Persahabatan dua generasi.
Antara seorang pemuda dengan seorang kakek tua pensiunan pegawai negeri.
Lucunya, sang kakek tidak mengetahui bahwa sahabatnya sebenarnya seorang CEO dari perusahaan terkenal.
Persahabatan yang telah terjalin beberapa tahu itu sangat terjalin erat hingga akhirnya, di penghujung akhir hayatnya, sang kakek meminta sahabatnya untuk menikahi cucu satu satunya.
Akankah sang CEO akan menuruti permintaan sahabatnya untuk menikahi cucunya yang ternyata adalah sekretaris yang bekerja dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jessica dan Diana..
Asha melihat langit malam yang cerah bertabur bintang, di kursi santai kesayangannya dia berbaring sembari memikirkan banyak hal, terutama hubungannya dengan Devan.
Kejadian tadi siang kembali terbayang di ingatannya, Devan secara tegas menolak keinginannya untuk bercerai, padahal dia berharap Devan segera melepaskannya, agar keadaan kembali seperti sediakala, walaupun akan sulit karena dirinya yang sudah terlanjur jatuh cinta kepada suaminya, dia akan pergi meninggalkan Devan dan mencoba menjalani kehidupannya sendiri, dia juga berharap Devan akan menjalani kehidupan yang seharusnya dia jalani, menikahi tunangannya, Angel.
Asha menyerah, bukannya dia tidak mau hidup bersama suaminya, bukan juga Asha tidak tahu bahwa suaminya sedang memperjuangkan hubungan mereka, namun kejadian tempo hari disaat Angel memeluk dan mencium Devan di hadapannya membuat hatinya sangat terluka, tentu saja dia tidak menyalahkan Angel, dia berhak melakukan itu karena Devan adalah tunangannya, dia justru menyalahkan dirinya sendiri yang hadir ditengah mereka, merebut Devan dari tunangannya secara diam diam.
Sebagai wanita Asha paham betul bagaimana perasaan Angel jika nanti Devan memutuskan pertunangan dan membatalkan pernikahan mereka hanya karena Devan tergoda oleh wanita lain, yang tak lain wanita itu adalah dirinya sendiri.
Sudah bisa dibayangkan betapa Angel akan sangat menderita dan sakit hati karena merasa dikhianati oleh dirinya dan Devan selama ini, apalagi kalau dia tahu bahwa Devan bukan hanya tergoda oleh dirinya, bahkan lebih dari itu, Devan telah menikahinya.
Asha langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya, bahkan dia tidak sanggup untuk membayangkan bagaimana reaksi dan kesakitan yang akan Angel rasakan nanti jika saat itu tiba, saat Angel mengetahui semuanya.
Tiba-tiba ponselnya berdering, tertera nama Devan di layar, Asha tidak segera mengangkatnya, melihat ponselnya yang terus saja berbunyi.
Tidak seperti beberapa hari yang lalu, dimana dirinya yang tidak pernah mengangkat telepon dari Devan, kali ini Asha berniat mengangkatnya, hari ini sebelum dia pulang tadi, Devan memohon kepadanya agar mengangkat teleponnya, meminta dirinya berhenti mengabaikannya.
Sudah panggilan kedua, Asha mengambil ponsel yang sedari tadi diletakkannya di atas meja di samping kursi, Asha segera mengangkatnya.
"Ya.."
"Aku pikir kamu tidak akan mengangkatnya lagi.."
Asha terdiam.
"Terima kasih sudah mengangkatnya..rasa rinduku sedikit berkurang sekarang.."
Asha masih terdiam.
Mereka terdiam beberapa saat.
"Kalau kamu tidak mau berbicara, dengarkan saja aku.."
"Aku mencintaimu, jangan ragukan itu, cinta kita butuh perjuangan, tapi apa gunanya jika hanya aku saja yang melakukannya, jangan mundur karena perjuangan yang setengah-setengah takkan membuat kita sampai..jika kamu mencintaiku, berjuanglah sedikit untukku, buang semua pikiranmu untuk meninggalkanku.."
"Jika kamu percaya akan ada pelangi sesudah hujan, maka kamu harus percaya akan ada kebahagian setelah perjuangan.."
Asha menitikkan air matanya.
"Jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku..karena akan membuat hidupku hancur.."
"Bertahanlah, dan yakinlah..semua ini akan indah pada waktunya.."
Asha tidak sanggup untuk mengatakan apapun, hanya air matanya yang menjadi jawaban atas semua perkataan suaminya.
Mereka terdiam beberapa saat.
"Jangan menangis, jangan membuatku ingin pergi kesana untuk menghapus air matamu.." Ucap Devan mendengar isak tangis istrinya.
Asha menahan tangisnya.
"Aku tidak menangis.." Jawab Asha pelan.
Devan terdiam, dia tahu Asha berbohong.
"Sudah malam, tidurlah.."
"Iya.."
"Aku mencintaimu.."
Asha terdiam tidak menjawab, padahal Devan sangat ingin mendengar jawaban istrinya, dia sangat ingin mendengar Asha mengatakan kalau dia juga mencintainya.
***
Keesokan harinya.
Walaupun ini adalah hari Sabtu, Asha bangun seperti biasanya, tidak bermalas-malasan meski hari ini dia tidak akan berangkat bekerja.
Asha yang masih sedikit galau dan sedih ingin menyibukkan dirinya sendiri dengan membereskan dan membersihkan rumahnya, sesuatu yang sudah lama dia tidak lakukan semenjak sudah bekerja, dimulai dari dalam, Asha mulai membereskan seisi rumahnya, setelah selesai dia keluar untuk mulai membersihkan teras rumah, kemudian merawat semua pot bunga kesayangannya.
Air mata Asha menetes mengingat almarhum kakeknya juga adik kesayangannya Aisha, dia ingat terakhir kalinya mereka berkumpul bertiga adalah ketika waktu itu mereka bersama-sama merawat bunga, itu adalah saat terakhir bagi ketiganya berkumpul dan bergembira bersama.
Asha terus menyiram bunga meski air matanya bercucuran, mengingat kakeknya yang telah pergi meninggalkannya, juga merindukan adiknya Aisha yang sekarang entah berada dimana, bagaimana keadaannya dan seperti apa hidupnya, Asha hanya berdoa semoga Aisha dan Ibunya dalam keadaan baik baik saja dimanapun mereka berada.
Asha terduduk sebentar, menghapus air matanya, namun kemudian dia dikagetkan dengan suara yang amat sangat tidak asing.
"Surprise..." Diana berlari menghambur memeluk Asha yang masih terlihat kaget.
Jessica melakukan hal yang sama, memeluk Asha erat.
"Kami sangat merindukanmu.."
Mereka bertiga berpelukan erat.
"Aku juga..sudah hampir dua bulan kita tidak bertemu.." Lagi lagi Asha menitikkan air matanya.
Jessica dan Diana melepaskan pelukan mereka.
"Kenapa kamu nangis.." Tanya Jessica heran.
"Apa sebegitu rindukah kamu sama kami.. sampai kamu menangis..?
Asha menganggukkan kepalanya, kembali memeluk dua sahabatnya erat.
"Kalian tidak tahu, ala saja yang sudah aku lalui.." Asha semakin terisak.
Keduanya semakin bingung, kembali melihat Asha dengan heran.
"Memangnya ada apa..?"
"Tapi sebentar, ngomong-ngomong kenapa toko kue dibawah tutup, kemana ibu kamu dan mana kakek, aku tidak bisa membuka pintu rumahnya barusan..?"
Asha semakin terisak. Membuat keduanya semakin keheranan.
"Ceritakan pada kami ada apa..?"
Asha mencoba menghentikan tangisannya, berusaha mengatur napas dan memulai menceritakan semua yang terjadi.
Asha menceritakan semuanya dengan detail, tapi ada satu hal yang dia lewati, dia tidak menceritakan tentang pernikahannya dengan Devan. Dia pikir belum waktunya kedua sahabatnya itu mengetahui tentang Devan dan pernikahan mereka.
Jessica yang bersedih mendengar kisah Asha, memeluk sahabatnya itu sembari menangis terisak.
"Kenapa kamu tidak menelepon kami..?"
Diana yang juga sedari tadi menangis, mencoba menghapus air matanya.
"Harusnya kamu menelepon kami.. walaupun kami tidak bisa membantu banyak, tapi setidaknya kami akan menemanimu sehingga kamu tidak harus menghadapi semuanya sendiri.."
"Maafkan aku, aku hanya tidak mau mengganggu kalian yang sedang mengurus program S2 kalian di luar negeri.."
"Terus bagaimana dengan hutangnya sekarang..?"
Asha tersenyum.
"Aku sudah meminjam kepada orang lain untuk membayar rentenir itu.."
"Siapa orang yang sudah meminjamkanmu uang sebanyak itu..?" Tanya Diana heran.
Asha tidak bisa menjawab, memang rasanya tidak mungkin ada orang yang mempercayainya dengan memberikan pinjaman uang ratusan juta.
Tiba tiba.
"Apakah orang itu adalah orang yang memberimu cincin itu..?" Asha tersentak kaget mendengar suara Rangga dari belakangnya.
Asha berdiri dan melihat Rangga telah berdiri di belakangnya.
"Apakah imbalannya adalah kamu harus bertunangan dengannya..?"
pikir tdi bnran jetua gangster ...