Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Aku membeku ketika Ethan mengecup lama bibir ini, aku takut jika Keeynan tiba tiba terbangun dan melihat tingkah laku kami berdua. Aku berusaha mendorong bahu Ethan menyingkir dari hadapanku, aku terbelalak ketika ia tiba tiba berdiri dan menindihku diatas ranjang. Laki laki ini mulai gila, aku takut jika terjadi hal hal yang tidak diinginkan terlebih saat ini kami berada di rumah sakit. Aku cukup terlena dengan permainannya, ini yang aku rindukan. Tubuhku tidak bisa berbohong, seolah memerintah kepada otak untuk ikut bertindak lebih jauh. Dengan memberanikan diri, aku mulai membuka kancing kemeja Ethan satu persatu. Seperti tidak mau kalah, ia juga melepas bajuku dan hanya menyisahkan bra berwarna hitam yang sedang kukenakan. Sedetik kemudian aku merasa ditarik paksa oleh kewarasanku. Walaupun begitu, ini rumah sakit tidak sepantasnya kami seperti ini terlebih dihadapan anak kecil. Lalu aku mendorong tubuh Ethan menjauh dengan paksa.
"Kenapa sweet cake?" tatapnya dengan sendu.
"Jangan disini" cicitku menatapnya dengan pandangan yang tidak fokus.
"Lalu kamu mau kita melakukannya dimana huh?" tanyanya dengan nada suara rendah yang menggoda. Jantungku semakin tak karuan ketika melihat ekspresinya saat ini. Sangat seksi.
Ayolah Ness.. Tahan..
Aku memejamkan mata dengan kesal karena merasa sudah lost kontrol. Aku malu dan menunduk, kemudian Ethan mulai membenarkan bajuku, ia memakaikannya dengan hati hati. Kemudian ia beralih memakai pakaiannya sendiri. Aku sangat-sangat malu. Jika diibaratkan, mungkin saja saat ini wajahku sudah merah seperti kepiting rebus.
"Setelah keluar dari sini, aku mau kamu pulang kerumah kita" aku menoleh kepadanya dengan pandangan hampa. Untuk apa? Untuk melihat dia dengan istri nya yang lain kah?? Batinku.
"Jangan menatapku seperti itu, aku tidak sehina yang kamu fikir" sangkalnya seolah mengetahui isi hatiku.
"Lalu untuk apa aku pulang kerumah orang yang sudah beristri lagi?" jawabku dengan sarkastik.
"Aku tidak tahu maksud dari ucapanmu" jawabnya dengan pandangan bingung.
"Ah sudahlah lupakan, aku mau tidur" jawabku. Aku tidur dengan memunggunginya.
"Aku tidak mau tahu, setelah keluar dari sini kalian harus ikut denganku!!" ujarnya dengan tegas.
...****************...
Hari ini, hari ketiga aku dirawat dirumah sakit, dokter masih belum memperbolehkan aku pulang sebelum hasil Check up jantungku bagus dan aku benar benar bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Ini sudah kesekian kalinya aku menghela nafas jenuh, dibanding mengurung diri didalam ruang perawatan, aku lebih senang jika perawat memperbolehkan aku jalan jalan disekitar area rumah sakit. Namun para perawat tidak memperbolehkan aku meninggalkan ranjang ini sebelum dokter memeriksaku.
Pagi ini, aku melihat pemandangan yang begitu mengharukan. Keeynan beserta Ethan kompak memakai seragam setelannya masing-masing. Bahkan mereka telah mandi bersama tadi. Jika boleh berharap, aku ingin menikmati pemandangan seperti itu setiap hari. Namun aku tersadar, jika Ethan bukan milikku lagi sepenuhnya, aku sedikit kecewa mengingat hal itu.
Dering telepon membuyarkan lamunanku, ku lirik posel tersebut dan nama Raymond terpampang pada layar telepon. Segera ku angkat panggilan dari sepupu jauhku itu.
"Kamar rawat lo dimana?" aku mengernyitkan dahi, mengapa Raymond mengetahui jika aku tengah dirawat dirumah sakit. Bahkan aku tidak memberitahukan papa jika aku sedang colaps.
"Ruang Melati Nomor 2" lalu ia menutup telepon secara sepihak.
Tak lama setelah itu Profesor Handi masuk dan memeriksaku, beliau lah yang menanganiku ketika awal diagnosa sebagai pasien Jantung.
"Bagaimana perasaanmu hari ini?" tanyanya dengan tersenyum menunjukkan guratan-guratan pada wajah menunjukkan jika beliau sudah berumur.
"Baik Dokter" jawabku sembari tersenyum simpul.
"Apakah lelaki yang sering saya temui itulah penyebabmu jadi seperti ini?" tanyanya dengan hati-hati. Aku mengangguk, beliau hanya tersenyum saja mendengar responku.
"Jantungmu menunjukkan perkembangan yang bagus, hanya saja banyak hal yang memicu serangan itu. Ini akan tetap stabil jika kau melakukan pola hidup sehat, mengingat umurmu masih belum memasuki angka 30 Tahun. Nanti sore kau sudah bisa pulang" ujarnya.
"Sepertinya lelaki itu sangat mencintaimu" tambahnya dengan senyuman sedikit menggoda.
"Hahaha Prof ada ada saja"
"Ingat ya, disini saya pengganti Papa kamu" jawabnya dengan nada sarkastik. Benar, beliau adalah sahabat Papaku semasa sekolah. Bahkan beliau telah menganggap aku seperti puterinya sendiri.
"Uhm, apa anda yang menghubungi Raymond?" tanyaku. Kemudian ia menggeleng. Dan aku bertanya tanya, lalu Raymond mengetahui kondisiku dari mana?
"Sudah, kalau begitu saya pergi dulu ya. Masih ada pasien lain yang harus saya kunjungi" lalu ia mengusap rambutku dan pergi.
Aku menatap jengkel kearah pintu masuk, disana Raymond bersidekap dengan bersandar pada pintu seolah ia telah menguping pembicaraanku dengan Prof. Handi.
"Dari kapan lo disana?" tanyaku sengit.
"Uuh, saudara jauh pulang bukannya disambut kek" runtuk nya sebal dan berjalan kearahku. Lihat, apa apan dia membawa koper 3 biji dengan warna yang norak.
"Ngapain lo bawa baju segini banyaknya? Di deportasi lo?"
"Ngawur aja" sahutnya sebal.
"Terus lo mau numpang tidur dimana? Dirumah gue?"
"Mau dimana lagi? Jangan pelit ya lo sama sepupu sendiri. Tiket gue buat jengukin lo kesini tuh mahal"
"Lo tau darimana gue disini?"
"Dari Serly" sahutnya dengan santai.
"WAIT, LO BERDUA ADA HUBUNGAN APAAN ANJIR?" aku melotot ke arahnya, menyadari jika Serly juga kemari membawa koper 2 biji. Atau jangan-jangan mereka janjian??!!
"Ada deh, mau tau aja urusan orang" sahutnya mengerling jahil kearahku. Lalu aku menimpuk nya dengan buah jeruk yang ada diatas nakas.
"Eitss gak kena wlee" sahutnya dengan menjulurkan lidah. Aku yang kesal memutuskan untuk bermain ponsel saja.
"Gue denger, tuh laki ada disini juga" aku diam dan tidak menghiraukannya.
"Kayaknya sih dia bakal nyari tau gue" sahutnya lagi. Lalu aku meboleh penasaran terhadapnya.
"Kok lo tau sih?" aku tercengang mendengar penuturannya.
"Apasih yang gak gue tahu" sahutnya sambil mengendikkan bahu.
"Terus rencana lo apa?" tebakku.
"Sini gue bisikin" aku memanggut saja mendengar rencana yang ia lontarkan terhadapku. Aku terlonjak kaget ketika pintu dibuka secara paksa. Kami menoleh kearah sumber suara.
"Umpan datang" bisik Raymond terhadapku.
Disana, Ethan berdiri sambil menggendong Keeynan dengan muka yang sudah ditekuk dengan mulut yang terkatup rapat. Ia sedang menahan amarah, terlebih lagi melihat Keeynan menghambur ke pelukan Raymond.
"Ongkelll Raymond" seru Keeynan.
"Kesayangan Om apakabar?" Sahut Raymond halus.
"Baik sekali, aku kangen sama Ongkel" celoteh Keeynan tak mau kalah. Raymond terkekeh geli mendengar penuturan bocah itu kemudian menggendongnya.
"Bagaimana jika kita pergi jalan jalan?"
"Wah asikkkk, ayo Ongkelll" Keeynan yang mendengar ajakan tersebut terpekik senang dan mereka pun pergi meninggalkan aku berdua dengan Ethan.
...****************...
penulisannya bagus..
/Smile//Smile/