Aisyah seorang gadis lembut nan ramah, dihadapkan pada kenyataan harus menikah di umur yang sangat muda. Ia terpaksa menerima lamaran dari seorang pemuda yang katanya, hanya dialah seorang pemuda yang bisa menerima dirinya apa adanya.
Padahal kenyataannya berbanding terbalik seperti yang dikatakan oleh pemuda itu.
Aisyah terlahir dari seorang wanita yang mengalami gangguan jiwa. Ia dilahirkan oleh seorang ibu yang penyakitnya tiba tiba saja kambuh, jika ada orang yang menyebutnya sebagai wanita pembawa sial.
Aisyah mengalami ketidak Adilan ketika ia masih kecil sampai ia tumbuh remaja. Belum kering luka lama yang digoreskan karena ia terlahir dari seorang wanita gangguan jiwa, kini ia dihadapkan pada kenyataan, jika dirinya harus menyandang status janda diumurnya yang masih sangat muda.
Pernikahan nya harus kandas tepat dua hari pernikahan nya.
Inilah kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke pasar
Setelah berbicara dengan Airin, kini Rani sedang berada di kamar Bude Nia alias mama mertua nya.
Rani berdiri di hadapan bude Nia, dengan bude Nia tangannya terus saja bergerak melumuri tubuhnya dengan lotion.
''Ada Apa Mama panggil Rani? Ada yang bisa di bantu??'' tanya Rani masih dengan berdiri.
''Ya, mama ingin menyuruh mu berbelanja ke pasar untuk bahan makanan pokok kita selama sebulan. Semua stok telah habis, baru saja Mbak Dewi memberi tahu kepada Mama. Kamu mau kan membantu pekerjaan mereka untuk belanja di pasar? Soalnya semua Mbak dirumah ini sedang ada pekerjaan lain. Kalaupun kamu tidak mau, tidak apa-apa. Biar nanti Mama aja yang kepasar bersama Airin.'' ucapnya masih dengan tangan bergerak melumuri kulitnya dengan lotion.
Rani menerima nya dengan tersenyum. ''Ya, Rani mau kepasar. Mama dirumah saja, istirahat. Kan luka Mama belum sembuh, biar Rani saja!'' sahutnya dengan senang.
Bude Nia menoleh padanya. ''Baiklah. Itu semua catatan keperluan dapur selama sebulan. Dan ini uangnya. Mama harap, kamu bisa membagi-bagi nya dengan baik. Mana yang bisa di beli dan mana yang tidak. Mulai sekarang tugas itu, akan menjadi tugasmu di rumah ini. Kamu paham??'' tanya nya sembari menatap Rani. Tangannya pun bergerak mengambil segepok uang dan diberikan kepada Rani serta secarik kertas yang berisikan semua bahan keperluan dapur selama sebulan.
Rani mengangguk. ''Iya, Ma. Rani akan menjalankan amanah Mama ini dengan baik. Kalau begitu Rani pamit mau ke pasar. Mari Ma.. assalamualaikum..'' imbuhnya sembari berlalu meninggalkan wanita tua yang tersenyum smirk di sana.
Kamu pikir, aku Sudi menerima mu disini?? Heh! mimpi! Tunggu saja nanti pembalasan ku! kamu belum tau siapa aku! Aku! Rasnia Rustamsyah! tidak ada yang bisa menghalangi ku, jika aku sudah punya kemauan! termasuk suamiku!
Apalagi kau! hanya seonggok sampah yang sengaja di kutip oleh anakku! Dasar anak durhaka! berani-beraninya kamu menikah dengannya tanpa izin Mama! Jangan salahkan Mama jika kamu yang akan menanggung akibatnya!
Gumam wanita tua itu di dalam hatinya sembari ia tersenyum smirk. Ia tersenyum mengejek pada Rani.
Sedangkan Rani, setelah mendapat amanah dari Mama mertuanya, ia bergegas Ke pasar ditemani supir pribadi keluarga Rustamsyah.
Rani menolak, pak supir tetap memaksa karena mengingat pesan Reza tadi. Jika Rani ingin keluar belanja atau Kemana pun, ia harus mengantarkan majikannya itu selamat sampai ditujuan.
Rani hanya bisa pasrah.
Empat puluh lima menit kemudian, Rani telah tiba dipasar. Ia masuk ke dalam pasar itu dan berbelanja kebutuhan dapur.
Mulai dari beras, minyak makan, gula pasir, kopi, teh, dan masih banyak lagi. Rani rela berbecek ria di dalam pasar itu.
Dua jam lebih Rani berbelanja. Kakinya terasa pegal, saat berjalan. Ia duduk sebentar di kedai penjual minuman dingin.
Yaitu es campur dan es koteng. Dirinya begitu haus, ia memesan hingga dua gelas es campur dan es koteng. Rani meneguk dua gelas es koteng sekaligus.
Pak supir yang melihatnya terkekeh.
''Haus ya Neng...'' tegurnya sambil terus tersenyum.
''Iya Pak! ayo mari sini duduk! saya sudah pesankan untuk Bapak!'' imbuhnya sembari mendorong gelas yang berisi es koteng itu kepada pak supir.
Pak supir terharu. Matanya berkaca-kaca.
Pantas saja den Reza sangat peduli kepada Neng Rani. Wong dianya sangat baik seperti ini?? Seharusnya yang jadi suami Neng Rani itu den Reza.. hahhh.. memang sudah takdir! Tak bisa di ubah. Jika memang mereka berjodoh, pasti akan di persatukan.
Semoga kamu selalu bahagia Neng.. doa nya dalam hati.
Setelah nya mereka berdua bergegas memasukkan semua barang belanjaan ke dalam bagasi mobil.
Saat Rani ingin masuk ke mobil, ia kebelet.
''Pak! tunggu sebentar ya? saya mau ke toilet dulu! mau buang air kecil!'' ucapnya dengan sedikit meringis karena malu.
Pak supir mengangguk kan kepalanya.
''Bapak tunggu disini ya Neng.. jangan lama-lama. Nanti kita kena damprat nyai menir!'' imbuhnya dengan sedikit terkekeh.
Rani pun terkekeh. ''Ya, hanya sebentar kok!'' sahutnya, dengan segera berlalu ke toilet.
Saat ia kembali dari toilet, ia melihat supir keluarga suaminya sudah tidak di tempat. Rani bingung. Saat ia dilanda kebingungan, masuk notifikasi pesan WhatsApp ke ponselnya.
Pak supir.
Neng.. bapak pulang duluan ya .. nyai menir nyuruh Bapak duluan pulang, karena beliau mau pergi. Neng tenang aja.. nanti akan ada yang menyusul Neng kesana. Tunggu aja!
Setelah membaca pesan dari pak supir, Rani menarik nafas lega. Kemudian ia menunggu disana. Tempat dimana tadi ia duduk bersama dengan pak sopir.
Rani memesan lagi es campur nya. Dan ia duduk termenung disana. Karena tidak tau harus berbuat apa, Rani membuka aplikasi novel online yang berwarna biru.
Ia tersenyum saat membaca novel itu. Saat sedang asyik membaca, tiba-tiba dari belakang ada seseorang yang menubruknya.
Brukkk
''Aduh!''
''Astaghfirullah!'' kejut Rani. Reflek saja ia hampir terjungkal ke depan jika tidak pemuda itu memeluknya dari belakang.
Sadar akan dirinya di peluk oleh lelaki asing, Rani menggeliat. Namun sayang, pemuda itu bukan malah melepas nya. Tapi memeluknya semakin erat.
Rani risih. ''Maaf mas, bang! atau pun siapapun ini! tolong lepaskan saya! awas! jangan memeluk saya seperti ini! nanti bisa menimbulkan fitnah! lepas ih!'' gerutunya pada pemuda itu.
Bukannya melepas malah pemuda itu semakin memeluk nya erat. Rani semakin gencar melepas rangkulan tangan pemuda itu dari perutnya.
Mereka saling berebut ingin melepas dan mempertahankan. Hingga Bapak pemilik warung es itu menegur mereka.
''Maaf Neng.. jika ingin berduaan jangan disini atuh.. malu di lihat orang.. tuh coba lihat, pada liatin Eneng terus dari tadi??'' imbuh pemilik warung itu.
Rani mendelik melihat pemuda itu. Sedang yang di tatap tersenyum menggoda.
''Udahlah sayang.. ayo kita kesana.. kamu kok marah sih sama mas?? ayo..'' ajaknya sembari memeluk Rani dari belakang dan terus membawa Rani dari sana.
Rani menolak dan terus saja bergerak paksa. Sedangkan rangkulan itu, bukan malah terlepas, tapi malah lebih kuat. Hingga Rani merasa kan sakit di perutnya.
''Lepas ih! kamu siapa sih?! berani-beraninya kamu memeluk saya?! hah?!'' sentak Rani.
Pemuda itu malah tertawa. ''Tenang sayang.. kita akan berpesta hari ini.. majikan mu telah menjual tubuh mu pada saya untuk dinikmati!'' sahutnya.
Membuat Rani terkejut. Sedangkan pemuda itu tertawa puas.
''Hahaha.. Jangan kaget gitu sayang.. mulai sekarang! kau adalah mikikku! paham?!'' ucap pemuda itu begitu dingin.
Rani bertambah terkejut dengan ucapan pemuda itu. Dalam hati, ia terus berdoa berharap ada seseorang yang menolongnya.
💕
TBC
Assalamualaikum Thor lanjuuut...