Ratu Esme Coventina Vasilica dieksekusi oleh suaminya sendiri, Raja Stefan Vasilica karena dituduh membunuh anak raja.
Anak raja yang berasal dari selir Jenna itu akan jadi putra mahkota dan akan duduk di tahta selanjutnya. Keputusan itu diambil karena Ratu Esme dinyatakan oleh tabib tidak akan bisa mengandung selamanya alias mandul.
Karena dianggap membunuh keturunan raja, Esme yang merupakan seorang ratu tetap tidak lepas dari hukuman.
Namun ketika ekseskusi akan dimulai, sebuah senyum licik dari Jenna membuat Esme merasa bahwa semua ini tidak lah benar. Dia sendiri tidak pernah merasa membunuh anak dari suaminya itu.
" Jika aku diberi kesempatan untuk hidup kembali, maka akan ku balas semua rasa sakit dan penghinaan ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 26
Mental Jenna sungguh sangat berbeda dengan Esme. Jika Esme memang digembleng sedari kecil dengan pelajaran dan setelah remaja mulai dengan pekerjaan, maka tidak dengan Jenna. Jenna hidup dengan lingkungan bangsawan yang membuat wanita tidak melakukan apapun. Mereka hanya pergi berpesta, belajar pun juga sebatas tata krama dala pergaulan bangsawan.
Adapun belajar tentang urusan rumah tangga itu hanya sambil lalu saja. Wanita yang pada masa itu dianggap hanya sebagai hiasan katanya tidak perlu terlalu pintar. Yang penting bisa memberi keturunan, itu adalah pencapaian yang luar biasa. Wanita juga tidak perlu berpolitik, cukup duduk di rumah.
Namun tidak semua setuju dengan itu, sebagian wanita juga memiliki cita-cita yang dianggap di luar nalar. Salah satunya menjadi kesatria dan pegawai pemerintahan. Lalu munculnya Esme sebagai Ratu yang memiliki banyak keahlian semakin membuat para wanita memiliki keinginan lebih untuk belajar.
Perjalanan Esme tentu tidak mudah, dia harus mendapat banyak ketidakpercayaan dari banyak pihak. Tapi semua terdiam ketika Esme berhasil. Meskipun begitu, sebagian orang tetap tidak menyukainya, salah satunya adalah Marquis Rosen Arcarito. Dia menganggap Esme sebagai pengaruh buruk. Karena Esme, Raja Stefan tidak memiliki kendalinya sendiri.
"Lady, apa Anda tidak penasaran dengan apa yang terjadi di istana Vasilica?"
"Tidak Daria, setelah aku keluar dari sana, aku sama sekali tidak ingin tahu tentang apapun yang terjadi di istana itu. Biarlah itu jadi urusan orang-orang yang ada di dalam sana. Aku pun juga akan menikmati hidupku di luar sini."
Daria mengangguk paham, awalnya dia ingin bercerita tentang apa yang ia dengar dari beberapa teman yang masih ada di istana. Tapi mendengar jawaban dari Esme, Daria pun memilih untuk mengurungkan niatnya itu.
Saat ini rombongan mereka tengah beristirahat di sebuah penginapan. Beruntung kota mereka bisa sampai di sebuah kota saat malam tiba. Jika harus menginap di hutan atau jalan yang kanan kirinya hutan, dikhawatirkan ada sesuatu yang tidak diinginkan. Baik itu monster atau kawanan bandit.
Untuk bandit mungkin Esme dan Paul masih bisa mengatasinya, tapi untuk monster mereka berdua tidak yakin bisa. Pasalnya mereka tidak pernah menggunakan pedang untuk melawan monster satu kali pun.
"Istirahatlah Daria, perjalanan kita masih lumayan lama."
"Anda juga Lady."
Keduanya tidur di kamar yang sama. Sedangkan Paul di kamar lain bersama e kestaria lainnya. 3 kesatria yang ikut serta iyu bergantian menjaga pintu kamar Esme. Meskipun Esme mungkin hanya putri seorang Count, namun dulu dia pernah menjadi ratu selama bertahun-tahun. Dikhawatirkan ada yang jahat yang mengenali Esme.
Kreeek
Esme yang baru saja memejamkan matanya mendengar sebuah suara. Suara itu entah berasal dari mana, Esme mencoba menajamkan pendengarannya.
Tap sreeek
Lagi, suara itu terdengar kembali. Kini Esme tahu kalau suara tersebut dari arah jendela dan bukannya dari pintu.
Esme memegang erat pedang yang ia simpan di sampingnya. Ya dia membawa pedang miliknya selama perjalanan ini berlangsung. Dan pedang itu adalah satu-satunya barang dari istana yang dia bawa. Esme bahkan meninggalkan semua perhiasannya.
Bukan tanpa alasan Esme membawa pedangnya. Pedang itu adalah pedang dari mendiang ratu terdahulu. Ratu Vasilica pernah menasihatinya bahwa dia harus menjadi wanita yang pintar dalam segala hal. Tidak hanya berpolitik tetapi juga harus bisa menggunakan pedang.
Setelah itu, Esme berlatih pedang dengan giat. Dan pedang pemberian dari Ratu Vasilica terdahulu menjadi benda berharganya. Beruntung Stefan tidak mempertanyakan apapun soal pedang tersebut.
Kreeek
"Apa mungkin pencuri?"
Esme bangun dari ranjang secara perlahan. Dia tidak ingin membangunkan Daria. Karena jika dia Daria bangun dikhawatirkan dia akan ketakutan dan histeris.
Namun Esme juga bukannya bodoh, dia memanggil kestaria yang berjaga di depan pintu. Kemapuan berpedangnya mungkin lumayan, tapi belum tentu mampu menghadapi pencuri yang ada di luar.
Krieeet
"Ada sesuatu di luar."
" Baiklah, saya akan memeriksanya Lady. Sebaiknya Anda sedikit ke belakang. Lady Daria juga sebaiknya dibangunkan."
Es e mengangguk, kini dia memang harus membangunkan Daria. Awalnya Daria terkejut, namum dia bisa diajak kompromi sehingga tidak berteriak ataupun bicara keras.
Esme dan Daria berada di belakang kesatria. Dan saat kesatria itu berjalan menuju pintu, sebuah pedang muncul dari luar, memecahkan kaca jendela.
Krompyang.
Sreeet
"Lady, sebaiknya Anda keluar dan membangunkan kesatria yang lain."
Esme melakukan apa yang dikatakan oleh kesatria. Namun mengingat orang itu cuma sendiri, Esme pun meminta Daria yang pergi.
"Cepat bangunkan Paul, aku akan membantunya,"
Dari tidak bisa menolak, dia sadar dirinya tidak memiliki kemampuan apapun. Jadi lebih baik patuh dengan apa yang diintruksikan oleh Esme.
"Lady?"
"Aku akan membantumu di sini."
Drap
Braak
"Ohooo sudah ku duga pasti seorang bangsawan. Bagi sedikit koin emas yang kalian miliki. Itu lebih baik dari pada nona kalian tergores bukan? Atau Nona, maukah bermain dengan kami?"
"Jangan lancang!"
Cuih
Hiyaat
Trang trang trang
Dugh dugh dugh
Adu pedang antara kesatria, Esme dan para pencuri itu tak terelakan. Padahal Paul sudah mencari tempat yang aman dan nyaman untuk mereka menginap malam ini. Namun siapa sangka akan ada pencuri yang masuk.
5 lawan 2 memang tidak seimbang, namun tidak lama Paul datang bersama 2 kesatria Coventina lainnya.
Trang trang
Bruuk
Klontang
Pyaaar
Semua barang-barang di kamar itu hancur kerena perkelahian kubu Esme dan kubu pencuri. Setelah beberapa saat, para pencuri tersebut berhasil di bekuk.
Keributan yang ada di kamar Esme memancing beberapa orang yang menginap. Mereka terbangun dan terkejut dengan apa yang mereka lihat. Pun pemilik penginapan, dia tidak tahu kalau ada kejadian seperti di tempat miliknya.
"Apa-apaan ini!"pekiknya keras.
"Saya yang seharusnya bertanya Tuan Pemilik Penginapan, bagaimana bisa ada pencuri di kamar Lady saya. Sungguh hal yang mengecewakan. Anda berkata tempat ini aman dan nyaman, tapi apa yang terjadi sekarang. Lady saja mungkin saja bisa kehilangan nyawa oleh ulah pencuri itu."
Gluph!
Pemilik penginapan menelan saliva nya dengan susah payah. Dia tidak tahu jika keributan itu ulah para pencuri. Wajahnya pun seketika pucat dan tampak bingung.
"Malam ini juga kami keluar dari tempat ini. Sebaiknya lain kali bicara lah yang benar. Jika memang tempat ini banyak pencuri, lebih baik katakan sejujurnya. Paling tidak kami bisa lebih berjaga-jaga dan juga berhati-hati."
Paul terlihat sangat kesal. Dia kemudian membawa Esme dan yang lainya pergi dari tempat itu sesegera mungkin.
Mungkin lebih baik tidur di kereta kuda dari pada di penginapan yang malah jadi target dari para pencuri.
"Maaf Esme, seharusnya aku mencari tempat yang lebih baik."
"Tidak masalah Paul, hal seperti ini pasti akan terjadi. Tidak ditempat ini, maka bisa juga di tempat lain."
TBC
sekarang daku malah tidak sabar nungguin kebenaran tentang dirinya yang mandul, dan si jenong hamil mungut kecebong seorang budak /Sly//Smirk/