(Gak jamin kalau kamu bakalan nangis bombay)
Audrey, seorang wanita pekerja keras yang mengabdikan hidupnya untuk karier. Dia tidak tampak tertarik dengan hubungan percintaan apalagi pernikahan. Di usia 28 tahun, ia bahkan tidak memiliki seorang kekasih ataupun teman dekat. Tidak ada yang tahu kalau Audrey menyimpan beban penyesalan masa lalu . Namun, kehidupannya yang tenang dan monoton mendadak berubah drastis ketika ia bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, Sofia. Audrey tidak pernah menyangka kalau Sofia memintanya menikahi calon suaminya sendiri. Akankah pernikahan Audrey menjadi mimpi buruk atau justru kisah cinta terindah untuk seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34 Terjebak Denganmu
Jam berapa ini?
gumam Audrey merasa enggan membuka matanya.
Namun, suara alarm yang terus berbunyi memaksa Audrey harus bangun dari tempat tidurnya.
Ketika kesadarannya mulai pulih, Audrey terkejut mengamati dirinya sendiri.
Astaga aku masih memakai baju kantor.
Seingatku semalam aku tertidur di mobil.
Lalu siapa yang membawaku kesini?
Apa mungkin Reiner?
Lalu bagaimana caranya?
pikir Audrey bertanya-tanya.
Audrey masih belum percaya dengan skenario yang tergambar di pikirannya sendiri. Tapi, ia tidak mau memikirkan terlalu lama berbagai kemungkinan yang terjadi semalam. Dia harus mandi dan bersiap secepatnya untuk pergi ke kantor. Hari ini adalah hari Jumat dan gilirannya untuk memimpin briefing pagi.
Setelah mandi dan membuat sarapan pagi, Audrey teringat masih ada satu tugas yang belum dikerjakannya.
Gara-gara semalam ketiduran, aku belum menyiapkan baju untuk Reiner. Bagaimana kalau dia sampai terbangun saat aku masuk ke kamarnya?
Tapi kalau aku tidak melakukannya, dia akan marah.
Mungkin dia akan membatalkan niatnya untuk ikut bersamaku.
batin Audrey menyesali kesalahannya semalam.
Meskipun was-was, Audrey akhirnya mengambil resiko untuk tetap melakukan tugasnya. Dengan perlahan-lahan, Audrey membuka pintu kamar Reiner dan berusaha berjalan tanpa menimbulkan suara. Akan tetapi ketika sudah berada di dalam, Audrey tidak melihat keberadaan Reiner di kamar itu. Hanya suara gemericik air yang terdengar olehnya.
Apa dia sudah bangun dan sedang mandi?
Aku harus cepat-cepat mengambil baju sebelum dia keluar.
pikir Audrey buru-buru menuju lemari baju Reiner.
Karena sudah terbiasa dengan tugasnya, Audrey bisa memilih baju dan dasi untuk Reiner dalam waktu singkat.
Akhirnya selesai juga. Aku harus pergi sekarang.
batin Audrey lega.
Bagi Audrey, kamar Reiner adalah tempat utama yang harus ia hindari saat ini. Ia tidak ingin terjebak dalam satu ruangan bersama Reiner. Agar kedatangannya tidak terdengar oleh Reiner, Audrey kembali berjalan perlahan-lahan untuk meninggalkan kamar itu.
"Audrey, kenapa mengendap-endap seperti itu?"
Audrey membalikkan badannya dan melihat Reiner sudah berdiri dibelakangnya.
"Tuan, saya baru saja mengambilkan baju untuk Tuan. Tuan bisa memakainya. Saya permisi.." jawab Audrey berusaha melarikan diri.
"Tunggu dulu. Kenapa kamu buru-buru sekali?" ucap Reiner menarik tangan Audrey.
Karena tenaga Reiner yang besar, Audrey langsung terjatuh ke dalam pelukan Reiner.
"Tu..an, saya harus berangkat sekarang.."
"Ini baru pukul enam lewat tiga puluh. Masih terlalu pagi untuk berangkat. Apa kamu sedang mencari alasan untuk menghindariku?"
"Ti..tidak Tuan, saya harus memimpin briefing pagi ini," jawab Audrey berharap Reiner akan melepaskannya.
"Hmm briefing... Alasan yang bagus. Tapi kamu masih berhutang padaku."
"Hutang apa yang Tuan maksud?"
"Kemarin kamu tertidur di mobil dan aku harus menggendongmu sampai di kamar. Sekarang waktunya kamu membalas budi."
Apa lagi yang dia inginkan dariku kali ini?
batin Audrey putus asa.
"Ambil bajuku kesini."
Reiner melepaskan Audrey dari pelukannya. Ia membiarkan gadis itu mengambil baju yang sudah disiapkannya di atas tempat tidur.
"Ini, bajunya Tuan," kata Audrey menyerahkan baju itu kepada Reiner.
"Kamu yang harus memakaikan baju itu untukku," kata Reiner sambil membuka piyama mandinya.
Audrey terkejut melihat tubuh Reiner yang terbuka di hadapannya. Memang ia pernah melihat Reiner satu kali dalam keadaan seperti itu. Tapi sungguh Audrey sangat malu jika harus melihat untuk kedua kalinya.
"Kenapa kamu menunduk? Bukankah kamu sudah pernah melihatku tanpa baju? Cepat lakukan atau kamu ingin terus bersamaku disini? ucap Reiner menegakkan kepala Audrey.
"I..iya Tuan."
Seandainya ada kesempatan, Audrey ingin sekali melarikan diri dari situasi ini. Sayangnya, dia tidak punya keberanian untuk melawan perintah Reiner. Audrey mulai memakaikan satu per satu baju Reiner. Kedekatan yang terjadi antara dirinya dengan Reiner, membuat jantung Audrey terasa berdebar-debar. Bahkan tangannya gemetar ketika harus menutup kancing kemeja Reiner satu per satu. Tindakan yang dilakukannya, membuat Audrey terpaksa menyentuh dada bidang milik Reiner.
Senyuman tersungging di bibir Reiner saat melihat wajah Audrey berubah memerah.
"Aku senang kamu melakukan tugas dariku dengan baik. Aku akan memberimu hadiah," ucap Reiner lirih di telinga Audrey.
Tangan Reiner bergerak cepat merengkuh tubuh Audrey. Ia mendekatkan bibirnya ke bibir Audrey dan mencium gadis itu. Audrey berusaha menutup bibirnya rapat-rapat, supaya Reiner tidak bisa melanjutkan ciumannya lebih lama. Namun, Reiner justru memindahkan ciumannya ke bagian tubuh Audrey yang lain.
Apa yang harus aku lakukan?
Aku harus menghentikan ini sebelum terlambat.
pikir Audrey memaksa logikanya tetap berjalan.
Di tengah kebingungannya, ternyata nasib baik masih berpihak pada Audrey. Dering suara ponsel yang terus-menerus, memaksa Reiner menghentikan aktivitasnya. Dengan kesal, Reiner melepaskan Audrey dan mengangkat panggilan telepon yang berasal dari asistennya, Nicko.
"Pagi, Nicko, ada apa menelponku sepagi ini?"
jawab Reiner berjalan keluar dari kamarnya.
Aku harus kabur sekarang.
Lebih baik menunggu taksi di lobby daripada menunggu disini bersama Reiner.
Audrey bergegas merapikan bajunya yang berantakan. Tanpa membuang waktu, Audrey mengambil tas kerjanya dan melewati Reiner yang masih bicara di telpon. Ia benar-benar lega karena masih bisa berangkat ke kantor dengan selamat pagi ini.
...****************...
"Terima kasih atas kerja sama kalian sehingga laporan kita selesai tepat waktu. Saya harap kita semua mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk Audit di hari Selasa. Semoga semua tim finance tetap fokus dan teliti dalam bekerja. Selamat pagi dan mari kita lakukan yang terbaik hari ini," ucap Audrey mengakhiri sesi briefingnya.
Audrey menuju ke ruangan Pak Rizal untuk menyerahkan laporan yang sudah diselesaikannya kemarin.
"Pak ini laporan terakhir untuk meeting hari Senin. Silahkan Bapak periksa."
"Baik, Audrey, terima kasih. Untuk file slide presentasinya, tolong kamu simpan dulu di flash disk ini. Besok Senin pagi, saya akan minta filenya."
"Baik, Pak. Maaf Pak Rizal, apa hari ini Tristan masih pergi ke lapangan? Saya belum melihatnya?"
"Iya, Audrey. Saya lupa belum mengatakannya. Tristan langsung pergi bersama Manager Marketing pagi tadi. Ia akan kembali ke kantor sekitar pukul empat sore."
"Baik, Pak, terima kasih. Saya permisi."
Audrey melirik jamnya yang sudah menunjukkan pukul empat sore, tapi Tristan belum juga muncul. Karin juga belum memberikan laporan kas harian dan menyerahkan uang hasil penagihan untuk diperiksa. Gadis itu malah menghampiri Audrey dengan wajah penuh kecemasan.
"Mbak, maaf komputer saya rusak, mungkin kemasukan virus. Saya sudah minta bantuan ke IT, tapi mereka sedang sibuk memperbaiki komputer di divisi marketing. Boleh saya pinjam laptop Mbak untuk mengerjakan laporan kas harian?" tanya Karin dengan sorot mata memohon.
"Iya, Karin, kamu pakai saja laptopku. Aku akan memakai laptop punya Tristan," jawab Audrey menenangkan Karin.
"Terima kasih, Mbak. Oh ya satu lagi Mbak, boleh saya pinjam flash disknya untuk memindahkan data laporan saya ke laptop Mbak Audrey?"
"Boleh, pakai saja flash disk yang hitam ini, Karin. Kalau yang putih ada data penting milik Pak Rizal."
"Baik, Mbak, terima kasih."
Audrey meninggalkan Karin dan menuju ke meja Tristan yang masih kosong. Entah jam berapa Tristan baru akan kembali ke kantor. Audrey memutuskan untuk membantu Tristan menyelesaikan laporannya hari ini. Kemarin Tristan sudah menolongnya, sekarang giliran Audrey meringankan pekerjaan pemuda itu.
"Ibu, apa Anda sangat merindukan saya sampai Anda duduk di kursi saya?" tanya Tristan mengagetkan Audrey.
"Tristan, kamu sudah pulang? Aku sedang mengerjakan laporan outstanding dan saldo piutang per hari ini. Kalau aku tidak mengerjakannya, mungkin kamu harus lembur hari ini."
"Terima kasih, Ibu. Anda sudah mengkhawatirkan saya."
"Anggap saja ini balas budiku atas kebaikanmu kemarin," jawab Audrey tersenyum.
"Tristan, kamu tinggal print laporannya. Setelah itu kamu boleh pulang. Sebentar lagi aku akan pulang juga."
"Siap, Ibu. Saya memang senang pulang tepat waktu menjelang weekend. Apalagi kalau ada istri cantik yang menunggu saya di rumah," ucap Tristan nyengir.
"Ada banyak staff wanita disini yang masih single. Kamu bisa memilih salah satu dari mereka menjadi calon istrimu," jawab Audrey menanggapi gurauan Tristan.
Sikap Tristan yang suka sembarangan bicara memang tidak bisa hilang. Tapi Audrey tau bahwa sesungguhnya Tristan adalah orang yang baik dan ceria.
"Mbak, Karin sudah selesai membuat laporannya. Mbak bisa periksa dulu. Dan ini uang petty cash dan hasil penagihan hari ini."
"Oke, terima kasih, Karin. Tolong matikan laptopku ya."
Audrey memeriksa laporan yang diberikan Karin dengan seksama. Setelah memastikan jumlah uang dan laporannya sesuai, Audrey menyimpan semuanya di dalam brankas.
"Aku pulang dulu, sampai jumpa besok Senin," ucap Audrey kepada Karin dan Tristan.
"Sampai jumpa, Ibu Audrey. Saya akan merindukan Anda selama dua hari," balas Tristan melambaikan tangannya.
aq lebih lebih & lebih padamu Reiner😍😍😍😍
emak" labil🤣🤣🤣