Jika Aku Jodohmu, Maka Akan Jadi Milikmu
dari kejauhan tampak seorang gadis tergesa-gesa keluar dari sebuah kedai kecil. Zivannya Fritscha gadis yang bekerja paruh waktu dikedai minuman itu, segera menaiki motor matic satu-satunya yang selalu setia mengantarnya kemanapun dia menuju, melaju dengan kecepatan sedang seraya mendengarkan lagu penyanyi kesukaannya dari salah satu headset ditelinganya, namun tidak lupa tetap waspada menatap jalan raya yang semakin padat untuk menuju kampus tempatnya menimba ilmu.
tiba dikampus negeri yang harus susah payah diperjuangkan dengan beasiswa dan sudah dua tahun lamanya setia untuk dia kunjungi. motor terparkir rapi dideretan motor lain yang sudah banyak menghuni tempat parkiran.
sebagai anak sipil yang notabene banyak mahasiswa cowoknya daripada cewek membuatnya banyak dikenal hampir semua angkatan dijurusannya. gadis yang selalu tampil biasa saja, namun dapat menarik banyak pemuda untuk mengenalnya lebih dekat. tidak sedikit yang menyatakan suka atau cinta, namun Zivannya hanya menjawabnya dengan senyuman dan perhatian layaknya teman, sehingga banyak cowok yang menaruh respek kepadanya. bukan karena dia sombong atau merasa paling cantik, tapi karena kehangatan persahabatan yang selalu ditawarkan olehnya membuat mereka yang mengenalnya merasa nyaman berteman dengannya.
Zivannya menapaki selasar kampus dan setengah berlari menuju ruang tempatnya kuliah. beberapa orang menyapanya dengan hangat, dia membalasnya dengan senyuman yang tersungging dibibir. gadis dengan tubuh tinggi semampai, berkulit putih bersih, hidung mancung dan berambut panjang ekor kuda terengah-engah sesampainya disebuah ruangan kelas. dari depan pintu seorang gadis melambaikan tangannya pertanda agar dia mendekat kearahnya.
"barusan selesai dari kedai Zi" senyum gadis itu. dia mengangguk dan menghempaskan tubuhnya disamping sahabatnya.
Zivanya Fritscha, seorang gadis yang berasal dari kota kecil harus meninggalkan kota tempat dia dibesarkan karena mendapat beasiswa untuk belajar disebuah kampus negeri ternama dikota yang terkenal dengan sebutan kota pelajar.
dengan kecerdasan diatas rata-rata membuatnya selalu mendapatkan beasiswa selama mengenyam bangku sekolah sehingga mama yang membesarkannya seorang diri semenjak papanya meninggal dalam tugas negara sebagai seorang prajurit sedikit terangkat bebannya karena Zivannya pintar.
mamanya yang hanya seorang guru sekolah di kota kecil tempatnya dibesarkan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. sehingga Zivannya terlatih untuk menjadi anak yang mandiri. hingga akhirnya dia bisa melanjutkan impiannya menjadi seorang mahasiswi dan meraih impiannya.
Zivannya menganggukkan kepala kecil dan melepas headsetnya menaruhnya didalam tas ransel yang menemaninya dua tahun ini.
gadis itu menyodorkan air mineral yang dibawanya, zivannya menoleh cepat dan menggelengkan kepalanya.
"makasih Ra, aku sudah mengisi botol minumku dikedai tadi sebelum berangkat kesini" raih botol zivannya dari dalam tasnya, segera meminumnya hingga setengahnya.
Rara, sahabatnya selama dikampus hanya menghela nafasnya panjang. entah sudah berapa kali Zivannya selalu menolak apa yang disodorkan kepadanya, walaupun hanya sekedar air mineral. Zivannya terkenal dengan gadis yang mandiri tanpa mau merepotkan orang lain walau itu Rara sahabatnya selama dua tahun ini.
"Zi, besuk kamu ikut anjangsana kekampus di Malang" tanya Rara sambil menopang dagu menatap Zivannya yang sedang mengatur nafasnya. belum sempat Zivannya menjawab Rara, dosen pengajar telah masuk dan akan memulai kelas siang itu.
selama dua jam lamanya dosen memberikan penjelasan materi. Zivannya sesekali mencatat hal yang menurutnya penting untuk diketahui. beberapa kali dilihatnya Rara menguap mendengar penjelasan dosen yang menurutnya membosankan. zivannya hanya tersenyum menatap Rara yang sedikit terkantuk-kantuk. Rara adalah anak orang berada, berbeda dengan Zivannya yang hanya dari keluarga sederhana. namun Rara selalu baik dan menganggapnya sebagai saudara. tidak jarang Zivannya menginap ditempat Rara untuk mengerjakan tugas karena Rara yang selalu merengek kepadanya akibat kesepian ketika kedua orang tuanya sibuk bekerja hingga sering meninggalkan dirinya.
kelas sudah selesai, Zivannya segera membereskan perlengkapannya dan beranjak keluar dari kelas. Rara berjalan disampingnya.
"Zi, kamu balik lagi ke kedai tanya Rara, Zivannya menggelengkan kepalanya.
"aku berangkat dari tadi jam 8 pagi Ra, ini udah jam 3 sore" jawab Zivannya. Rara tersenyum senang.
"kalo gitu temenin aku bentar zi, ketoko peralatan" senyum -senyum Rara.
"beli apa lagi Ra, perasaan sering banget sih" kerut Zivannya mendengar perkataan Rara. Rara memanyunkan bibirnya kedepan.
"sepi Zi dirumah sama mbok Yem dan mang Karman" jawab Rara. Zivannya menghela nafasnya panjang.
"biasanya juga gitu kan bu, kamu enjoy aja" tepuk bahu Zivannya lembut.
"hai Zi, Ra" kata seseorang menjejeri langkah mereka tiba-tiba. kedua gadis itu menoleh cepat melihat siapa yang tiba-tiba berada ditengah percakapan mereka.
"kayak jaelangkung aja, datang tak diundang pulang tak diantar" sungut Rara. Zivannya mengulum senyum tertahan mendengar perkataan sahabatnya yang sedikit sarkas.
cowok itu tertawa pelan sudah terbiasa mendengar perkataan Rara, "kalian mau kekantin nggak. aku traktir kali ini mumpung dapat gaji kemarin" tanyanya menaik turunkan alis matanya senang.
Zivannya akan membuka mulutnya namun Rara lebih dulu menjawab. "nggak ah, kita mau ke toko peralatan. kamu ajak yang lain aja Dim" geleng Rara meraih tangan Zivannya agar menjauh dari Dimas.
"aku ikut kalian aja deh kalo gitu" kejar Dimas nggak mau kehilangan moment dekat dengan kedua cewek itu.
"nggak usah, lagian kamu ngapain ikut gadis jalan, kayak nggak ada kerjaan lain aja" kata Rara menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Dimas yang mengekor dibelakang mereka berdua.
"nggak papa ya, aku ikut ya.." pinta Dimas menampakkan wajah yang memelas.
"sekali nggak ya nggak, banyak anak cowok yang masih dikampus Dim, main sana sama mereka. lagian kita mau berdua aja" geleng kepala Rara nggak suka. Zivannya menghela nafasnya panjang menggelengkan kepalanya beberapa kali sambil melihat drama mereka berdua.
"jika kalian mau bertengkar dan memperdebatkan masalah yang unfaedah kayak gini, mending aku pulang ke kostan dan tidur aja." pandang Zivannya kesal menatap mereka berdua.
"jangan gitu Zi, ayo ah.. biarin aja Dimas nganggu orang aja" kata Rara meraih lengan Zivannya dan pergi dari situ.
Dimas hanya menghela nafasnya panjang menghadapi sifat keras kepala Rara yang selalu menjaga jarak darinya.
sebenarnya Dimas sejak awal masuk kuliah sudah melihat Rara dengan perasaan suka, sifat Rara yang cenderung ketus dan terkesan galak kepada cowok-cowok yang mendekatinya membuatnya merasa semakin suka karena Rara ternyata bukan cewek gampangan seperti pikirannya sebelumnya.
Rara dan Zivannya menuju parkiran kendaraan roda 4 yang terletak disamping kiri gedung fakultas.
"Ra, gimana motorku. kita nggak mungkin ninggalin dikampus aja kan" berhenti Zivannya menatap Rara didepan mobilnya.
Rara nyengir dan tertawa pelan melihat reaksi Zivannya. "tinggal aja kayak biasanya Zi, kenapa ribet banget sih, nanti sekalian nginep tempatku. besuk kita berangkat pagi ada kelas pagi" kibas tangan Rara didepan Zivannya dan segera masuk mobil. Zivannya hanya dapat menghela nafasnya melihat kelakuan sahabatnya jika sudah memiliki kemauan.
Zivannya masuk dan duduk disamping Rara. mobil segera melaju keluar dari area parkir fakultas dan berjalan menyusuri jalan kampus keluar dari area universitas.
"lumayan macet nih Zi, lihat Rara melihat kearah depan.
Zivannya menganggukkan kepalanya.
"kayaknya ada demo atau apa sih itu Zi, rame banget" lihat Rara kesamping kanan yang terlihat lebih banyak kerumunan orang.
Rara menepikan mobilnya dan segera bergegas keluar dari kendaraannya. Zivannya hanya bisa mengikuti langkah Rara yang terkesan pingin tahu segala sesuatu yang berada disekitarnya.
Zivannya yang tertinggal jauh dari Rara hanya bisa berlari kecil untuk menyusul keberadaan Rara ditengah banyaknya orang yang berkumpul.
beberapa orang tampak berlarian keluar dari kerumunan dan berlari menuju kearah Zivannya. hingga tiba-tiba Zivannya ditabrak dengan sangat keras oleh seseorang hingga dia terjerembab dan mengakibatkan luka lecet dibeberapa tubuhnya akibat tertabrak beberapa kali setelahnya dan ketidak seimbangan tubuhnya, orang itu seketika berhenti dan mengangkat tubuh Zivannya seperti anak kucing yang dibawa induknya.
Zivannya meringis kesakitan karena lutut kaki dan siku tangannya mengeluarkan darah yang lengket dibahu dan jeans longgarnya.
"aku bawa keklinik terdekat ya, kamu harus segera diobati, jika tidak akan mengakibatkan demam tinggi" katanya cepat dibalik penutup muka yang dipakainya. Zivannya hanya mengangguk dan meringis menahan nyeri di siku dan lututnya.
orang itu bergegas melingkarkan lengannya dipinggang Zivannya. Zivannya reflek melingkarkan tangannya juga kepinggang orang itu karena kakinya tidak bisa berdiri dengan tegak.
pemuda itu tersenyum dibalik topeng mukanya karena perlakuan gadis itu yang tidak sadar memeluk dirinya. ditatapnya wajah Zivannya dari samping, gadis yang menarik dan terkesan cuek. pemuda itu membawa Zivannya kearah mobil polisi yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berada.
pemuda itu menggerutu pelan kenapa mobil itu terparkir dekat dengan mereka, kenapa tidak lebih jauh lagi. pemuda itu membukakan pintu untuk Zivannya masuk dan kemudian berputar untuk menuju kursi pengemudi.
"lapor ndan, tersangka sudah kami tangkap, sudah diproses." lapor seseorang.
"baik, segera proses. saya akan mengantar nona ini keklinik terdekat karena tertabrak kalian tadi" angguk pemuda itu.
"baik ndan" hormat seseorang itu dan pergi. mobil bergegas meninggalkan lokasi. tiba diklinik kesehatan kecil, mobil masuk keparkiran. pemuda itu membantu Zivannya untuk keluar dari mobil.
"nona ini terluka, tolong untuk membantunya" pandang pemuda berpakaian sipil sambil menunjukkan identitasnya karena membawa senapan. petugas kesehatan segera memberikan pertolongan kepada Zivannya yang duduk di kursi pasien.
"pak, tolong urus administrasinya" seorang suster mendekatinya. pemuda itu mengangguk dan mengikuti suster itu.
"terimakasih sus" angguk Zivannya setelah luka-lukanya dibersihkan dan diobati. pemuda itu segera berdiri dan mendekati Zivannya. meraih tangan Zivannya yang dibeberapa bagian terdapat luka lecet.
"apakah masih terasa nyeri" tanyanya memapah Zivannya memasuki mobil.
"tidak begitu lagi Ndan. agak nyeri tapi tidak terlalu" jawab Zivannya menirukan panggilan anak buahnya tadi yang memanggil pemuda itu komandan. pemuda itu tertawa pelan dan melajukan mobilnya menuju kantornya.
"kenapa kita kesini, apa saya akan diinterogasi juga" tanya Zivannya bingung. pemuda itu tersenyum dan menatap Zivannya lekat.
"tidak, kita sedang memakai mobil dinas ketika mengantarmu keklinik tadi. saya harus menggantinya disini dan menerima laporan dari anggota lainnya soal penangkapan tadi" gelengnya membuka pintu mobil.
"kalo begitu saya akan pulang naik kendaraan umum saja, terima kasih sebelumnya Ndan karena sudah membawa ke klinik tadi" kata Zivannya mencoba membuka pintu.
pemuda yang dipanggil komandan itu menggelengkan kepalanya membantu Zivannya keluar dari mobil patroli.
"tidak ada bantahan, tunggu saya didalam" perintah pemuda itu tegas. Zivannya hanya menghela nafasnya panjang dan menganggukkan kepalanya tanpa membantah sepatah katapun. pemuda itu menunjuk ruangannya sambil memegang bahu Zivannya membantunya berjalan.
"pake kemejaku ini, darahmu menempel dikemejamu pasti tidak nyaman" serah pemuda itu sambil membuka penutup muka nya. Zivannya melongo menatap pemuda didepannya setelah membuka penutup kepalanya.
"kenapa, tidak pernah melihat cowok ganteng sebelumnya" tanyanya menatap Zivannya yang terlihat terpana menatapnya.
hai hai hai... para readers, love you all sekebon pisang, biar bisa dibuat pisang goreng yang banyak hehehehehe..
selamat menikmati cerita kedua kalang di sini. jadi mohon maaf jika ada banyak kesalahan dalam merangkai kata dan kalimat.
ciehhh... udah kayak mau tampil dikondangan aja nih hahahaha...
dukung yaaa... karya pertama ku.
love...love...love all sekebon pisang biar bisa bikin pisang goreng banyak..
thanks a lot pisang sekebon...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Wooww pakpol ternyata..
mampir thor..🙋🙋
2024-11-12
0
Manggu Manggu
hai🤚author suka dan baru baca cerita 💪👍
2022-11-04
0
LES TARI
menarik kayaknya.....
2022-08-21
1