Lin dengan santai.
"Hei, jangan melewati batas." Le Jun yang sedari tadi menyimak dalam diam menunjukkan reaksi marah, tidak hanya dia saja tetapi Ma Hong dan saudara laki-lakinya juga sama.
"Melewati batas? Lucu sekali, aku hanya mengatakan kebenaran saja, selain itu dia juga tampak tidak peduli dengan ucapanku." Fang Lin menatap Shin Yu yang ekspresinya terus datar, "Kuyakin kau sudah mendengar semuanya, bagaimana tanggapanmu?"
Shin Yu tidak langsung menjawab melainkan berpikir sejenak agar tidak ada kesalahan dalam kata-katanya.