Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KONSULTASI
1 bulan berlalu, kini renovasi ruko yang akan dijadikan kantor oleh King sudah selesai. Ia mulai memasang iklan secara online untuk mencari staf sebagai penunjang keberlangsungan perusahaannya nanti.
"Sam!"
"Apa kabar bro?" tanya Sam sambil setengah memeluk dan menepuk bahu King.
"Tentu saja, aku baik. Apa yang membawamu kemari?"
"Aku mendengar bahwa kamu membuka lowongan pekerjaan, apa aku bisa bekerja padamu?"
"Bukankah kami memiliki perusahaan sendiri, Sam? Bahkan setahu ku, perusahaanmu sangat besar."
"Ya, hanya saja aku sedang sial. Tiba tiba saja saham perusahaanku anjlok hingga kami terus merugi. Para investor pun menarik saham mereka. Aku terpaksa merumahkan para karyawanku."
"Jabatan seperti apa yang kamu inginkan, Sam?"
"Aku tidak perlu yang terlalu tinggi. Saat ini aku hanya ingin bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluargaku."
"Berikan saja dulu CV mu padaku, nanti akan kupertimbangkan kira kira dimana kamu akan cocok kutempatkan. Alu juga harus memilah dari CV yang masuk secara online."
"Sialan!!! kukira dia akan langsung memberikanku jabatan yang tinggi, tapi dia malah meminta CV milikku," batin Sam.
"Baiklah, aku akan mengirimkannya via email nanti. Aku minta emailmu ya," ucap Sam.
"Ini," King memberikan kartu namanya pada Sam.
"Oya King, Fika juga sedang membutuhkan pekerjaan. Apa posisi sebagai sekretaris masih kosong?"
"Loh, memangnya dia tidak bekerja?"
"Ia bekerja tapi ia sudah mengajukan resign."
"Apa yang membuatnya resign? Bukankah ia bekerja di sebuah perusahaan besar."
"Ya memang, tapi ia tidak tahan dengan atasannya. Katanya sering menggoda dirinya dan berbuat yang tidak pantas."
"Akan aku pertimbangkan, Sam. Minta Fika juga untuk mengirimkan CV nya padaku. Meskipun kalian temanku, aku tetap harus bersikap profesional," ujar King.
"Baiklah kalau begitu, aku dan Fika akan segera mengirimkannya," Sam keluar dari ruang kerja King sambil berdecak kesal.
*****
"Gimana? kamu berhasil nggak?"
Sam duduk di sebuah sofa sambil merengutkan wajahnya.
"Dilihat dari wajahmu, sepertinya tidak berjalan mulus ya?"
"Dia kira dia itu siapa? Baru mau buka perusahaan saja seperti orang yang punya kuasa besar, seperti meremehkanku."
"Memang apa yang sebenarnya terjadi?"
"Dia minta aku mengirimkan CV ku ke email, begitu juga denganmu. Bukannya langsung saja menerimaku dan memberiku jabatan tinggi, malah mau membandingkanku dengan lamaran yang lain. Huh, menyebalkan!!"
"Tenang, sabarlah! Kita tidak boleh bertindak gegabah. Apa kamu ingin rencana kita gagal?"
"Tidak, tapi sepertinya aku akan sedikit mengalami kesulitan untuk mendapatkan kepercayaannya," ucap Sam kesal.
"Kamu jangan salah, melihat dari bagaimana dia percaya pada kita dulu, kurasa tidak akan sulit. Bahkan kini ia sangat membenci wanita itu dan juga sahabatnya, bukan begitu?"
"Kamu benar sekali, cantik. Perlahan tapi pasti, kita akan merebut semua dan menghancurkannya," Sam mencium bibir Fika perlahan dan semakin lama semakin menuntut yang akhirnya diakhiri dengan pergelutan panas di antara mereka.
*****
Kimberly kini berada di perpustakaan, sedang membaca buku yang akan ia jadikan referensi untuk skripsinya nanti. Sebelum semester depan dimulai, ia harus memberikan tema untuk skripsinya. Oleh karena itu, di akhir semester ini ia disibukkan dengan berbagai hal, apalagi ia juga harus mempersiapkan pernikahannya. Meskipun mereka menggunakan WO, tapi untuk beberapa hal, Kimberly tetap diikutsertakan.
"Wow, rajin sekali dirimu? Pasti ingin cepat lulus untuk menarik perhatian calon mertuaku kan?"
"Kamu?!"ucap Kimberly pelan. Ia tak ingin mengganggu ketenangan di dalam perpustakaan.
"Apa kamu wanita yang tidak punya harga diri? berusaha menikahi laki laki yang tidak mencintaimu?" Viera tertawa mengejek.
Kimberly menarik nafasnya dalam. Ia berusaha menahan amarahnya karena ia tidak mau membuat masalah di dalam perpustakaan.
"Apa sebenarnya maumu?" tanya Kimberly pada Viera.
"Aku?" Viera tertawa sinis.
"Iya, memang ada siapa lagi di sini?"
"Aku ingin kamu membatalkan pertunanganmu dan membebaskan William. Apa kamu tidak bisa melihat bahwa William sangat menderita karena dirimu."
"Apa dia akan bahagia dengan dirimu?"
"Tentu saja, ia sangat mencintaiku."
"Dan kamu tidak mencintai dia. Kamu hanya mencintai uangnya," tembak Kimberly secara langsung.
Deghhh ....
"Kurang ajar! Dia mengetahui bahwa aku hanya mengincar harta keluarga Smith," batin Viera.
"Kenapa? Apa yang aku katakan salah?" Kimberly menatap tajam ke dalam mata Viera.
"Sialan!!" batin Viera.
"Terus saja kamu berbicara seperti itu. Aku yakin William tidak akan pernah mempercayaimu. Ia akan selalu mecintaiku. Meskipun nantinya ia menikah denganmu, ia akan selalu menjadikanku pelabuhan hatinya," Viera berkata kata untuk membuat hati Kimberly menjadi panas.
"Kamu boleh berbicara apapun, yang pasti pernikahanku tinggal 7 bulan lagi. Apa kamu ingin bilang bahwa aku yang akan menangis pada akhirnya?" Kimberly mengambil buku yang dibacanya, kemudian meraih tas dan meninggalkan Viera yang diam terpaku dengan kesal sambil mengepalkan telapak tangannya.
Kimberly bergegas menuju toilet. Ia masuk dan menguncinya, kemudian duduk di salah satu kloset. Sambil memegang buku dan tas miliknya, ia menangis.
"Ya, aku memang tidak punya harga diri, memaksakan apa yang seharusnya bukan milikku. Kenapa aku begitu mencintainya hingga membuatku berbuat seperti ini" batin Kimberly sambil menangis.
Ponsel di dalam tas nya berbunyi, tertera nama Lady di sana.
"Kim, lo di mana? kita udah selesai kuliah nih. Lo mau jalan bareng nggak?"
"Ok, gue tunggu tempat biasa ya," Kimberly mematikan sambungan ponselnya. Ia menghapus air matanya dan keluar dari salah satu bilik toilet.
Berdiri di depan cermin, Kimberly mencuci wajahnya. Ia tak ingin teman temannya melihat bahwa ia habis menangis. Setelah selesai, ia segera menuju tempat biasa dirinya dan teman temannya berkumpul.
*****
"Belum ada kabar apa apa dari Hanna, sel?"
Hansel menggelengkan kepalanya, dan menampilkan wajah yang sedih.
"Gue bener bener bingung. Kenapa dia tiba tiba menghilang setelah lulus kuliah, bahkan nggak pamit juga sama kita. Apa dia udah nggak anggap kita sebagai temannya?"
"Tenang sel. Gue rasa Hanna punya alasan tersendiri kenapa dia pergi. Yang penting sekarang kita harus mencari dimana keberadaannya, gue nggak mau dia menghadapi masalahnya sendirian. Kita ini sahabatnya."
"Lo bener, An. Gimana kalau kita ulang dari awal pencarian kita. Tapi kita akan buat lebih detail lagi. Mungkin kita juga harus sedikit memperluas jangkauan pencarian kita."
"Baiklah. Kita akan mulai dari keluarganya," ucap Anthony.
"Keluarga? bukankah dia hanya memiliki seorang ibu? keluarga yang mana lagi yang kamu maksud?"
"Kakak sepupunya. Aku pernah bertemu dengannya 1 kali saat menemani Hanna ke rumah sakit waktu itu."
"Di rumah sakit mana?" tanya Hansel.
"Rumah Sakit International."
"Bukankah itu tempat Ayah Kimberly bekerja?"
"Ya."
"Apa kita bisa meminta bantuannya?"
"Bantuan untuk apa? kita hanya perlu mencari kakak sepupu Hanna saja, bukan mau konsultasi jantung."
"Baiklah kalau begitu, kita akan mulai besok, bagaimana?"
Anthony pun mengangguk.
*****