NovelToon NovelToon
Two Years As Mrs. Jang

Two Years As Mrs. Jang

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:431
Nilai: 5
Nama Author: Oliviahae

Raju Kim Gadis Korea keturunan Indonesia yang merasa dirinya perlu mencari tahu, mengapa Ayahnya menjadi seorang yang hilang dari ingatannya selama 20 tahun. dan alasan mengapa Ibunya tidak membenci Pria itu.

Saat akhirnya bertemu, Ayahnya justru memintanya menikah dengan mafia Dunia Abu-abu bernama Jang Ki Young Selama Dua tahun.

Setelah itu, dia akan mengetahui semua, termasuk siapa Ayahnya sebenarnya.

Jang Ki Young yang juga hanya menerima pernikahan sebagai salah satu dari kebiasaannya dalam mengambil wanita dari pihak musuh sebagai aset. Namun Bagaimana dengan Raju Kim, wanita itu bukan hanya aset dari musuh, tapi benar-benar harus ia jaga karena siapa Gadis itu yang berkaitan dengan Janjinya dengan Ayahnya yang telah lama tiada.

Akankah Takdir sengaja menyatukan mereka untuk menghancurkan atau Sebaliknya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oliviahae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Para Istri Berbelanja

Hari itu adalah hari yang ditunggu sebagian besar para istri Jang Ki Young. Hari bebas berbelanja, sebuah tradisi bulanan yang diberikan keluarga Jang sebagai bentuk penghargaan sekaligus pengikat loyalitas. Semua toko besar dalam mal elit itu sudah diberi instruksi para istri pewaris boleh mengambil apa pun, mencoba apa pun, dan akan langsung ditagihkan ke akun khusus keluarga Jang.

 

“Raju-ssi, kau tidak ingin masuk?” tanya Seo Rin yang sudah memegang tiga paper bag desainer.

“Ada koleksi baru yang bagus sekali. Mungkin cocok untukmu.” Eun Bi ikut menawarkan

Raju hanya tersenyum sopan.

“Aku lihat saja nanti. Kalian duluan saja.”

She really didn’t care.

Ia duduk santai di bangku marmer di tengah lobi lantai tiga, kaki disilangkan nyaman, sementara Im Seol La, pendamping barunya, duduk di sampingnya sambil pura-pura sibuk dengan ponsel, padahal matanya tak pernah benar-benar meninggalkan area sekitar mereka.

Dua penjaga yang menyamar sebagai “sahabat kecil Raju” ikut duduk, memainkan peran mereka dengan sangat terampil.

“Ahjumma, tiga iced americano. Dia—“ salah satu penjaga menunjuk Seol La, “sweet latte.”

Si barista yang mengira mereka teman biasa langsung mengiyakan.Tentu saja, tidak ada yang tahu identitas asli mereka. Toko yang dipesan biasanya toko mahal dan bermerek, Jang Ki Young bahkan dua sekretaris nya tidak akan mengira ada istri yang cuma haus dan membeli minuman.

“ kalian bertiga tidak merasa diperhatikan” tanya Raju.

Penjaga itu tahu bahwa Tuan mereka mungkin akan mempermasalahkan.

“Tenang saja, nanti kalian tawarin dia Americano 8 shots”

Salah satu penjaga hampir tersedak tawa, cepat-cepat menutup mulut agar tidak mencolok.

Raju bersandar santai, menikmati AC, lampu hangat, dan alunan musik jazz pelan. Semua terasa… terlalu megah bagi dunia yang ia jalani sepanjang hidup. Tapi justru karena itu, ia tidak merasakan dorongan untuk mengambil apa pun.

“Apa kau tidak ingin sesuatu?” tanya Seol La. “Gaun, tas, sepatu… apa saja. Kau tidak pernah membeli apa pun sejak datang ke mansion.”

“Aku tidak butuh,” jawab Raju, lirih.

“Semua istri lain terlihat sangat bahagia hari ini, Nyonya Jang,” gumam penjaga lainnya.

Raju menoleh sebentar pada kerumunan istri lain yang sibuk memilih perhiasan, mencoba parfum, dan memborong pakaian.

Semua terlihat begitu wajar untuk kehidupan elit.

“Itu karena mereka punya keinginan,” ucap Raju pelan.

Jawaban itu membuat Seol La diam, sedikit tersentuh tanpa menunjukkan ekspresi.

Ia sudah tahu Raju berbeda. Tapi di hari seperti ini, perbedaan itu tampak sangat kontras.

 

Sementara itu, di lantai lima, Ki Young berdiri di balkon kaca, melihat ke bawah dengan tatapan tak biasa.

Ia datang ke mal bukan untuk menemani istri-istrinya, dia tidak pernah melakukan itu.

 Ia tetap melakukan koordinasi bisnis dengan Ponsel pada perwakilan nya.

Namun tatapan matanya terus kembali ke satu titik, bangku marmer di lantai tiga.Tempat Raju duduk santai sambil menyeruput minuman gratis.

“Dia tidak masuk ke satu toko pun,” gumam Ki Young.

Sekretaris Lee menahan senyum kecil.

“Begitulah, Tuan Muda.”

“Aneh,” jawab Ki Young singkat. “Semua istri lain tampak sangat senang. Mereka suka belanja, suka barang mewah.”

“Kecuali dia.”Ki Young menatap lebih lama.

Raju tertawa kecil, tawa yang biasa. dan ada penjaga yang meliriknya lalu menahan tawa?.

Bukan tertawa yang dibuat-buat untuk menarik perhatian, bukan juga tawa sok manja para sosialita.

Apa yang mereka bicarakan?.

Ki Young mengusap pelipisnya.

“Dia tidak pernah membeli apa pun. Bahkan stok sepatunya di Mansion bulan lalu masih belum pernah dipakai.”

Sekretaris Lee menjawab tenang. “Saya rasa ia masih menyesuaikan diri. Bukan hanya dengan statusnya… tetapi dengan kenyataan bahwa sekarang dia bebas.”

“Bebas?” Ki Young mengerutkan alis.

“Bebas untuk memilih apa yang ia inginkan.”

Kalimat itu membuat Ki Young memandang Raju lagi, kali ini lebih lama.

 

Di lantai tiga, rombongan istri mulai kembali berkumpul, membawa banyak belanjaan dan kotak hadiah. Suasana menjadi riuh. Masing-masing bersemangat menunjukkan apa yang mereka beli.

“Aku dapatkan cincin edisi spesial!”

“Aku ambil gaun limitasi Paris!”

Raju duduk, tetap tenang, tetap diam, tetap tidak tertarik.

Min Seo Rin kemudian bertanya dengan nada penasaran namun tersamar. “Raju-ssi, kau benar-benar tidak membeli apa pun?”

Raju tersenyum lembut.

“Tidak.”

“Tidak ada yang kau suka?” tanya Eun Bi

“Tidak ada yang kupikir perlu.”

Sisanya saling pandang.

Beberapa tampak bingung, beberapa merasa iri karena Raju tenang sementara mereka khawatir apakah Ki Young akan menganggap mereka berlebihan.

Choi Da Hee juga ada di sana. Ia sangat dewasa dalam bersikap, hanya mengamati Raju tanpa menilai.

“Tidak ada yang salah dengan tidak membeli apa pun,” ujarnya datar. “Hari belanja tidak wajib. Kau menikmatinya dengan caramu sendiri.”

Raju tersenyum kecil, menerima dukungan itu.

 

Ketika para istri sibuk mengecek total belanjaan, Ki Young akhirnya turun. Tubuhnya tegap, langkahnya mantap, dan aura yang membuat orang otomatis memberi jalan.

Semua istri langsung berdiri naluriah.

Namun matanya hanya tertuju pada satu orang.

Raju.

Dia menghampiri dengan sedikit kerutan di dahinya.“Kau tidak masuk ke satu toko pun?” tanya Ki Young dengan nada yang samar-samar seperti tidak percaya.

Raju menengok padanya, santai. “Tidak.”

“…Kenapa?”

“Karena aku tidak butuh.”

Jawaban itu sederhana.

Namun entah mengapa, membuat Ki Young terdiam sesaat.

“Kalau ada yang kau inginkan, katakan saja,” ucapnya. “Ini memang hari untukmu.”

“Tidak apa,” balas Raju. “Aku nyaman di sini.”

Seol La ingin tertawa melihat ekspresi Ki Young yang seperti sedang menghadapi teka-teki rumit.

Ki Young mengalihkan tatapan ke Sekretaris Lee.“Apa ini normal?”

Sekretaris Lee mengangguk sopan. “Mungkin Ya,Tuan.”

Ki Young kembali menatap Raju.

“Kau… benar-benar berbeda.”

“Bukankah itu alasan kau menyuruhku ikut bekerja mulai minggu depan?” Raju menjawab sambil menahan senyum.

Ki Young hampir tersentak, tapi cepat menutupi.

“Tidak. Itu karena aku tidak ingin...“Ia berhenti, nyaris terpeleset mengucapkan sesuatu yang terlalu jujur.

“Tidak ingin…?” Raju menatapnya.

Ki Young memalingkan wajah sebentar.

“…Tidak ingin kau terlalu jauh dari pengawasan.”

“Tentu saja.” Raju mengangguk pelan, tidak menantang, tidak memancing.

Keheningan sebentar, Ada sesuatu di balik tatapan Ki Young, sesuatu yang bahkan ia sendiri belum mau akui.

 

Ketika semua istri sudah bersiap pulang, Ki Young tiba-tiba menahan Raju.

“Kau naik mobil denganku.”

Raju mengerutkan alis. “Kenapa?”

“Tidak ada alasan khusus.”

Jelas itu bohong.

Tapi Raju tidak membantah.

Para istri lain saling pandang namun tidak berkomentar. Walau tampak aneh, mereka terbiasa melihat Ki Young bertindak berbeda pada Raju.

Choi Da Hee hanya tersenyum kecil, bukan cemburu, bukan iri. Lebih seperti seseorang yang sudah memahami sejak lama bahwa Ki Young selalu memiliki caranya sendiri.

Raju menoleh ke Seol La.“Kau ikut?”

“Tentu,” jawab Seol La. “Selama Anda di sana, saya juga di sana.”

Ki Young memandang sekilas pendamping itu.

“Baik. Tapi kau duduk di depan,” perintahnya.

Seol La mengangguk hormat.

Dan saat mereka berjalan menuju pintu keluar, Ki Young kembali mencuri pandang pada Raju—yang masih santai menikmati es sisa minumannya, seolah hari belanja ini hanyalah liburan biasa.

Sementara Ki Young…Ia tidak bisa memahami istrinya itu sedikit pun. Atau mungkin...ia mulai ingin memahami.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!