NovelToon NovelToon
Dijebak Ratu Dari Dunia Lain

Dijebak Ratu Dari Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Spiritual / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan / Summon
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kang Sapu

"Urgh... k-kurang ajar! B-bajingan!" gumam Lingga lirih. Tubuhnya semakin lemas dan kesadarannya semakin memudar. "A-apa aku akan... mati?"
Seorang bartender muda yang bergumul dengan utang dan cinta buta bernama Lingga, mengira hidupnya sudah cukup kacau. Tapi, semuanya berubah drastis dalam satu malam yang kelam. Saat hendak menemui pacarnya, Lingga menjadi korban pembegalan brutal di sebuah jalanan yang sepi, membuatnya kehilangan motor, harta benda, dan akhirnya, nyawanya.
Namun, takdir punya rencana lain. Di ambang kematian, Lingga terseret oleh lingkaran cahaya misterius yang membawanya ke dunia lain, sebuah dunia asing penuh kekuatan magis, monster, dan kerajaan-kerajaan yang saling bertarung. Terbangun dengan kekuatan yang belum pernah ia miliki, Lingga harus mempelajari cara bertahan hidup di dunia baru ini, menghadapi ancaman mematikan, dan menemukan arti hidup yang sesungguhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kang Sapu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 3

Kadita Sakahiyang, ratu cantik yang memancarkan aura misterius namun anggun berjalan perlahan di depan Lingga. Lingga yang masih penuh tanda tanya di kepalanya hanya bisa mengikuti perintah Kadita tanpa menyangkal. Sementara itu, Lira berjalan tepat di sebelah Lingga dan sesekali melirik ke arah pemuda berbaju kasual itu. Ekspresi wajahnya menyiratkan rasa penasaran sekaligus kewaspadaan.

"Pemuda ini... semoga saja firasatku tidak benar," batin Lira seraya mengernyitkan dahi.

Namun, Lingga sendiri berjalan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Pikirannya masih terlalu jauh dari kata tenang. Ia berulang kali teringat tentang ibu dan juga kekasihnya, Nayla. "Sepertinya mau nggak mau aku harus menuruti permintaan Ratu gak jelas itu dan tinggal di dunia yang aneh ini. Ya Tuhan! Kenapa aku harus ngalamin semua ini sih!" batinnya seraya menggertakkan gigi-giginya.

Mereka mulai memasuki sebuah lorong yang berada jauh dari aula utama istana bercorak merah hitam itu. Kini mereka sampai di depan anak tangga yang mengarah ke bawah. Tanpa menyuruh, Kadita berjalan menuruni anak tangga yang cukup panjang itu. Terlihat anak tangga tersebut tak nampak bagian ujungnya karena terlalu gelap. Lingga berjalan di belakang Kadita dengan tangan yang meraba dinding batu di sebelah kanannya.

"K-kenapa hawanya tiba-tiba berubah?" batin Lingga mulai bergidik. "Rasanya ada tekanan berat yang tak terlihat!"

"Lingga!" seru Lira tiba-tiba.

Lingga terkejut seketika lalu menoleh ke arah Lira yang berjalan di belakangnya dengan wajah gusar. "E-eh! Apaan sih! Bikin kaget aja!"

Lira mencibir seraya melirik. "Kamu kenapa seperti itu? Kamu takut?"

"E-enggak lah! Ng-ngapain takut?" sahut Lingga dengan suara terbata. Jelas-jelas ia merasa ketakutan namun karena gengsi, Lingga menyangkalnya.

"Hmm, tidak perlu menutupi... sudah kelihatan dari gelagatmu kalau kamu sedang ketakutan."

"Terserah deh! Bodo amat!" dengus Lingga acuh.

"Kalian berdua bisa tenang tidak?" seru Kadita dengan suara menggema di sepanjang anak tangga yang menurun.

"I-iya, Yang Mulia... m-maaf!"

"Syukurin! Siapa suruh ngoceh nggak jelas!" gumam Lingga seraya menyeringai.

"Awas kamu, Lingga!" Lira mengepalkan tangan kanannya ke arah Lingga. Namun, ia hanya menjulurkan lidah untuk meledek Lira.

Setelah beberapa saat, mereka bertiga sampai di sebuah ruang terbuka yang nampak kosong tanpa ada perabot apapun. Di ujung ruangan dengan tembok batu itu terdapat sebuah pintu besi yang dirantai. Kadita berjalan menuju pintu yang tertutup rapat itu diikuti Lingga dan Lira. Setelah berada tepat di depan pintu tersebut, Kadita menghentikan langkahnya.

"Di sini. Kekuatan yang aku maksud tersimpan di balik pintu ini, Lingga," ucapnya lirih.

Lingga terlihat menelan ludah masih belum siap menghadapi apa yang ada di balik pintu misterius ini. Kadita mulai mengangkat tangan kanannya lalu memejamkan kedua mata sembari menggumamkan sesuatu seperti bait-bait mantra yang tak jelas.

Wush!

Seketika udara di sekitar berubah penuh tekanan. Tiba-tiba cahaya keperakan muncul dari telapak tangan Kadita dan menjalar pada rantai-rantai besi yang saling mengait itu. Dan tanpa menunggu lama, rantai itu seketika hancur berkeping-keping dan berserakan di atas permukaan lantai berbatu itu.

Kadita menghela nafas panjang lalu memandang ke arah Lingga. "Sudah terbuka. Sekarang, buka pintu itu dan masuklah."

Lingga mengerutkan kening, lalu menunjuk wajahnya sendiri. "Aku masuk sendiri?"

Kadita mengangguk seraya tersenyum. "Iya, Lingga."

"Terus, aku harus ngapain di dalam?" tanya Lingga masih belum paham.

"Jujur... sebenarnya aku sendiri tak tahu apa yang ada di dalam. Karena waktu dulu, saat aku masuk ke sana, hanya ada ruangan kosong seperti ruangan ini," sahut Kadita seraya mengangkat kedua bahunya.

Lingga memasang wajah bingung, lalu bertanya dengan nada tinggi seolah tak terima dengan jawaban Kadita. "Lah? Kalau ternyata memang di sana nggak ada apa-apa, terus gimana?"

Kadita mendekati Lingga, lalu memegang kedua bahunya seolah berusaha memberi semangat dan keyakinan. "Begini, jika di dalam kau tidak menemukan apa-apa, kamu keluar saja. Dan, kita pikirkan langkah selanjutnya."

Lingga mengibaskan kedua tangan Kadita perlahan, lalu berjalan mengamati pintu tersebut dengan tatapan curiga. "Sebentar, bagaimana Anda bisa mengarahkan aku untuk ke sini jika di balik pintu ini tidak ada apa-apa. Apa yang membuat Anda begitu yakin jika di dalamnya ada kekuatan yang Anda maksud?"

"Begini, Lingga... menurut mendiang ayahku dan juga kitab yang aku baca, ruangan ini memang dikhususkan untuk dimasuki oleh manusia yang bukan berasal dari dunia ini. Konon katanya, manusia dari dunia lain bisa mendapatkan sebuah kekuatan jika memasuki ruangan di balik pintu itu," jawab Kadita berusaha memberi penjelasan.

"Jadi... ada berapa banyak manusia dari dunia lain yang pernah masuk ke dalam sini?"

Kadita menoleh ke arah Lira. Lira mengangguk tanpa merespon. Lalu, Kadita kembali menatap Lingga seraya menyahut. "Sebenarnya, baru kamu yang berhasil sampai di sini. Karena percobaan kami sebelumnya selalu gagal dan tak pernah berhasil memanggil satu makhluk pun dari dimensi lain," tukasnya dengan sedikit keraguan. Hal itu membuat Lingga sedikit menaruh rasa curiga terhadap ucapannya.

"Apa kalian tidak menutupi sesuatu? Apa ada jaminan aku akan selamat setelah masuk ke ruangan di balik pintu ini?" tanya Lingga semakin waspada setelah mendengar penuturan Kadita.

"Diam, Lingga! Jangan banyak mulut dan segera masuk!" hardik Lira sudah tak tahan dengan Lingga yang penuh pertimbangan seolah sedang mengulur waktu.

Deg!

Tanpa Lingga duga tiba-tiba Kadita memegang pipinya lalu membelainya perlahan. Tangan lembutnya menyapu setiap jengkal wajah Lingga dengan senyum begitu tulus. Pandangan matanya begitu fokus seolah menembus relung hati Lingga dan membuat jantungnya seketika berdegup kencang. Wajah Lingga seketika merona merah, antara malu dan juga bingung dengan perlakuan Kadita saat ini.

"Lingga... sudah aku bilang, di dalam tak ada sesuatu yang bisa menyakitimu. Hanya ada dua hal yang aku yakini di sana. Yakni antara ruangan kosong atau ruangan yang benar-benar berisi sumber suatu kekuatan. Percaya padaku... dan cobalah masuk ke sana."

"B-baiklah... Yang Mulia Kadita," jawab Lingga masih dengan perasaan tak karuan. Ia pun menghadap pintu tersebut lalu mendorongnya perlahan. Namun, pintu itu nampak tak bisa dibuka begitu saja. Sontak saja Lingga menoleh ke arah Kadita dengan ekspresi wajah penuh kebimbangan. "Pintu ini susah sekali dibuka!"

Kadita seketika menatap Lira. "Bagaimana, Lira?"

"Lingga, coba dorong sekuat tenaga!" titah Lira mencoba memberi usul.

"Ngomong aja sih enak! Sini bantuin aku!"

Lira pun menghela nafas kasar lalu berdiri di samping Lingga. Ia menoleh sesaat lalu berkata. "Dalam hitungan ketiga, kita dorong pintu ini sama-sama!"

"Oke!" sahut Lingga seraya mengangkat jempolnya.

"Satu... dua.... tiga!"

"Urgh!"

Benar apa yang dikatakan Lingga, dengan dorongan keras dari dua orang, pintu besi yang cukup berat itu akhirnya terbuka juga. Senyum puas terulas dari bibir tipis Kadita. Lira pun mendesah kelelahan setelah usahanya bersama Lingga mendorong pintu itu sekuat tenaga.

"Ah, akhirnya kebuka juga," ujar Lingga seraya mengusap dahi dengan lengannya. "Kalian nggak mau ikut masuk?"

Kadita menggeleng pelan. "Sudah aku bilang, ruangan di balik itu hanya diperuntukkan bagi makhluk yang bukan berasa dari dunia ini, Lingga."

"Hah... baiklah kalau begitu. Aku masuk dulu." Setelah Lingga berjalan melewati pintu yang sudah terbuka, secara tiba-tiba pintu besi itu terbanting cukup keras dan menutup kembali seolah tak mengijinkan siapapun lagi untuk masuk ke dalam.

Duag!

Sontak Kadita dan Lira tersentak karena saking terkejutnya. Lira mundur beberapa langkah lalu menoleh ke arah ratunya. "Yang Mulia? A-apa yang terjadi?"

"Kita hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya, Lira." Kadita pun bergumam. "Semoga kamu baik-baik saja, Lingga..."

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!