[Sekuel dari Novel "Love Me Please, Hubby"]
Almahyra Tsalsania, seorang mahasiswi berusia 20 tahun yang terjebak cinta dengan pria yang usianya terpaut jauh darinya. Dia mencintai pria itu selama lima tahun, namun sayangnya cintanya tak berbalas. Pria itu terlalu mencintai kakaknya untuk bisa melihat keberadaannya.
Daniel Vieri Nathaniel, pria matang berusia 32 tahun. Dia adalah pewaris kedua dari Grup H, menjabat sebagai wakil direktur utama. Selama lima tahun hidupnya dihabiskan untuk mengejar cinta yang sia-sia. Dia tidak tahu ada cinta tulus yang menunggunya.
Karena jebakan orangtuanya, Daniel harus berakhir menikahi Alma, adik dari wanita yang dicintainya.
Mampukah Daniel menerima cinta Alma?
Mampukah Alma membuat Daniel mencintainya?
Bagaimana kisah cinta mereka? Baca terus kelanjutan kisah mereka dalam novel DANIEL & ALMA.
#StoryOfDaniel&Alma
#CintaDalamDiam
#Diusahakan untuk update tiap hari ^^
~ErKa~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 20 - Sejak Kapan Kamu Tumbuh Menjadi Wanita Cantik?
“Hah?"
"Aku yang akan membantu
Kakak dalam segala hal. Mulai saat ini Aku akan berada disini, menemani Kakak."
"Al,"
"Kakak mau ke toilet? Ayo, Aku bantu Kak." Alma mendekati tubuh Daniel. Dia mengambil tangan Daniel dan menyampirkan ke bahunya. "Bangun pelan-pelan Kak,"
"Al, panggilkan perawat pria."
"Aku tidak mau! Aku tidak
mengijinkan orang lain menjaga Kakak. Aku yang akan menjaga Kakak!"
"Al,"
"Nggak boleh protes. Ayo berdiri pelan-pelan Kak. Taruh tangan Kakak di bahuku. Aku yang akan memegang infusnya."
Sebenarnya Daniel sangat
keberatan. Bagaimana tidak? Dia meminta Alma untuk membantunya ke toilet!!
Bagaimana dengan harga dirinya sebagai seorang laki-laki? Ini benar-benar
sangat memalukan!!
Tapi panggilan alam tidak bisa
dihindari. Daniel benar-benar butuh toilet untuk buang air kecil. Mau tidak
mau dia menerima bantuan Alma.
Daniel menjadikan tubuh Alma
sebagai tumpuan. Meskipun tubuh gadis itu kecil, namun cukup kuat untuk
menopang tubuh besarnya. Mereka berjalan pelan-pelan ke kamar kecil.
"Infusnya Aku taruh di sini Kak." Alma meletakkan infus di kaitan yang berada di dinding. "Panggil Aku kalau butuh sesuatu Kak. Ehm, apa Kakak bisa membuka itu?" Alma menatap celana Daniel.
"Bisa!! Aku tutup pintunya!" Daniel cepat-cepat menutup pintu. Adegan ini sangat memalukan.
Bagaimana mungkin Alma menawarkan bantuan untuk membuka celana dalamnya?!
Benar-benar gadis kecil yang licik! Belajar darimana dia hal-hal seperti itu?!
Daniel cepat-cepat buang air kecil. Setelahnya, dia menyiram closet dengan air yang banyak. Dia tidak ingin Alma mencium bau tidak enak yang berasal dari tubuhnya. Kemudian Daniel mulai
menyemprot dengan pewangi ruangan.
Daniel membuka pintu pelan-pelan. Dia terkejut melihat Alma berdiri tepat di depan pintu.
"Sudah selesai Kak?"
"Hem."
"Ayo Kak, Aku bantu lagi." Alma mengambil kembali infus di tangan Daniel dan meletakkan tangan Daniel di bahunya. Tubuh mereka sangat berdekatan, bahkan menempel dengan
ketat. Awalnya Daniel tidak menyadari, karena dia terlalu fokus pada panggilan
alam. Namun sekarang dia mulai merasakannya.
Aroma tubuh Alma sangat wangi
dan lembut. Aroma itu memenuhi penciumannya. Daniel menghirup aroma itu
kuat-kuat dan mulai mencari sumbernya. Daniel mengendus-ngendus rambut Alma
yang wangi. Tanpa sadar dia menciumi rambut itu.
"Kak?"
"Eh, em apa?" Daniel
terkejut. Suara Alma menyadarkan tindakannya.
"Sudah sampai Kak. Kakak mau berbaring lagi?"
"Em, ya," Daniel melihat bagian bawah tubuhnya. Dia malu mengetahui kenyataan bahwa ada sesuatu dalam tubuhnya yang terbangun. Buru-buru Daniel menutupinya dengan tangan.
Alma membantu Daniel berbaring, kemudian mulai menyelimutinya.
"Kakak mau makan?"
"Eng-enggak."
"Camilan?"
"Nggak."
"Kakak pengen apa? Aku bantu carikan."
"Nggak ada. Aku mau tidur lagi " Daniel pura-pura menutup matanya. Dia ingin Alma segera pergi dari hadapannya. Wajahnya masih merah karena malu.
"Ya sudah, Aku mandi dulu ya Kak. Tadi pagi waktu kesini Aku belum mandi Kak. Badanku bau banget, hehe." Alma pergi ke kamar mandi.
"Huft," Daniel menghela napas lega. Dia mengintip tubuhnya yang lambat laun mulai tertidur lagi. Hah, bagaimana mungkin hanya dengan mencium aroma tubuh Alma tubuhnya terbangun?!! Dia tidak menganggap Alma sebagai wanita. Alma
sudah seperti adik kandungnya sendiri! Bagaimana mungkin dia memiliki gairah
terhadap gadis kecil itu?! Sepertinya dia sudah berubah menjadi laki-laki yang
tak bermoral!! Daniel mengutuk dirinya sendiri.
Lima belas menit kemudian, Alma
keluar dari kamar mandi. Dia masih memakai baju yang sama. Rambut basahnya dia gerai,
sesekali dia usap-usap dengan handuk agar cepat kering. Penampilan Alma yang
seperti itu membuat gejolak tubuh Daniel kembali bergolak. Alma sangat seksi!!
Sejak kapan gadis kecil ini berubah menjadi wanita yang memiliki daya pikat
yang tinggi?! Mengapa dia tidak menyadari sebelumnya?!
"Kak, Aku telepon Bi Ida dulu ya. Aku lupa bawa baju Kak. Tadi kesini buru-buru." Tanpa menunggu
jawaban Daniel, Alma segera menelepon Bu Ida. Menyuruhnya untuk membawa beberapa baju untuknya. Selesai melakukan itu, dia kembali ke sisi Daniel dengan cepat.
"Makanannya sudah datang ya. Aku suapin ya Kak."
"Aku bisa makan sendiri."
"Tangan Kakak di infus. Aku
suapin. Ini buburnya masih panas Kak. Pasti enak banget kalau dimakan sekarang." Alma mengambil semangkuk bubur, menyendok dan meniup-niupnya.
"Ayo buka mulutnya Kak, aaa..."
"Aku bukan anak kecil Al. Aku bisa makan sendiri."
"Buka. Buka mulutnya." sesendok bubur berada tepat di depan mulut Daniel. Mau tidak mau
Daniel membuka mulutnya. Membiarkan makanan itu masuk. "Good." Alma tersenyum puas.
Daniel menatap Alma. Sejak kapan
gadis ini berubah menjadi wanita yang suka memerintah? Seingatnya, Alma adalah
gadis manis yang pemalu. Setiap bertemu dengannya, gadis itu akan tertunduk
malu. Hanya berbicara ketika dia mengajaknya berbicara terlebih dulu. Dimana
gadis pemalu itu? Apa ini kepribadian Alma yang sesungguhnya?"
"Kak."
"Hem?"
"Jangan minum lagi. Alkohol buruk untuk kesehatanmu."
"Hem."
"Kalau Kakak sedang stres, banyak pikiran, butuh teman curhat segera panggil Aku Kak. Aku siap
mendengarkan 24 jam non stop."
"Hah? Maksudnya?" Daniel bertanya dengan bingung.
"Kakak harus makan teratur. Tidak boleh di tunda-tunda. Kakak harus tidur yang cukup. Jangan bekerja berlebihan. Kakak tahu kan, Kakak memiliki penyakit ini sudah lama. Bila Kakak tidak
menjaga tubuh Kakak dengan baik, maka sakit ini akan kembali kambuh. Mungkin bagi Kakak ini adalah hal yang sepele, tapi tolong pikirkan perasaan orang-orang yang sayang sama Kakak. Mereka pasti sedih melihat Kakak sakit
seperti ini."
"Apa Kamu juga sedih?"
"Tentu saja Aku sedih."
"Kamu menyayangiku?"
"Tentu saja!" Alma menjawab dengan berkobar-kobar, mengetahui kesalahannya dia segera mengkoreksi kata-katanya. "Ten-tentu saja Aku menyayangi Kakak. Aku sudah menganggap
Kakak seperti Kakakku sendiri. Bagaimana mungkin Aku tidak sayang?"
"Benar seperti itu?"
"Tentu saja benar." Alma memalingkan wajahnya yang memerah. "Ayo makan lagi Kak." Alma
kembali menyuapi Daniel yang masih melihatnya dengan tatapan menyelidik.
Daniel dan Alma sama-sama terdiam. Sesekali Daniel melirik Alma. Semakin diperhatikan, wajah Alma menjadi semakin cantik. Sejak kapan gadis ini tumbuh menjadi wanita yang
menarik seperti ini? Apa selama ini matanya begitu buta? Sehingga dia tidak
memperhatikan perkembangan Alma sedikit pun? Ya, mungkin matanya memang buta.
Selama ini wanita yang dilihatnya hanya Nisha, dia tidak memiliki waktu untuk memperhatikan wanita lain. Wajar saja bila dia tidak mengetahui perkembangan Alma yang seperti ini.
Daniel memperhatikan bibir Alma.
Dia menelan ludah. Bibir yang sangat lembut, sepertinya akan sangat lezat
untuk di cium. Arrghh!! Mengapa pikirannya menjadi melantur seperti ini? Dekat
dengan Alma membuatnya pikirannya melantur kemana-mana. Mungkin lebih baik bila
dia jauh dari Alma. Setidaknya isi kepala dan isi celananya tidak akan berseberangan seperti ini.
"Kakak harus makan dengan
teratur. Tidak boleh stres dan di larang minum alkohol, oke?"
"Bagaimana kalau Aku tidak mau?"
"Aku-aku akan menangis. Itu artinya Kakak tidak menyayangi Kami semua. Kakak tidak peduli pada orang-orang yang sayang dengan Kakak."
"Iya, iya. Aku usahakan untuk tidak melakukannya. Aku sudah selesai makan. Kamu pulang lah. Aku akan memanggil Tito kesini."
"Aku sudah menyuruh Pak
Tito untuk pulang. Aku tidak akan pulang. Aku akan menginap di sini juga."
***
Happy Reading ^^