gadis pemberani yang menaklukkan banyak pemuda. tidak sengaja bertemu dengan pemuda misterius yang selalu bertemu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 35
sepanjang malam, Zivannya duduk disamping mamanya melantunkan ayat-ayat kitab sucinya, memberi jalan yang terbaik untuk mamanya sebagai anak yang berbakti. Aga menemani dan membacanya bersama Zivannya.
"Zi" sentuh Aga pelan dibahu Zivannya, Zivannya menoleh menyandarkan kepalanya didada Aga yang memeluknya erat dan mulai memejamkan mata dengan mukena yang masih melekat. Aga menyandarkan tubuhnya di dinding dan merengkuh tubuh Zivannya dalam dekapannya ikut memejamkan matanya, sementara Dimas dan Rara sudah terlebih dahulu tidur karena waktu memang sudah menunjukkan pukul 3 dinihari.
jam 5 pagi hari
Zivannya mengerjapkan matanya menyesuaikan dengan ruangan sekitar. menyentuh tangan Aga pelan, Aga segera membuka matanya. menatap Zivannya dan mengangguk membantu Zivannya untuk berdiri. Aga membangunkan Dimas yang masih terlelap. Zivannya menuju kamarnya melepas mukena, menyiapkan baju yang akan dipakai Aga dan dirinya nanti. "sementara kita dikamar mama kak, biar Rara dan Dimas dapat menaruh barangnya disini" pandang Zivannya, Aga mengangguk.
"are U ok honey" tangkup bahu Aga, Zivannya menggeleng.
"bohong jika aku bilang baik-baik saja, tapi aku sudah ikhlas melepas mama untuk bertemu papa dan adik. egois jika aku menahan mama disini dengan merasakan sakit yang teramat sangat" hembus nafas Zivannya. Aga memeluk istrinya dan mengusap punggung nya memberi kehangatan.
"kita akan menghadapi semuanya bersama, apapun itu. dimasa depan kita akan melangkah bersama" kata Aga mengecup ubun-ubun kepala Zivannya.
"ya" jawab Zivannya pelan. Aga dan Zivannya segera melakukan kewajiban pagi yang sudah terlambat.
"Zi, om pulang dulu sebentar untuk mandi" pamit om Hadi, Zivannya mengangguk, mereka kemudian bergantian untuk membersihkan diri.
"Zi, makan roti ini sedikit dari kemarin kamu nggak makan apapun. setidaknya jaga kesehatanmu agar dapat mengantar mama keperistirahatan terakhirnya" sodor Rara dengan segelas teh hangat. Zivannya segera meminum dan menggigit pelan rotinya. Rara mengusap bahu Zivannya tanpa kata.
"Zi" datang Aisya dan Sony.
"maafkan kami. kami baru pulang dari Bandung, kami segera pulang begitu mendengar kabar dari papa, kami turut berduka cita" peluk Aisya tulus menyatakan belasungkawanya.
"makasih kak, maafkan mama jika banyak salah sama kak Aisya dan kak Sony" angguk Zivannya, Aisya mengangguk memahami perasaan Zivannya yang sangat berat. Aga menyalami Aisya dan Sony setelah Zivannya, selang tak lama kemudian keluarga papanya sudah tampak datang dan berada didepan untuk menemui para tamu yang datang memberikan penghormatan terakhir untuk mama Zivannya. beberapa tetangga bergantian membantu untuk membereskan semuanya.
Zivannya menemui beberapa ibu-ibu tetangga untuk menanyakan beberapa hal berkaitan dengan prosesi pemakaman mamanya yang kemarin dan nanti akan dilaksanakan. keluarga Aga tampak sudah tiba dirumah Zivannya, mereka disambut oleh keluarga papa Zivannya, Zivannya tengah berada didekat mamanya, tak menghiraukan hiruk pikuk yang terjadi disekitarnya. hatinya terasa kosong hingga tidak menyadari apapun disekitar.
"Zi, ayah dan bunda datang" sentuh kepala Aga, Zivannya mendongak dan menatap keluarga Aga yang sedang duduk dan berbincang bersama dengan keluarga dari papanya. Aga membantu Zivannya menemui keluarganya, mereka memberi kekuatan dengan pelukan hangat untuk Zivannya agar ikhlas menerima takdir Tuhan, Zivannya mengangguk pelan mendengar ucapan mereka.
tamu yang datang silih berganti dan sangat banyak sekali, teman-teman mamanya dan papanya, teman-teman Zivannya yang mendengar kabar duka datang silih berganti, memberi ucapan bela sungkawa dan menguatkan Zivannya untuk tabah dan sabar. Bima, Dewi, Yuda terlihat diantara teman-teman yang datang, Zivannya mengucapkan banyak terimakasih dan meminta maaf jika mama Ranti banyak melakukan salah dan khilaf. Aga sedikit mengerutkan keningnya ketika melihat Bima dan Yuda memandang Zivannya berbeda dari teman-teman Zivannya yang lain. Dimas dan Rara berada tidak jauh dari Zivannya yang sudah dikelilingi keluarganya namun masih bisa memantau Zivannya. Zivannya terlihat lebih banyak diam, tidak banyak bersuara, matanya terlihat membengkak dan berair karena tidak berhenti menangis.
Mentari menggenggam tangan Zivannya sesaat, Zivannya menganggukkan kepalanya mengerti maksud Mentari.
"kak Valerie tidak bisa datang. dia titip pelukan dan ucapan berbelasungkawa" pandang Mentari redup. Zivannya mengangguk dan memeluk Mentari erat, bunda juga ikut memeluk Zivannya yang berada ditengah-tengah mereka berdua.
"terimakasih kak, bund" ujar Zivannya, Mentari tersenyum mengusap wajah Zivannya yang selalu menitikkan airmata, Matahari membisikkan sesuatu kepada ayah yang segera menganggukkan kepalanya.
Aga menghampiri Zivannya, menanyakan keadaannya. Zivannya berkata tidak apa-apa sembari menyandarkan kepalanya diperut Aga yang berdiri tegak didepannya.
"jam 10 mama akan dibawa" usap kepala Aga, Zivannya mengangguk. "kamu ingin didekat mama" tanya Aga pelan, Zivannya menganggukkan kepalanya. Aga meraih tubuh Zivannya untuk berdiri menuju ketempat mamanya disemayamkan sementara. Zivannya terduduk lemas bersandar didinding. Aga selalu sigap berada disisi Zivannya yang terlihat rapuh.
prosesi demi prosesi untuk membawa mama Zivannya keperistirahatan terakhirnya berjalan dengan lancar. Aga dibantu Dirgantara berada disisi Zivannya menjaga tubuh Zivannya agar tetap tegak berdiri.
"kak, aku haus. air putih" bisik Zivannya, Aga memberi isyarat kepada Matahari untuk mengambil air mineral botol. Matahari bergerak cepat mengambil air mineral yang ada diatas meja, membuka dan menyerahkannya pada Aga untuk memberi Zivannya minum. dengan cepat Zivannya menghabiskan botol kecil air mineral.
Zivannya menyentuh bahu Aga mengatakan bahwa dia kuat untuk berdiri sendiri. Dirgantara segera melepaskan pegangan tangannya dibahu Zivannya. Aga segera melingkarkan tangannya dipinggang istrinya untuk berjaga-jaga, semua pasang mata tertuju pada Zivannya putri satu-satunya dari mendiang mama Ranti. didampingi oleh ayah Aga menyampaikan permohonan maaf atas nama mama Zivannya dan menantunya Zivannya Fritscha, semua orang terkejut mengetahui Zivannya sudah memiliki suami yang ternyata orang yang selalu berada didekatnya. Bima memandang Zivannya nanar, begitu juga Yuda yang terlihat tidak mempercayai bahwa Zivannya sudah memiliki belahan hati, padahal baru beberapa hari mereka bertemu namun tidak terlihat tanda-tanda sudah memiliki kekasih apalagi suami.
mereka segera berjalan menuju pemakaman yang tidak begitu jauh dari rumah Zivannya, Dirgantara dan Matahari, Mentari berada disisi kiri dan belakang Zivannya, Dimas dan Rara berada didepan Zivannya.
"jangan berharap dua cecurut itu mendekatimu disaat seperti ini" desis Aga menunjukkan raut wajah tidak suka melihat Yuda dan Bima yang ikut mengiringi kepergian mama Zivannya. Dirgantara tersenyum mendengar adiknya mengumpat. Aga, Dirgantara, Matahari turun ke liang lahat untuk menaruh tubuh mama Zivannya, seketika Zivannya ambruk duduk ditanah dekat dengan liang yang digali.
Zivannya mengatakan bahwa dia masih baik-baik saja hanya ingin melihat lebih dekat prosesi pemakaman. Aga menatap kuatir Zivannya yang terlihat tidak baik-baik saja, Zivannya melihat Aga dan menggelengkan kepalanya agar Aga meneruskan pekerjaannya.
Zivannya melafalkan kalimat syahadat berulang kali tanpa henti hingga mama Zivannya tidak terlihat lagi dan tanah telah rata kembali. Zivannya mengikuti doa yang dipanjatkan oleh imam tempat ibadah, hingga prosesi usai Zivannya mengikuti dengan takzim. Zivannya menghembuskan nafas panjang yang terasa sesak di dadanya.
"we have to go home now" sentuh bahu Aga mengangkat tubuh Zivannya agar bangun.
"Zi" panggil om Hadi. Zivannya dan Aga menoleh. beriringan berjalan dengan om Hadi meninggalkan area pemakaman.
"hingga 3 hari kedepan akan ada pengajian untuk mendoakan mamamu, om akan selalu ada dan membantumu" kata om Hadi pelan, Zivannya tersenyum tipis.
"terimakasih om, maaf jika mama banyak salah dan khilaf" angguk Zivannya, om Hadi menggeleng.
"Om pulang dulu untuk istirahat sebentar, mau kewajiban Jum'at juga, menjelang petang om akan kerumah" kata om Hadi, Zivannya dan Aga mengangguk.
sesampai dirumah keluarga papa Zivannya pamit untuk pulang terlebih dahulu, keluarga Aga segera masuk dan beristirahat diruang tengah dan ruang tamu.
para pemuda telah membereskan peralatan yang digunakan tadi pagi. kursi dan tenda dibereskan kembali. Aga berbincang dengan beberapa pemuda yang sedang membereskan peralatan.
beberapa ibu-ibu tetangga membagi-bagikan bingkisan sembako setelah imam tempat ibadah mendoakan keluarga setiba dirumah. acara pengajian untuk mendoakan mama Zivannya dan keluarga akan dilaksanakan setelah kewajiban malam.
Zivannya mengganti baju dengan pakaian yang lebih nyaman.
"bund, istirahat didalam kamar aja sama Ayah" kata Zivannya merentangkan kakinya kedepan, bunda menggelengkan kepala.
"kemari, biar Mentari mengambil bantal yang banyak. kita tidur disini semua sebentar. sambil tiduran kita ngobrol semua" senyum bunda. Rara dan Mentari mengambil bantal yang ada dikamar mama Ranti dan Zivannya, ditata dekat dinding.
"apa yang kau lihat Zi diatas sana" kata bunda menatap lurus keatas.
"putih bund, semuanya" jawab Zivannya.
"Zi, kita mau kewajiban Jum'at dulu" pamit Aga, Zivannya menoleh dan mengangguk, menatap kepergian para lelaki untuk melaksanakan kewajiban Jum'at yang sudah memanggil.
seorang ibu memanggil Zivannya sebentar, Zivannya segera mendekat.
"bund....udah disiapin makan siang. kita bareng ibu yang lain. untuk ayah dan yang lain nanti akan disiapkan setelah kewajiban Jum'at biar masih hangat. kita makan duluan nanti bisa melayani ayah dan yang lain" terang Zivannya. bunda mengangguk dan mengajak anak-anak perempuan untuk segera makan siang. makanan ditata ditengah ruang tamu, mereka segera duduk mengelilingi makanan.
"mari ibu-ibu kita makan duluan, mumpung nggak ada bapak-bapak jadi kita bisa makan sepuasnya tanpa jaim" senyum bunda menggoda yang lain agar suasana menjadi lebih ceria. mereka tertawa pelan, segera mengambil makanan yang telah terhidang.
"untuk persiapan pengajian malam nanti apakah sudah dimulai bu" tanya bunda, seorang ibu menjelaskan kalau bingkisan yang nanti akan dibagikan sudah selesai dikerjakan, telah diletakkan dibelakang, untuk makanan kecil dan nasi box, nanti sore baru akan diantar karena Zivannya pesan untuk langsung membeli langsung saja. jadi tidak membuat repot ibu-ibu lagi yang sudah dari kemarin membantu Zivannya mengurus rumah. bunda mengangguk dan tersenyum mengerti.
"saya bundanya Zivannya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas kemurahan hati ibu-ibu semuanya telah meringankan beban kami saat ini" ucap bunda tulus. para ibu-ibu bercerita bagaimana keseharian mama Zivannya dirumah selama Zivannya sekolah diperantauan, bagaimana kebaikan dan keramahan mama Zivannya selama ini sehingga banyak orang yang merasa kehilangan atas kepergian mama Zivannya.
jika sore hari selalu mengajari anak-anak belajar tanpa meminta bayaran, anak-anak malah diberi uang saku setiap pulang belajar agar besuk bisa jajan disekolah, mereka tersenyum dan tertawa bersama menceritakan kebaikan mama Zivannya. Zivannya yang mendengar tersenyum senang dan bahagia mamanya meninggalkan kesan baik kepada semua orang.
hai hai hai... para readers, love you all sekebon pisang, biar bisa dibuat pisang goreng yang banyak hehehehehe..
selamat menikmati cerita kedua kalang di sini. jadi mohon maaf jika ada banyak kesalahan dalam merangkai kata dan kalimat.
ciehhh... udah kayak mau tampil dikondangan aja nih hahahaha...
dukung yaaa... karya kedua ku.
love...love...love all sekebon pisang biar bisa bikin pisang goreng banyak..
thanks a lot pisang sekebon...😘
Sorry aku bacanya sampai di bab ini aja..Cerita mu bagus kok,Tapi aku gak bisa lanjutin bacanya lagi..Tetap semangat buat Outhornya ya..👍👍🙏🙏🙏🙏
mampir thor..🙋🙋