Aira harus memilih di antara dua pilihan yang sangat berat. Di mana dia harus menikah dengan pria yang menjadi musuhnya, tapi sudah memiliki dirinya seutuhnya saat malam tidak dia sangka itu.
Atau dia harus menunggu sang calon suami yang terbaring koma saat akan menuju tempat pernikahan mereka. Kekasih yang sangat dia cintai, tapi ternyata memiliki masa lalu yang tidak dia sangka. Sang calon suami yang sudah memiliki anak dari hubungan terlarang dengan mantannya dulu.
"Kamu adalah milikku, Aira, kamu mau ataupun tidak mau. Walaupun kamu sangat membenciku, aku akan tetap menjadikan kamu milikku," ucap Addriano Pramana Smith dengan tegas.
Bagaimana kehidupan Aira jika Addriano bisa menjadikan Aira miliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Yang Mengerikan part 1
Danu, Aira dan Niana bercanda satu sama lain. "Ai, Kak Danu senang melihat kamu bisa kembali tersenyum seperti ini. Percayalah jika Tuhan akan memberikan hal kebaikan untuk orang yang baik seperti kamu." Tangan Kak Danu menepuk pelan kepala Aira. Dia memperlakukan Aira seperti adiknya.
"Terima kasih, Kak Danu. Setiap apa yang Kak Danu katakan selalu membuat hati tentram dan nyaman."
"Aku senang bisa membuat orang lain bahagia.
Acara itu berlangsung sampai malam. Sasa tiba-tiba membawa nampan berisi banyak gelas minuman.
"Es Timun suri buatan Kakak ganteng. Tadi Danu sampai pinjam dapur restoran untuk membuat ini semua."
Semua dibagi satu persatu. Danu ikut membagikan gelas es timun surinya.
"Kak Danu itu baik banget ya, Ai, cuma sayang dia sudah punya pacar."
"Memangnya kalau tidak punya pacar, kamu mau pacaran sama dia?" Aira menghabiskan minumannya.
"Mungkin, Ai, tapi jika aku tidak bertemu kakak kamu lebih dulu." Niana terkekeh.
"Na, memangnya sudah sejauh apa hubungan kamu dengan kakakku?"
Niana terdiam sejenak dan dia melihat dengan wajah yang Aira tidak tau maksudnya. "Aku jalani dulu saja sama kakak kamu, tapi Mas Arlan bilang jika aku mau dikenalkan kepada kedua orang tua kamu nanti jika aku sudah lulus kuliah."
Aira mendelik mendengar apa yang dikatakan oleh Niana. "Ai, kira-kira mama kamu marah tidak kalau aku dengan Mas Arlan?"
Aira gantian terdiam sejenak. "Aku tidak bisa menjawab, Na. Mamaku itu orangnya susah ditebak soalnya, dan tidak ada yang tau isi hatinya."
"Kenapa aku merasa jika mama kamu tidak bakal menyukaiku, Ai, apa lagi aku anak orang tidak punya, walaupun aku sudah sahabatan lama sama kamu."
Aira memeluk sahabatnya Niana dengan hangat. "Kamu beneran suka sama kakak aku?"
"Aku suka sama mas Arlan dari dulu, Ai, hanya saja aku tidak berani mengungkapkan, apa lagi Mas Arlan pacarnya kamu tau sendiri."
"Kamu tenang saja, nanti aku akan bicara sama mamaku."
"Terima kasih, Ai. Ai, aku izin ke kamar dulu ya?"
"Kamu kenapa?"
"Sebenarnya dari tadi kepalaku pusing. Sebelum kita studi tour aku beberapa hari jarang tidur, soalnya membantu ibuku yang mau jualan. Mungkin sekarang ini capeknya keluar"
"Kalian sedang bisik-bisik apa? Aku ikut boleh tidak?" Tiba-tiba Kak Danu ada di sana dengan dua tangan membawa gelas berisi es timun suri. "Mau nambah tidak? Ini es terakhir, mumpung masih ada dan aku sisakan untuk kalian berdua," bisiknya.
"Aku mau, Kak! Kebetulan es aku habis."
Kak Danu memberikan pada Aira. "Kak, aku mau izin ke kamar dan beristirahat. Kepala aku pusing, Kak."
"Kamu sakit? Mau aku antar ke klinik dekat sini, Na?"
Niana langsung menggeleng. "Aku mau istirahat saja di kamar, Kak. Aku izin tidak ikut acara di sini."
"Kalau begitu biar Aira yang mengantar ke kamar kamu."
"Tidak perlu, Kak. Aku ke atas saja sendiri." Niana beranjak dari tempatnya dan dia menuju lift untuk naik ke atas kamarnya.
Acara kembali dilanjutkan dan tidak lama Kak Danu menghampiri meja Aira kembali. Dia menyuruh Aira ke kamarnya saja untuk melihat Niana.
"Terima kasih kalau begitu, Kak Danu. Aku sendiri entah kenapa, badanku rasanya tidak enak?" Aira pun tiba-tiba merasakan tidak enak dengan dirinya.
"Kalau begitu kamu kembali saja ke kamar, aku juga mau ke kamarku karena ada yang tertinggal di kamarku."
Mereka berdua naik ke dalam lift. Kamar Kak Danu dua lantai dari kamar Aira. Di dalam lift Aira semakin merasakan hal yang tidak nyaman dengan tubuhnya.
Dia terlihat gelisah, mencengkeram erat bajunya untuk menahan sesuatu yang tidak pernah dia rasakan.
"Aira, kamu kenapa?"
"Tidak apa-apa, Kak Danu." Aira semakin tidak karuan tubuhnya. Danu perlahan mendekat dan mendekatkan tangannya pada dahi Aira.
Aira malah menggenggam tangan Danu. "Aira, kamu yakin tidak apa-apa?"
"Ehem!" Kesadaran Aira agak mulai menghilang sekarang.
Pintu lift sudah terbuka. Danu membantu Aira keluar dari lift. Tangan Aira bergelayut pada pundak Danu.
"Aira? Apa gadis yang bersama pria itu adalah Aira? Tapi kenapa Aira bukan bersama Dewa?" Addrian yang berada di depan pintu kamarnya setelah bersenang-senang dengan temannya tampak tidak percaya melihat Aira dengan pria lain.
"Aku akan membantu kamu menghilangkan rasa yang tidak enak ini, Aira," ucap Danu lembut sambil mendaratkan kecupan pada dahi Aira yang bersandar pada pundaknya. Danu dan Aira berjalan melewati Addrian yang masih berdiri melihat mereka.
"Apa maksud ucapan pria itu? Sepertinya ada yang tidak beres." Addrian berjalan mendekati Danu dan Aira dari belakang. Danu membuka pintu kamarnya dan dengan cepat Addrian memukul kepala Danu dari belakang dengan vas bunga yang ada di atas meja dekat lorong.
Danu jatuh pingsan dan dengan cepat dia membawa tubuh Aira dengan sempoyongan setelah menutup pintu kamar Danu.
"Aira bangun?"
"Tolong ak, tubuhku sangat tidak enak. Aku sangat tersiksa."
"Tersiksa? ****! Dia kenapa?"
Addrian mengambil ponselnya untuk menghubungi Kenzo, dia mau tanya pada Kenzo nomor kamar Aira.
"Baterai ponselku kenapa habis? Aduh! Pusing sekali kepalaku." Addrian memutuskan membawa Aira ke kamarnya saja untuk mencharger dulu ponselnya agar bisa menghubungi Kenzo.
Aira diletakkan di atas tempat tidur dan Addrian duduk di tepi tempat tidur untuk memijit kepalanya yang pusing karena minuman yang tadi dia minum dengan teman-temannya.
"Mas, aku mau kamu. Tolong hilangkan rasa tidak enak ini." Aira tiba-tiba bangkit dan memeluk tubuh Addrian dari belakang. Mengecupi tengkuk dan leher a
Addrian. Addrian yang memang sedang terpengaruh minuman juga menikmati kecupan lembut Aira.
"Aira, apa yang kamu lakukan?"
"Aku menginginkan kamu." Sekarang Aira berpindah tempat dan duduk di pangkuan Addrian dengan kedua kaki melingkar pada pinggang Addrian. Addrian melihat lekat wajah gadis yang membuatnya tidak bisa tidur dan mengganggunya beberapa hari ini.
"Kamu cantik sekali, tapi sayang kamu bukan milikku, Aira."
"Aku milik kamu." Aira malah mengecup bibir Addrian dengan agak liar.
Addrian yang masih tersisa sedikit kesadarannya berusaha menolak, tapi Aira seolah tidak memberinya kesempatan untuk menolak.
Aira benar-benar tidak dapat mengendalikan dirinya. Sesuatu yang diminum oleh Aira sangat kuat bisa membuat Aira lupa siapa dia selama ini.
"Aira, apa yang kamu lakukan?" Addrian mencoba menyadarkan Aira bahkan dirinya sendiri.
"Lakukan sesuatu dan hilangkan rasa ini," ucapnya parau.
Sekali lagi Aira mengecup bibir Addrian dan sekarang tangannya malah menarik baju Addrian dan membukanya ke atas. Aira menindih tubuh Addrian di bawahnya. Addrian pun akhirnya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri membalikkan tubuh Aira ke bawah dan melepas kancing baju Aira.