JUARA 2 KONTES BERTEMA BERBAGI CINTA
NOTE : Ide kisah ini berdasar pengalaman author sendiri yang dikembangkan sebagus mungkin.
Season 1 :
Perjuangan seorang wanita cantik bernama Sena yang berusaha menggapai cinta sang suami, Regan Anggara. Regan merupakan mantan dosen killernya yang harus menikah dengannya akibat perjodohan. Sudah 2 tahun hubungan pernikahan mereka namun Sena tak membuahkan hasil untuk mengambil hati dari sang suami, namun alangkah terkejutnya saat Sena memergoki sang suami yang tengah mesum dengan rekan kerjanya. Hati Sena mendadak sakit, pantas saja selama ini tak mau menyentuhnya, rupanya Regan sudah mempunyai wanita lain dan mengaku sudah menikah sirih dengan Maya dan kini tengah mengandung anak dari Regan. Parahnya, orang tua Regan yang selama ini baik dengan Sena ikut menyembunyikan rahasia itu.
Dan jangan lupakan Devan! Pria duda yang selalu ada untuk Sena bahkan siap menjadi suami baru untuk Sena.
Season 2 :
Ketika semuanya tak bisa ia gapai. Dia hanya bisa berusaha untuk tegar. Lika-liku kehidupan ini membuatnya menjadi sangat kuat.
Sena dan Devan berjuang keras untuk mendapatkan momongan.
Namun...... semuanya tak semudah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : Dari siapa?
"Apa yang kau katakan?" tanya Devan.
Regan tertawa kecil. "Kalian memang ****** sejati. Kalian juga pasangan selingkuh."
Devan sangat geram tentunya, Sena lalu menggenggam tangannya supaya tidak menggubris Regan yang sengaja memanas-manasi keadaan.
"Baiklah, aku pergi saja."
Regan keluar dari ruangan itu, Sena menghela nafas lega, Regan sudah tahu jika Sena tengah hamil namun belum tahu jika itu adalah anaknya.
Devan memandang Sena dengan lekat. Dia merasa kasian dengan Sena yang malang.
Devan menyuruh Sena untuk istirahat dan cuti beberapa hari. Masalah pekerjaan akan ada yang menggantikan Sena karena itu adalah perusahaan besar. Sena istirahat sampai dirinya benar-benar pulih. Dia masih bersyukur karena Regan tidak mengetahui jika anak yang dikandung adalah anaknya, jika tahu pasti Regan akan mengejar Sena kembali.
Beberapa jam kemudian, Bram datang dengan membawa makanan. Sena mencium tangan Bram, Papa mertuanya begitu baik dengannya. Bram juga membawakan selimut tambahan untuk Sena karena jika malam. hari akan terasa sangat dingin.
"Sena, nanti malam siapa yang menjagamu?" tanya Bram.
"Sudah biasa sendiri, Pah."
Bram berpikir sejenak, ia bisa menjaga Sena karena ada Regan yang menjaga Intan. Beliau menawarkan diri namun Sena menolaknya dengan halus. Walau bagaimanapun, Bram bukan muhrimnya.
"Maaf, Sena. Kau sudah Papa anggap sebagai anak sendiri. Tolong jangan berpikiran yang macam-macam!"
Sena mengangguk, Bram begitu menyayanginya karena teringat dengan putrinya yang meninggal saat remaja karena sakit kanker. Maka dari itu Bram memperlakukan wanita sebaik mungkin karena pernah merasa gagal dalam menjaga putrinya.
"Tepat hari ini Rena meninggal 6 tahun yang lalu dan di rumah sakit ini juga. Maka dari itu Papa sangat sedih karena istriku malah dirawat di sini juga," ucap Bram.
Sena menggenggam tangan Bram dan mengelusnya dengan pelan. Kesedihan Bram bertubi-tubi, ia kehilangan Rena, Rio serta Regan yang membuat ulah. Sebagai orang tua ia merasa gagal untuk menjaga anak-anaknya.
"Papa akan senang jika yang kau kandung ternyata adalah anak Regan alias cucuku dan Papa akan kecewa jika yang kau kandung bukan anak Regan padahal kalian baru saja bercerai."
Sena terdiam sejenak, sangat beresiko sekali mengaku jika yang ia kandung adalah anak dari putranya, Sena takut jika Bram akan mengadu pada Regan dan membuat Regan mengejarnya kembali.
"Pah, kau harus berjanji supaya tidak mengatakan semua ini pada semua orang termasuk Regan. Papa harus janji!"
Bram mengangguk, ia menatap mata Sena dengan lekat.
"Ini memang anak Regan, tolong jangan bilang padanya! Aku trauma kepadanya." Sena mulai meneteskan air mata.
Dia sangat sedih sekali mengingat luka yang ditinggalkan Regan begitu dalam dan berdampak padanya begitu fatal.
"Ini benar anak Regan?"
Sena mengangguk dan ia menagih janji kepada beliau supaya tidak memberitahukan pada Regan. Bram paham, ia tak akan mengatakan pada Regan. Dia sudah merasa lega karena sebentar lagi akan memiliki cucu yang benar-benar darah daging Regan.
"Terima kasih sudah memberitahu Papa. Papa akan ikut merahasiakan semua ini apalagi Regan akan segera meninggalkan Indonesia. Papa tidak ingin Regan sampai terbebani oleh semua ini."
***
3 hari kemudian, Sena sudah diperbolehkan pulang. Keadaannya semakin membaik namun tak membuat mual di pagi hari menghilang. Dia sendirian di kamar kostnya sambil menatap langit-langit kamar.
"Hueeeeek.... Hueeeeek...."
Sena mual parah sampai benar-benar lemas, andai saja dia punya suami pasti ada yang merawatnya jika seperti ini. Devan tidak akan datang karena sedang bekerja.
"Hueeeeek...."
Sena memuntahkan semua makanannya setelah itu terduduk lemas di kamar mandi. Sendiri, kini dia hanya sendiri tak ada yang menemani. Dia harus kuat menghadapi semua ini.
Tok... tok... tok...
Pintu kosnya ada yang mengetuk, Sena lekas membukanya dan melihat di luar tidak ada siapapun namun Sena melihat ada bungkusan plastik di depannya.
"Apa ini?"
Sena menoleh ke kanan dan ke kiri mencari tahu siapa yang meninggalkan bungkusan di depan kosnya. Sena tak menemukan orang di sekitar sana dan segera masuk ke dalam kostnya, ia mengira jika itu dari Devan atau Bram.
Regan dari kejauhan tersenyum kecil saat Sena mau membawa bungkusan itu masuk. Dia segera pergi sebelum Sena curiga lalu keluar lagi.
Di dalam kamar.
Sena membuka plastik itu yang ternyata berisi buah dan obat-obatan. Sena mengirim pesan pada Devan dan berterima kasih padanya.
Sena
Pak Devan, terima kasih atas kiriman buah dan obatnya.
Pak Devan.
Aku tidak mengirimimu apa-apa.
DEG!!!
Sena sangat terkejut, ia melihat isi dalam plastik itu lagi namun tak ada pesan di sana.
"Ah, pasti Pak Bram."
Tak berselang lama, Devan datang. Dia baru saja meeting di cafe dengan salah satu klien. Devan khawatir dengan keadaan Sena dan juga sangat kepo dengan bungkusan pemberian orang lain yang misterius.
"Sena, buka pintunya!"
Sena lekas membuka, Devan langsung masuk ke kamar kosnya.
"Buang saja itu. Pasti dari Regan, takutnya ada racun di dalamnya."
Sena mengerutkan dahinya. Tidak mungkin jika pemberian Regan, Regan juga tidak tahu jika ia tinggal tempat kos. Jika sampai tahu pasti Regan selalu menguntitnya. Devan mengambil semua itu lalu melemparnya ke tempat sampah.
"Pak Devan, bukannya berlebihan? Itu makanan dan obat, sayang sekali jika dibuang. Menurutku itu pemberian Papa Bram bukan Regan."
"Mau pemberian Pak Bram atau Regan yang jelas kau jangan menerimanya. Keluarga mereka membuatmu terluka."
Devan lalu mengusap pipi Sena dengan lembut, mereka bertatapan. Nampak jelas Devan sangat mencintai Sena, bisa dilihat dari sorot matanya.
"Sena, berpikirlah jernih! Jangan terjebak lagi diantara keluarga mereka. Aku tidak mau kau sampai terluka. Kau tidak pantas terlukai."
Sena mengangguk membuat Devan tersenyum. Mereka berpelukan begitu erat dan mencurahkan harapan mereka yang tersisa. Setelah berpelukan, Devan memandang lekat bola mata Sena yang seolah berkilauan dan menyejukkan hati.
"Oh ya, nanti malam mau ikut ke pesta?" tanya Devan.
"Pesta?"
"Iya, pesta ulang tahun komisaris kita."
Sena tentu saja akan datang, ia juga bosan di dalam kos saja.
"Tapi kau masih sakit."
Sena menggeleng. "Aku sudah sehat, mual pun hanya pagi hari saja."
Devan tersenyum kecil, ia mengusap rambut Sena dengan lembut. Pipinya memerah serta senyumannya melebar.
"Sampai jumpa nanti malam jam 7. Aku akan menjemputmu disini."
untung sena udah cerai....
jadi ga ketularan virus edan
obral janji sana.sini...
q baca aja ikutan emosi😡😡
kok bapaknya sena dibawa2