🔥🔥🔥 Harap bijak dalam membaca.
Airin, kembang desa yang merantau ke ibu kota dan bekerja sebagai pelayan di bar membutuhkan biaya untuk operasi sang ayah, ia terpaksa menjual keperawanannya kepada Gara Emanuel. Laki-laki kaya raya yang hampir setiap malam menghabiskan waktunya di bar dengan para wanita.
Sejak kejadian malam itu, Airin memutuskan untuk berhenti bekerja dan membuka usaha toko bunga yang tak jauh dari kantor milik Gara.
Dan tak lama setelah kejadian itu, Airin pun dinyatakan HAMIL, dan itu membuat Airin sangat shock dan terpukul.
Sejak Gara mengetahui jika Airin pemilik toko bunga tersebut, ia setiap hari memperhatikan gadis yang pernah ia tiduri itu semakin lama perutnya semakin membesar, dan disitulah Gara curiga jika Airin hamil darah dagingnya.
Gara memutuskan mencari tahu semua tentang Airin dan siapa suaminya saat ini.
Apakah Airin memang sudah menikah atau masih sendiri?
Apakah yang di kandung Airin itu anaknya Gara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyonya_Doremi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Hai, kenapa kau yang sewot sih? Tuan Leon saja tidak mempermasalahkannya," sela Airin yang dari tadi menyimak percakapan mereka.
***
"Kau itu calon istriku. Mana mungkin aku biarkan kau dan juga Leon pergi jalan berduaan saja. Jika kau mau jalan-jalan, aku bisa menemanimu," jawab Gara kesal.
"Belum jadi istri kau telah mengekang ku seperti ini. Bagaimana nanti jika kau dan aku sudah menikah," ujar Airin rolls eyes.
"Sudah, sekarang kau lebih baik istirahat. Dan kau Leoon, kau boleh pergi dan aku harap kau tak akan kesini lagi," jawab Gara menatap tajam Leon.
"Baiklah aku akan pergi. Maaf jika sudah mengganggu kian berdua," ucap Leon pura-oura sedih. Padahal Leon sudah ingin keluar dari tadi.
Sepergi nya Leon, Gara menatap Airin begitu lama dan lekat.
Begitu juga Airin, ia seperti tengah mencari sesuatu yang ada pada diri Gara melalui mata elang tersebut.
Saat mereka berdua tengah tatap-tatapan, tiba-tiba saja Sinta muncul dan mengagetkan mereka berdua.
"Gara," panggil Sinta dengan senyuman tak pernah hilang dari wajah cantiknya.
Gara dan Airin seketika menoleh ke arah Sinta yang berjalan menghampiri ranjang rumah sakit tersebut dengan sangat anggunnya.
"Ya," jawab Gara dingin. Laki-laki tampan itu seperti tidak suka dengan kedatangan Sinta yang menurutnya akan mengganggu hubungannya dengan Airin yang baru saja membaik akhir-akhir ini.
"Aku tau kau pasti belum makan kan? Bagaimana kalau kita makan di kantin rumah sakit ini," ajak Sinta tak tau malu tanpa menghiraukan Airin yang ada di hadapannya.
"Maaf Sinta, aku tidak lapar. Kau makan saja bersama Leon. Lagian, aku harus menjaga calon istriku Airin," jawab Gara menolak permintaan Sinta.
"Gara, jika kau menunda-nunda untuk mengisi perutmu, kau nanti bisa sakit. Lagian Airin tidak masalah kok di tinggal sendirian. Nanti aku akan suruh perawat untuk menjaganya hingga kita selesai makan. Iya kan Airin?" ucap Sinta tak mau menyerah begitu saja.
Gara kemudian beralih menatap Airin. Laki-laki itu seperti berharap jika Airin tidak mengizinkan dirinya untuk pergi makan dengan Sinta.
"Airin? Kau tak masalahkan jika di tinggal sebentar saja," tanya Sinta sekali lagi.
"Hmmmmm gimana ya.. Aku sih sebenarnya tidak masalah sama sekali. Tapi entah kenapa berat rasanya memberi izin calon suamiku untuk makan dengan wanita lain. Tapi kalau memang dia mau makan denganmu, aku mengizinkannya kok," jawab Airin menatap Gara lekat. Ia berharap jika Gara menolak untuk pergi dengan Sinta walaupun hanya sekedar makan saja.
"Gimana Gara, Airin sudah mengizinkanmu, ayo kita pergi," ajak Sinta yang akan memegang tangan Gara. Namun dengan cepat Gara menepisnya.
"Hmmmm, kayaknya gak dulu deh Sin. Kamu makan sendirian aja ya, atau minta di temani sama Leon. Aku mau menjaga Airin saja. Aku gak mau Airin kenapa-kenapa jika aku tidak ada di sampingnya," jawab Gara membuat Sinta sangat kesal.
"Kan aku bisa panggilkan perawat buat jagain Airin. Kamu gak usah khawatir," ucap Sinta kekeh ingin mengajak Gara makan.
"Kayaknya gak usah deh. Aku nanti bisa pesan makan secara online saja. Ya kan sayang," jawab Gara sembari bertanya kepada Airin.
"Iya," jawab Airin tersenyum.
'Sialan, aku gak boleh menyerah gitu aja. Aku harus singkirkan Airin dari hidupnya Gara, barulah aku bisa masuk ke dalam kehidupannya dan menjadi satu-satunya nyonya Emanuel,' batin Sinta kesal.
"Ya sudah, kalau kamu memang gak mau. Aku akan makan sendiri saja. Kalau gitu aku permisi dulu," jawab Sinta dengan senyuman yang di paksakan nya.
Sinta berjalan menyusuri lorong rumah sakit miliknya itu dengan perasaan berkecamuk. Ia sangat malu dan juga sakit hati kepada Airin. Saat Sinta telah sampai di ruangannya, ia terus saja memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa memisahkan Gara dan juga Airin.
Sinta kemudian tersenyum dan mengambil ponsel dari saku baju dokternya dan menelpon seseorang.
"Halo, siapa ini," jawab suara wanita yang ada di seberang telepon.
"Halo, ini aku dokter Sinta. Apa kau masih ingat aku Liona?" jawab Sinta tersenyum licik.
"Sinta? Buat apa kau menelpon ku?" tanya Liona penasaran.
Dulu sewaktu Liona berpacaran dengan Gara, Sinta adalah wanita yang tetap kekeuh mengejar Gara. Ia tak segan-segN memfitnah Liona kepada Gara dengan berbagai macam tuduhan.
"Aku hanya mau bertanya, apa kau tidak bersama Gara lagi?" tanya Sinta basa-basi. Sebenarnya ia telah mengetahui jika Gara dan Liona sudah lama putus hubungan.
"Apa urusanmu? Ada apa kau menanyakan soal itu ha?" jawab Sinta kesal.
"Tidak, aku hanya penasaran, soalnya Gara sebentar lagi akan menikah dengan calon istrinya yang saat ini sedang hamil anak kembar milik Gara.
"Aa. Apa kau bilang? Gara akan menikah, dan...Dan calon istrinya hamil?" tanya Liona memastikan pendengarannya. Ia tidak mau percaya dengan ucapan Sinta yang jelas berkali-kali pernah merusak hubungannya dengan Gara sewaktu mereka masih menjalin hubungan dulu.
"Ya, kau tak taukah?" jawab Sinta kembali bertanya.
"Haha.. Sinta.. Sinta, kau pasti membohongiku kan?" ucap Liona tak percaya.
"Hey buat apa aku membohongimu. Jika kau tak percaya, silahkan saja kau ke rumah sakit milikku. Calon istrinya sedang dirawat disini dan aku baru saja kembali dari ruangannya," jawab Sinta sambil memainkan pulpennya.
"Baik, aku akan ke sana sekarang. Jika kau berani membohongi ku, akan ku tutup rumah sakit mu itu," jawab Liona mengancam.
"Haha.. Sebanyak itukah uangmu?" tanya Sinta memancing.
"Ya, andai kau tau, aku sekarang sudah menikah dengan pamannya Gara, kau tau, pamannya itu pengusaha paling sukses di negara ini. Jadi mudah bagiku untuk melakukan apa saja sesuai kemauanku. Kau paham," jelas Liona sombong.
"Jika kau sudah menikah dengan pamannya Gara, lalu buat apa kau repot-repot mencampuri urusan Gara lagi. Apa kau juga mau kedua-duanya?" tanya Sinta mencemooh.
"Gara itu cinta mati ku. Aku tak akan membiarkannya jatuh ke tangan wanita manapun termasuk kau," jawab Liona kemudian mematikan panggilannya.
"Ck.. Dasar rakus," gumam Sinta meletakkan ponselnya di atas meja.
"Sepertinya aku punya ide bagus untuk menyingkirkan wanita hamil itu," gumam Sinta sekali lagi dengan tersenyum licik.
Sedangkan Liona bergegas pergi menuju rumah sakit milik Sinta untuk memastikan ucapan Sinta baru saja.
"Sayang kau mau kemana?" tanya Paman Sam yang saat ini sedang sibuk memberi makan ikan koi nya.
"Aku mau ke rumah sakit sebentar," jawab Sinta terburu-buru.
"Rumah sakit? Buat apa hmmm?" tanya Paman Sam menghampiri istri kecilnya.
"Sayang, aku itu mau melakukan promil. Jadi aku mau konsultasi sama temanku di sana. Kau tau, aku itu ingin sekali memiliki anak, agar aku punya kesibukan di rumah," jawab Liona berbohong sambil bergelayut manja kepada suami tuanya itu.
"Apa? Kau mau promil? Kau serius sayang?" tanya Paman Sam girang.
"Ya, aku mau promil anak kembar. Kau tak suka?" jawab Liona manyun.
"Bagaimana aku tidak suka? Malah aku sangat senang sekali. Apa aku perlu ikut?" tanya Paman Sam merangkul pinggul Liona.
"Gak usah. Biar aku saja dulu, nanti jika perlu, aku akan membawamu. Ya sudah, kau selalu bertanya, sekarang kau kasih saja makan koi-koi mu itu. Aku akan berangkat sekarang," jawab Liona berpura-pura manis di depan suaminya itu lalu mencium pipi kiri dan kanan Paman Sam. Tak lupa ia mencium bibirnya sekilas lalu pergi dengan tergesa-gesa.
"Kau memang istri kesayanganku," gumam Paman Sam menatap kepergian Liona.